LWMT ~8

126 37 2
                                    

Tiga bulan sudah Kiran dan Zidan menjalani hubungan mereka dengan bahagia dan tanpa isu miring. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama, dinner, nonton, jalan-jalan, semua mereka lakukan berdua.

Siang ini, mereka memutuskan untuk menghabiskan hari di kediaman Malvin Lesham, sekadar menonton televisi sambil makan beberapa camilan. Zidan tidak pernah melepas genggamannya pada tangan Kiran, menautkan jari jemari mereka seolah memberitahu dunia jika mereka saling menyayangi.

"Yang," panggil Zidan lembut.

Kiran yang tengah asik menonton film Upin Ipin, seketika menoleh. Mulutnya yang masih penuh dengan camilan keripik singkong, tidak bisa menjawab dan hanya menaikkan sebelah alisnya.

Zidan tersenyum melihat mulut Kiran penuh dengan camilan. Ia pun bertanya, "Udah tiga bulan pacaran, nggak ada niat buat aku-kamu-an?"

Kiran terkekeh kecil seraya menjawab, "Ada, tapi nunggu kamu duluan."

Zidan tersenyum lalu mengacak rambut Kiran gemas. "Tau gitu dari awal aja," katanya.

Kiran tertawa pelan. Namun, dering telepon mengganggu kebahagiaan mereka. Suara dari ponsel Kiran membuat kedua insan itu menghentikan aktivitasnya. Saat Kiran melihat nama yang tertera di layar panggilan, dengan cepat ia bangkit dan menjauh dari Zidan. Kiran memilih pergi ke dapur dan mengangkat telepon itu, jauh dari kekasihnya.

"Halo, Ki. Lama banget, sih? Gue ada info penting buat lo," kata seseorang dari balik telepon.

"Sorry, barusan ada cowok gue, makanya gue ngehindar dulu dari dia. Ada apa?" tanya Kiran dengan suara sedikit dipelankan.

"Nggak mungkin banget kalau harus jawab di sini. Gue otw villa, ditunggu di sana. Bye, Nona jutek."

"Eh, tung ...."

Sebelum Kiran menyelesaikan ucapannya, telepon sudah terputus secara sepihak. Kiran memaki bodyguard sekaligus kakaknya itu. Radit, sialan! Belum juga setuju, udah main tutup aja!

Tidak ingin menyiakan waktu, Kiran dengan cepat menghampiri Zidan, duduk kembali di samping kekasihnya itu. Zidan yang penasaran dengan yang dilakukan gadisnya, pun bertanya, "Siapa? Kenapa angkat teleponnya jauh dari aku?"

"Barusan telepon dari opa. Ada sesuatu yang mau aku omongin berdua ke opa, makanya ke sana dulu," jawab Kiran lembut.

Zidan percaya tidak percaya, tetapi ia tidak ingin berprasangka yang tidak-tidak. Ia pun mengangguk mengerti, tetapi Kiran kembali mengatakan sesuatu padanya.

"Sayang, aku keluar dulu, ya. Ada urusan mendadak dan penting banget. Kalau kamu mau di sini, nggak papa," kata Kiran tiba-tiba.

Sebelah alis Zidan terangkat, membuat Kiran tersenyum manis padanya. Kiran pun menggenggam tangan Zidan, mencoba untuk meyakinkan kekasihnya itu.

"Ada sesuatu yang belum bisa aku ceritain ke kamu. Tapi aku janji, suatu hari nanti, aku bakalan kasih tau semuanya sama kamu," jelas Kiran.

Zidan masih terdiam, wajahnya sudah berubah datar tanpa ekspresi sama sekali. Namun, Kiran tidak punya banyak waktu.

"Yang, aku pergi dulu, ya? Nanti aku telepon kamu," pamitnya yang kemudian mengecup pipi Zidan lembut.

Kiran beranjak dari tempatnya, mengambil tas dan langsung pergi meninggalkan Zidan yang hanya mengembuskan napasnya kasar. Memang masih banyak yang belum ia ketahui tentang Kiran yang sudah resmi menjadi pacarnya.

"Sadar Zidan! Nggak usah kebawa perasaan," gumamnya.

Lagi-lagi ia mengembuskan napasnya kasar, terdengar sangat frustrasi dan penuh tekanan batin. Sebentar lagi semuanya berakhir, Zid. Tapi kenapa lo malah nggak rela? Shit!

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang