LWMT ~18

110 24 1
                                    

BAB 18

"Dijodohin?! Papa becanda? Sekarang nggak zaman jodoh-jodohan, Pa," kesal Kiran setelah mendengar penjelasan orang tuanya dan orang tua Revan.

"Sayang, ini juga demi kebaikan kamu. Toh, kamu sama Revan udah saling kenal, kan?" tanya Malvin lembut.

Kiran menatap Revan yang tengah menatapnya juga. Tatapan gadis itu begitu tajam, seolah memendam kebencian pada lelaki di hadapannya itu.

"Lo kenapa? Bukannya lo suka sama gue?" tanya Revan kemudian.

Kiran terkekeh pelan seraya berkata, "Gue? Suka sama lo? Kapan gue bilang suka sama lo? Mimpi!"

"Kiran!" tegur Citra.

"Pa, Ma, Kiran emang seneng kalau Revan perhatian sama Kiran, tapi Revan udah punya pacar. Kiran nggak mau jadi yang kedua," keluhnya.

Revan mengernyit mendengar penuturan Kiran. Ia tidak tahu maksud gadisnya itu. Semua yang dikatakan Kiran tidak benar.

"Van, benar apa yang dibilang sama Kiran?" tanya Daniel mengintrogasi.

Revan menggeleng cepat lantas menjawab, "Nggak, Pa. Revan nggak punya pacar. Papa tau sendiri, kan, kalau Revan cuman mau Kiran?"

Kiran memutar bola matanya jengah seraya mendengus sebal. "Heh, cowok Rese!" panggilnya. "Lo nggak usah bohong, deh! Gue tau kalau lo punya pacar, nggak usah sok-sokan bilang kek gitu."

"Tapi itu emang bener. Gue nggak punya pacar, Galak. Lo denger gosip dari mana, sih?!"

"Gue bukan denger gosip, tapi gue tau sendiri!"

"Tau sendiri?" tanya Revan bingung.

Kiran mengangguk malas. "Waktu di luar kota, lo ngapain? Nemuin pacar lo, kan?!"

Mendengar pertanyaan Kiran, sontak Revan tertawa. Bahkan kedua orang tua Revan ikut tertawa membuat semua orang mengernyit bingung.

"Galak, gue ke luar kota buat ketemu klien, bukan ketemu pacar," jawab Revan dengan kekehan kecil. "Lagian, pacar gue ada di Jakarta bukan di luar kota."

"Tapi waktu kita video call, gue denger suara cewek. Manggil lo 'sayang' lagi."

Revan kembali tertawa mendengar keluhan Kiran. Ternyata gadisnya itu tidak ingin dijodohkan karena kesalahpahaman waktu itu, pikirnya. Revan kemudian menatap sang mama yang duduk di sampingnya.

"Mam, jelasin sama calon mantu Mama, biar nggak salah paham lagi," kata Revan.

Kiran menautkan kedua alisnya. Apa maksud Revan? Batinnya.

"Kiran, Sayang," panggil Dina. "Revan di luar kota nggak ketemu sama cewek. Dia disuruh sama Papanya buat ketemu klien, tapi kebetulan Tante sama Om ada waktu luang makanya nyusulin Revan ke sana," jelas Dina.

"Jadi, maksud Tante ...."

"Suara perempuan yang kamu denger, itu suara Tante," potong Dina. "Tante emang suka manggil Revan 'Sayang'. Kamu jangan salah paham, ya, Sayang."

Kiran terbelalak mendengarnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena sudah cemburu pada Dina yang jelas-jelas mamanya Revan. Kiran benar-benar malu sekarang, bahkan wajahnya sudah terasa panas.

'Kiran bego! Pasti semua orang tau kalau lo jealous! Bego ih, Kiran!' rutuknya dalam hati.

Kiran menutup kedua pipinya dengan tangan, menutupi semburat merah di kedua pipinya. Ia benar-benar malu pada Dina dan Daniel.

Melihat reaksi Kiran membuat semua orang tertawa terbahak. Kiran yang dikenal jutek dan galak, bisa bersikap begitu bodoh dan menggemaskan. Gadis galak yang Revan kenal benar-benar semenggemaskan itu.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang