LWMT ~2

267 63 24
                                    

BAB 2

"Gimana kalau kita taruhan aja? Yang menang, boleh dapetin cewek ini." Lelaki berkulit sawo matang dengan tato bunga mawar di lengan kiri atas, menunjuk gadis yang duduk di sampingnya.

Gadis berwajah cantik dan bertubuh seksi dengan dress ketat di atas lutut, juga riasan wajah yang simpel tetapi tetap memesona. Gadis yang kini dalam keadaan mabuk dan sudah tertidur di pundak lelaki itu.

"Plus ... gratis kamar hotel selama tiga bulan," tambah lelaki bertato itu dengan tawa ringan.

Sontak penuturannya mendapat sorak dari kedua sahabatnya. Suara tepuk tangan mereka menggema di seluruh ruangan bar, mengabaikan para pelanggan yang ada di sekitar mereka.

"Mau taruhan apa, bego?! Kalau cewek itu, sih, gue juga mau. Montok gitu, mana bisa nolak." Lelaki berambut ikal menyuarakan keinginannya setelah meminum setengah gelas bir yang mereka pesan.

"Lo emang mau, tapi tuh cewek belum tentu mau sama lo!" ejek lelaki berkulit gelap dengan rambut tipisnya.

"Sama lo juga belum tentu mau, bangke!" balas lelaki ikal tadi.

"Gue nggak doyan yang murah-murah. Kayaknya kalau sama si Azid, mau tuh cewek."

"Pasti. Secara, Azid yang paling uwu di antara kita."

"Gimana, Zid? Setuju, nggak?" tanya lelaki bertato.

Lelaki yang sering dipanggil Azid itu menoleh, lalu menyunggingkan senyumnya sambil mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Sorry, nggak doyan cabe-cabean kayak gitu," jawabnya sambil menatap cewek yang duduk di hadapannya.

Lelaki berambut ikal melempar sahabatnya itu dengan bungkus rokok bekas, lalu berkata, "Sok jual mahal lo, bangsat! Bilang aja kalo doyan, nggak usah munafik!"

"Gue nggak doyan yang murah-murah!" tegas Azid.

"Kalau gitu, gue tantang lo," ucap lelaki bertato mawar menatap remeh Azid.

"Lo ngeremehin gue?" tanya Azid dengan sombongnya.

Lelaki bertato mawar itu menyunggingkan senyumnya, lalu berkata, "Gue tantang lo buat dapetin anaknya donatur itu, gimana?"

Azid mengangkat sebelah alisnya, mencoba mengingat gadis yang dimaksud sahabatnya itu. "Anak donatur?" tanyanya.

"Yoi. Lo tau, kan, anak donatur terbesar di kampus kita? Doi cantik, broh. Tajir lagi," jelas si tato mawar.

"Itu doang?" tanya Azid. "Terlalu mudah buat gue dapetin tuh, cewek. Nggak ada yang lain?" tanya Azid.

Lelaki bertato mawar menggelengkan kepalanya. "Itu aja udah cukup. Kalau lo sampe gagal, lo harus ngadain pesta di hotel bintang lima selama tiga hari tiga malem. Gimana, setuju?"

Azid menyunggingkan senyumnya, lalu bertanya, "Kalau gue menang?"

"Lo boleh dapetin apa pun yang lo mau dari kita."

Azid tertarik dengan tawaran dari sahabat gilanya itu. Mendapat apa pun yang diinginkan? Tentu saja Azid tertarik. Bagaimana mungkin kesempatan emas ditolak? Pikirnya.

"Kalau gue menang, gue bisa dapet apa pun yang gue mau. Tapi, kalau gue kalah, gue harus bikin pesta di hotel berbintang, gitu?" tanya Azid memastikan.

Ketiga sahabatnya mengangguk mantap, meyakinkan keraguan Azid. Lelaki bertato mawar menjulurkan tangan kanannya sambil berkata, "Deal?"

Azid membalas dengan mantap, tanpa ada keraguan dan paksaan. "Deal."

"Kita kasih waktu buat lo selama tujuh hari buat dapetin doi. Nggak ada penolakan dan tawar menawar!" putus lelaki ikal tidak menerima penolakan.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang