LWMT ~13

107 31 1
                                    

BAB 13

Acara perusahan malam ini sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu, dan selama itu pula Kiran merasa bosan. Percayalah, baginya acara perusahaan sangat membosankan dan melelahkan. Ia dituntut untuk bersikap ramah pada kolega orang tuanya.

Radit yang selalu berada di samping Kiran, pun merasa kasian pada nonanya itu. Ia kemudian mengambilkan Kiran segelas minum dan sedikit makanan.

Kiran tersenyum saat mendapati makanan yang disodorkan Radit. "Makasih," katanya.

Radit tersenyum tipis seraya mengangguk membuat Kiran mendengkus sebal. Lelaki di sampingnya itu selalu menjaga image jika di depan keluarga Kiran, seolah benar-benar menjalankan tugasnya.

"Selesai ketemu sahabat papa, ada yang mau gue omongin sama lo," ucap Kiran pelan.

"Soal?" tanya Radit.

"Soal tadi siang, kenapa lo nggak nemenin gue?"

Radit terdiam sejenak, tetapi seketika mengangguk patuh. "Baik."

Malvin yang berdiri tidak jauh dari Kiran, menghampiri gadis itu lantas berkata, "Ayok, ke ruangan Papa sekarang. Sahabat Papa udah dateng."

Kiran hanya mengangguk dan kemudian mengikuti Malvin dari belakang, tentu bersama Radit. Saat sampai di depan pintu, Malvin berbalik dan menyuruh Radit untuk menunggu di luar bersama bodyguard lainnya.

Radit hanya patuh pada atasannya. Meski Kiran atasannya juga, tetapi Malvin lebih memiliki kekuasaan dari pada Kiran.

Kiran yang hendak masuk, tiba-tiba mengurungkan niatnya dan menatap Radit tanpa ekspresi. "Sambil nunggu, gue pengen lo cari tau soal Zidan!" perintahnya.

"Baik, Nona."

***

Kiran melihat pasangan suami istri tengah duduk di sofa ruangan papanya. Pasangan yang terlihat harmonis dan bahagia, bisa ia lihat dari cara duduk mereka yang berdekatan. Kiran mengagumi ketampanan dan kecantikan pasutri itu.

Senyum tipis terbit di wajah Kiran saat membayangkan dirinya akan seperti itu bersama Zidan. Namun, ia pun tidak yakin dengan hubungannya dengan laki-laki manis itu.

"Niel, ini putriku. Namanya kau sudah tau, kan?" kata Malvin membuyarkan lamunan Kiran.

Malvin duduk di samping Citra yang sedari tadi menunggu, kemudian Kiran menyusulnya dan duduk di sofa sendirian.

"Ya, aku sudah tahu. Anakmu sudah terkenal, Vin," sahut sahabat Malvin.

Malvin tersenyum begitupun dengan Citra dan Kiran. Kiran yang ditatap oleh sahabat papanya itu hanya bisa tersenyum sopan, tentu saja senyum penuh kepalsuan.

"Ki, kenalin, ini sahabat Papa. Namanya Daniel Abhivandya," kata Malvin memperkenalkan. "Nah, itu istrinya Om Daniel, namanya Dina Azzahra."

Kiran tersenyum lantas membungkuk sopan. "Hallo, Om, Tante. Saya Kiran," katanya.

"Kamu cantik sekali, Kiran," puji Dina lembut.

Kiran menatap Dina lantas berkata, "Makasih, Tante. Tante juga cantik."

Dina tersenyum senang melihat Kiran yang duduk di hadapannya. Ia ingin sekali cepat-cepat menjodohkan putranya dengan Kiran, dan menjadikan Kiran menantunya.

"Putrimu cantik sekali, Vin. Sepertinya cocok dengan putraku," ucap Daniel kemudian.

"Putramu juga tampan, Niel. Tapi sekarang, putriku sudah memiliki kekasih. Sepertinya putramu harus lebih berjuang dan bersabar," kata Malvin.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang