LWMT ~1

558 77 26
                                    

BAB 1

“Rachella Kirania, gimana kabar lo? Ada salam dari temen SMA yang dulu bokap lo bikin sengsara.”

Mendengar ucapan Syeina, Kiran hanya bisa memutar bola matanya jengah. Ia sama sekali tidak bersalah.

Merekalah yang bersalah karena sudah membuatnya terluka dan terbukti memanfaatkan kekayaan yang Kiran miliki.

“Itu hukuman buat mereka karena berbuat salah. Gue nggak pernah lapor bokap soal kalian, tapi salah satu temen kalian udah berkhianat,” ucap Kiran dingin. “Dia yang laporin kalian ke bokap gue dan ceritain semua perbuatan kalian.”

Syeina Khan, teman yang dulu membantu mengobati kesendirian Kiran, yang membantu membangkitkan jiwa persahabatan Kiran. Namun akhirnya, meruntuhkan kembali benteng semangat dan jiwa persahabatan itu.

Sejak SMA, Kiran hanya dimanfaatkan oleh Syeina dan teman-temannya. Tidak pernah ada yang benar-benar tulus menjadi teman Kiran.

Setiap yang mendekatinya, pasti hanya menginginkan keuntungan saja, tidak peduli jika harus menjadi iblis asalkan keinginan itu terwujud.

“Seharusnya lo bela gue dan temen-temen lo, bukan malah diem dan liat kita sengsara!” bentak Syeina.

“BANGSAT LO, KI!” pekiknya yang kemudian menjambak rambut coklat terang milik Kiran.

Kiran tidak tinggal diam. Ia membalas perbuatan Syeina dengan menjambak kembali rambut hitam milik mantan temannya itu. Alhasil, mereka terus saling menjambak dan memekik juga meringis bersamaan.

Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi di antara mereka, karena mereka bertengkar di toilet yang sengaja dikunci rapat. Nasib Kiran sangat buruk karena harus bertemu kembali dengan Syeina di kampus ini.

“LEPASIN GUE, BANGSAT!” pekik Syeina.

Kiran tidak mendengarkan pekikan Syeina, dan tetap menarik rambut panjang gadis itu. Ia cukup kuat untuk menahan rasa sakit di kepalanya, karena rasa sakit yang lebih menyakitkan baginya hanya rasa sakit di hati, yang diperbuat oleh kedua orang tua dan orang sekitarnya.

Fisik sama sekali tidak membuat Kiran menderita. Ia yang mulai geram dengan Syeina, akhirnya mendorong tubuh gadis itu hingga tersungkur ke lantai. Napas Kiran menderu, rambut indahnya kini berantakan akibat ulah Syeina.

“Gue udah bilang kalau itu salah temen lo, bukan gue!” tegas Kiran.

Syeina menatap Kiran tajam, napasnya pun menderu dan rambutnya berantakan, tidak jauh berbeda dengan Kiran. Kiran jongkok di hadapan Syeina, wajahnya masih tetap datar dengan tatapan tajam.

“Kalau aja dulu gue nggak bego, gue nggak akan berakhir masuk rumah sakit dan lo semua nggak akan hidup sengsara! Masih untung bokap lo tetep kaya, tapi masih aja bikin masalah sama gue.”

Kiran menyunggingkan senyumnya, mengangkat dagu Syeina agar menatapnya.

“Ini bukan sikap gue, Syei. Lo tau sendiri, kan, gimana sikap gue? Kalau lo cari masalah lagi sama gue, siap-siap aja lo hidup miskin!” tegasnya.

Kiran menghempaskan dagu Syeina kasar, lalu berdiri dan merapikan rambut juga bajunya yang berantakan.

Ia menatap Syeina dan kemudian berkata, “Ini terakhir kalinya gue berurusan sama lo. Gue udah biasa hidup sendiri. So, don’t bother me and appear in front of me again!

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang