LWMT ~22

91 19 2
                                    

BAB 22

Keesokan harinya, Kiran mendapat pesan kembali dari Reza. Kiran yang tengah dalam perjalanan menuju kampus bersama Karin dan Radit hanya bisa menunggu sampai mereka sampai. Ia tidak mungkin meminta mereka mengantarnya.

Kiran melihat ke depan, Radit fokus dengan kemudinya dan Karin fokus dengan buku yang ia bawa dari perpustakaan rumah, tempat Malvin dan Citra membaca buku. Ia kemudian membaca pesan yang dikirim Reza.

Rezaaa : 'Hasilnya sudah ada, kamu bisa langsung ke sini'

KiraniaML : 'Oke, nanti Kiran langsung ke sana'

Rezaaa : 'Oke'

Kiran kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas, lalu memanggil Radit. Si empunya nama hanya melihat sekilas dari kaca spion depan.

"Ada apa?" tanya Radit.

"Lo abis ngenterin Karin mau ke mana? Langsung pulang?" tanya Kiran.

Radit menautkan kedua alisnya. "Emang kenapa? Tumben nanya gitu? Mau dianter ke mana?"

Kiran mendengkus sebal. "Kalau ditanya tuh, ya jawab. Bukan malah nanya balik," omelnya.

"Langsung pulang mungkin," jawabnya dengan pandangan lurus ke depan. "Karin nggak mau gue awasin terus."

Yang terpanggil angkat suara, membenarkan pernyataan Radit yang menurutnya salah. "Bukan nggak mau. Lagian kamu suka posesif kalau terus ngawasin aku."

"Itu tandanya aku sayang sama kamu," sahut Radit, tegas.

"Ya, tapi kan ...."

"Udah-udah, malah berantem. Gue nanya serius nih," potong Kiran cepat.

"Langsung pulang. Emang kenapa?"

Kiran mengangguk mengerti, lantas menjawab, "Nggak papa, sih, nanya aja."

Radit yang mendengar itu melirik sekilas nona di belakangnya itu lewat kaca depan. Ia merasa aneh dengan sikap Kiran akhir-akhir ini, pergi tanpa memberitahunya, tanpa meminta diantar, tanpa meminta dijemput, dan itu membuat Radit berpikiran buruk.

Tidak lama kemudian, mobil mereka sampai di depan kampus. Kiran dan Karin turun dari mobil, sedangkan Radit tidak ikut turun.

"Makasih," kata Karin lewat jendela yang langsung diangguki Radit.

Kiran tidak mau lagi menunggu lama. Ia kemudian menarik lengan Kiran dan membawanya masuk ke dalam tanpa basa-basi pada Radit. Saat sudah di persimpangan, Karin dan Kiran berpisah. Kelas mereka memang berbeda dan Kiran sengaja mengajak Karin cepat masuk.

"Akhirnya," lirih Kiran setelah melihat Karin menghilang dari pandangannya.

Gadis itu kemudian celingukkan, melihat kanan kirinya ada orang yang dikenal atau tidak, dan ia takut Revan melihatnya sebelum berhasil pergi.

Kiran dengan cepat berlari menuju gerbang, melewati lobi yang mulai ramai. Ia harus cepat-cepat skeluar dari area kampus sebelum bertemu Revan atau Zahra dan Galuh. Bisa berabe urusannya, pikirnya.

Gadis itu terus berlari meninggalkan area kampus, dan akhirnya berhasil keluar sebelum bertemu tiga orang yang selalu ada di sampingnya. Ia kemudian memesan gojek lewat aplikasi dan menunggu beberapa menit.

"Akhirnya bisa keluar dari kampus," gumamnya.

***

"Dok, gimana?" tanya Kiran saat Reza sudah duduk di kursi kebesarannya.

Dokter Tono yang duduk di sampingnya hanya bisa meyakinkan Reza untuk memberitahu hasilnya. Bagaimanapun, si empunya tubuh harus tahu bagaimana kondisi tubuhnya setelah melakukan pemeriksaan.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang