LWMT ~23

103 19 1
                                    

BAB 23

Setelah acara semalam selesai, semua keluarga, kerabat dekat dan jauh beristirahat di hotel yang sudah Malvin dan Daniel siapkan. Kiran dan Karin tidur di kamar yang sama, dan kamar Karin ditempati oleh Revan dan Radit.

Pagi ini, semua yang menginap sudah check out dan tinggal keluarga Lesham dan Daniel yang masih berkumpul, termasuk Zahra dan Galuh. Albert Lesham sengaja mengumpulkan keluarganya dan keluarga baru Malvin untuk membahas sesuatu yang penting.

Kini mereka tengah berkumpul di satu ruangan sembari menikmati sarapan mereka. Albert tidak langsung bicara, tetapi menyuruh semuanya untuk mengisi perut dulu. Ia menatap Kiran yang terlihat pucat dan lelah.

Albert ingin sekali mengatakan semuanya pada keluarga besar, tetapi ia tidak bisa karena sudah berjanji. Hatinya menangis melihat Kiran, dan dadanya terasa sesak. Maafkan Opa, Kiran. batinnya.

"Revan, Opa tau ini hari yang kamu tunggu-tunggu, dan Opa tau kamu sangat menyayangi Kiran. Tapi, Opa minta maaf karena harus merusak kebahagiaan kamu," kata Albert saat sarapan sudah selesai.

"Maksudnya Opa?" tanya Revan bingung.

Kiran yang duduk di hadapan Revan hanya bisa menundukkan pandangan, menatap piring yang sudah kosong. Karin dan Citra yang duduk mengapit gadis itu, hanya menatap Kiran sekilas lalu kembali menatap Albert.

"Opa akan membawa Kiran ke Jerman."

Sontak semua orang terbelalak mendengarnya, begitupun dengan Malvin dan Citra. Mereka tidak tahu rencana Albert ini.

"Pa, Kiran sama Revan baru aja tunangan, Papa tega pisahin mereka?" tanya Malvin, tegas.

"Baru tunangan, kan? Belum ke jenjang pernikahan," celetuk Kiran yang sedari tadi hanya diam.

Semua orang menatap Kiran tidak percaya. Sifat dingin dan acuh Kiran kembali, dan itu membuat tanda tanya besar bagi semua orang, termasuk Daniel dan Dina, calon mertuanya.

"Ran," panggil Revan tidak percaya.

Kiran melihat semua orang bergantian, lalu berakhir menatap Revan yang duduk di hadapannya. Tatapannya begitu kosong dan raut wajahnya benar-benar datar.

"Kamu masih inget, kan, sama janji kamu?" tanya Kiran. "Kamu mau turutin semua kemauan aku, dan sekarang ... aku mau itu."

"Kok, mendadak, sih? Kamu sengaja ngelakuin ini?" tanya Revan.

"Kamu pikir?" Bukannya menjawab, Kiran justru balik bertanya membuat Revan menatapnya tidak percaya.

Albert dan Radit hanya bisa menahan sesak di dada mereka. Yang Kiran lakukan bukan karena ia egois, tetapi ingin membuat semua orang kecewa padanya. Dengan begitu, ia akan pergi dengan tenang. Itu memang pikiran Kiran, tetapi mungkin bagi semua orang itu salah.

"Ki, kenapa kamu nggak kasih tau Mama?" tanya Citra lembut.

"Atau nggak, kamu kasih tau aku, Ki," tambah Karin.

Tatapan Kiran terus tertuju pada Revan. Ia sama sekali tidak ingin menatap Citra dan Karin.

"Selama seminggu ini kalian sibuk buat acara semalem. Kiran mau ngancurin acara yang udah Mama, Papa, Papa Daniel, sama Mama Dina rencanain," jelas Kiran. "Dan Kiran nggak mau bikin Revan berubah pikiran."

"Tapi dengan ini justru bikin kita kecewa. Kamu sama Revan baru aja tunangan, dan kamu malah bikin suasana jadi kayak gini!" tegas Malvin.

"Pa, ini baru tunangan. Toh, di sana Kiran nggak akan cari cowok lain! Kiran juga punya hati," tegasnya tidak mau kalah.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang