LWMT ~6

140 46 3
                                    

BAB 6

Zidan terlihat sedikit tegang saat berhadapan dengan Malvin dan Citra. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya bagi Zidan bertatapan wajah langsung dengan pengusaha ternama seperti Malvin Lesham, apalagi duduk saling berhadapan.

Sesekali lelaki itu menarik napasnya perlahan seraya menutup mata sebentar. Kiran bisa melihat ketegangan Zidan itu. Tidak ingin membuat lelaki itu tegang, Kiran langsung menggenggam tangan Zidan yang tergeletak di atas paha.

Zidan menoleh ke samping kanan, di mana sang gadis duduk dengan tenang menyaksikan ketegangannya. Ia melihat senyum manis Kiran yang mampu menenangkannya. Lewat sorot mata Kiran, Zidan seolah mengerti apa yang ingin dikatakan gadis itu. 'Jangan tegang'.

"Tidak usah tegang, saya tidak akan menggigit kamu," kata Malvin seraya melihat tangan Kiran dan Zidan yang saling bertautan.

Zidan tersenyum kikuk pada Malvin. "Maaf, Om. Ini pertama kalinya saya duduk berhadapan sama Om."

"Tidak apa, santai saja," ucap Malvin santai. "Nama kamu siapa?"

"Nama saya Zidan Adinaya, Om," jawab Zidan.

"Pacarnya Kiran?" tanya Citra yang baru saja datang membawa minuman.

Sebelum menjawab, Zidan menoleh menatap Kiran, meminta jawaban dari gadisnya itu yang langsung diangguki Kiran. "Iya, Tante."

Citra mengangguk mengerti dan duduk di samping Malvin, tepat di hadapan Kiran. Zidan melihat tidak ada sapaan atau sekadar senyuman yang Kiran berikan kepada kedua orang tuanya, dan itu mampu membuat Zidan penasaran.

"Kamu kuliah di mana? Jurusan apa? Orang tua kamu kerja di mana?" tanya Malvin serius.

"Papa!" tegur Kiran untuk menghentikan papanya.

"Papa hanya ingin tahu, Ki," sahut Malvin santai.

Kiran hanya memutar bola matanya jengah. Ia tahu jika Malvin akan bertanya seperti itu pada Zidan.

"Apa saya salah bertanya seperti itu pada kamu?" tanya Malvin pada Zidan.

"Tidak, Om," jawab Zidan cepat. "Saya kuliah di kampus B, jurusan arsitektur. Ayah saya bekerja di cabang perusahaan Lesham, dan ibu saya buka butik sendiri."

"Berarti kamu tahu siapa saya dan siapa Kiran?"

Zidan mengangguk pelan. Ada rasa ragu dalam hati Zidan mengakui jika dirinya mengetahui status Kiran, tetapi ia berusaha untuk tetap yakin.

"Kamu tidak berniat untuk memanfaatkan anak saya, kan?" tanya Malvin serius.

Kiran yang mendengar itu kembali menegur papanya. "Papa nggak boleh ngomong gitu sama Zidan. Kiran yakin kalau Zidan cowok baik-baik, nggak mandang status Kiran dan nggak punya niat buat manfaatin Ki!"

Malvin dan Citra menatap Kiran bersamaan, tetapi Zidan justru menunduk untuk menemukan jawaban.

"Papa tidak bicara dengan kamu. Papa bicara dengan pacar kamu," sahut Malvin. "Papa hanya ingin yang terbaik buat kamu."

"Tapi nggak harus bikin pacar Ki tersinggung, Pa!"

Malvinmenghela napasnya pelan, mengalah pada kekeras kepalaan Kiran. "Maafkan saya jika ucapan saya barusan menyinggung kamu, Zidan."

Zidan mendongak menatap Malvin seraya tersenyum kikuk. "Tidak apa, Om, saya tidak tersinggung," jawabnya.

Zidan melepas genggaman tangan Kiran dan beranjak menghampiri Malvin. Ia berlutut di samping Malvin membuat Kiran tercengang, begitupun dengan Citra. Kiran hendak menghentikan aksi gila lelaki itu, tetapi ia urungkan saat Zidan menatapnya dan tersenyum manis.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang