LWMT ~12

107 31 0
                                    

BAB 12

Siang ini, Kiran hendak pergi ke villa tempat rahasia miliknya. Ia berniat untuk menemui Radit yang sudah kembali sejak kemarin malam, membawa kabar yang sudah dinantinya.

Setelah beberapa menit bergulat dengan kemacetan, Kiran sampai di lokasi. Dengan cepat ia berlari masuk ke dalam villa dan disambut oleh pekerjanya. Saat ia membuka pintu ruang khusus dirinya, Kiran mendapati sosok lelaki berbadan tegap tengah berdiri di depan jendela, memandang indahnya halaman rumah.

"Dit," panggil Kiran dengan senyum merekah.

Radit menoleh dan tersenyum manis pada nonanya itu. Entah mendapat keberanian dari mana, Kiran tiba-tiba berlari menghampiri Radit dan memeluk lelaki itu. Seolah sangat merindukan sosok Radit di sampingnya.

Radit sempat terkejut karena Kiran memeluknya tiba-tiba. Namun, ia kemudian membalas pelukan nonanya itu seraya bertanya, "Kenapa, sih? Tumbenan banget ketemu gue langsung meluk? Kangen, ya?"

Kiran melepas pelukannya dengan senyum yang masih terlihat di wajahnya. "Kenapa emang? Nggak boleh? Nggak tau kenapa, seneng aja bisa ketemu lagi sama lo."

Radit tersenyum seraya mengacak rambut Kiran gemas. "Gue demen nih, kalau lo lembut kek gini. Jangan galak-galak terus biar ada yang demen," godanya.

Kiran tertawa pelan kemudian melangkah menuju kursi kebesarannya. Mereka duduk sebelum akhirnya Kiran berkata, "Sekarang gue udah punya pacar."

"Serius? Udah lama?" tanya Radit tidak percaya.

Kiran mengangguk mantap seraya menjawab, "Udah lumayan lama, sih."

"Wahh ... selamat kalau gitu. Jadi lo nggak perlu ngerasa sendiri lagi kalau gue nggak ada."

"Iya. Makasih, lo selalu ada buat gue."

"Iya," jawab Radit. Ia kemudian mengeluarkan berkas dari tas yang di bawanya. "Ini berkas yang gue kumpulin selama di Jerman."

Kiran mengambil berkas dengan sampul hitam itu dan menatapnya dalam. Ia ingin melihatnya, tetapi ia terlalu takut untuk mengetahui kebenarannya.

"Tapi gue rasa saudara lo nggak tinggal bareng Mr. Albert, Ki," kata Radit kemudian.

Kiran yang hendak membuka berkas itu pun mengurungkan niatnya dan menatap Radit dengan kedua alis yang saling bertautan. "Maksud lo?"

"Selama gue mantau keseharian Mr. Albert, gue ngggak nemu keberadaan saudara lo itu. Bahkan, setiap kali mereka pergi ke kantor atau acaraan, mereka cuman pergi berdua." Radit menjeda ucapannya. "Gue rasa, saudara lo tinggal di Malang bareng kakek sama nenek lo."

Kiran menghela napasnya kasar, lalu menaruh berkas hitam itu di meja. "Terus berkas itu isinya apa?" tanyanya.

Radit terkekeh kecil seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Itu cuman data kegiatan Mr. Albert. Gue udah catet semuanya di situ, takutnya lo nggak percaya."

"Gue percaya sama lo, kalau nggak mana mungkin gue ngasih tugas ini."

"Tapi gue sempet nemuin asisten nyonya Albert. Kebetulan asistennya itu lagi pergi sendiri."

"Terus?"

"Terus gue nyegat dia buat nanya soal saudara lo. Agak susah sih, buat dapet info dari tuh orang, tapi gue berhasil," katanya bangga.

"Lo bertele-tele banget, sih, Dit! Kesel gue jadinya."

Radit terkekeh kecil, kemudian kembali menjelaskan, "Gue nanya sama asisten itu, 'Mr. Albert sebenernya punya cucu berapa? Soalnya yang gue tau cuman nona Kiran.' Nah dia awalnya bilang cuman lo doang."

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang