BAB 19
Pagi ini, keluarga Malvin Lesham sudah berkumpul untuk sarapan. Bahkan, Kiran sengaja mengundang Radit untuk makan bersama. Ia ingin berkumpul bersama orang-orang yang disayangi, tentu pengecualian untuk Bi Ijah dan Revan.
Bi Ijah menolak karena masih banyak pekerjaan di dapur, dan Kiran tidak bisa memaksa. Gadis itu belum siap jika harus bertemu Revan sepagi ini. Kejadian kemarin malam selalu menghantui pikirannya. Setiap kali membayangkan lelaki itu, jantungnya tidak bisa terkontrol.
"Rin, kamu udah siap masuk kampus baru?" tanya Kiran pada Karin yang duduk di samping Citra, tepat berhadapan dengan Radit.
Karin tersenyum seraya mengangguk. "Siap, kok, tenang aja."
Kiran mengangguk mengerti. Ia senang karena akhirnya Karin memutuskan untuk tinggal bersamanya, dan senang karena bisa satu kampus dengannya.
"Dit, hari ini lo jadi bodyguard-nya Karin dulu, ya." Karin menatap Radit yang duduk di sampingnya.
"Tapi, Nona ...."
"Iya, Mama setuju sama saran Kiran. Gimana, Pa?" potong Citra cepat.
Malvin menatap istri dan putri pertamanya itu, lalu beralih pada Radit yang menunggu jawabannya. Ia masih tidak mengerti dengan sikap istri dan putrinya itu, tetapi saran Kiran tidak ada salahnya juga. Toh, Karin belum memiliki bodyguard pribadi, pikirnya.
"Iya, Papa setuju sama saran Kiran," jawab Malvin kemudian. "Radit, hari ini kamu saya tugaskan untuk menjaga Karin. Biar Kiran bersama Revan saja."
Mendengar nama Revan, Kiran langsung tersedak. Ia terbatuk-batuk dan dengan cepat mengambil minum yang Radit sodorkan untuknya.
"Pelan-pelan dong, Ki," tegur Citra.
"Pa, please! Kiran nggak mau denger nama Revan dulu." kesalnya.
"Kenapa, Ki? Keinget yang malem, ya?" goda Karin yang langsung mendapat tawa pelan dari semuanya.
Kiran menatap saudaranya tajam. Namun, yang ditatap justru tersenyum mengejeknya. Kiran kesal, tetapi sisi jahil gadis itu muncul. Ia akan membalas saudaranya itu.
Saat Karin tengah menyantap makannya, Kiran lantas ia bertanya, "Rin, gimana hubungan kamu sama gebetan kamu? Ada perkembangan?"
Sontak tidak hanya Karin yang tersedak, melainkan Radit ikut tersedak juga. Mereka terbatuk bersamaan membuat Kiran dan Citra tertawa, sedangkan Malvin menatap mereka bingung.
'Sepertinya, hanya aku yang paling bodoh di sini,' batin Malvin.
"Kiran!" kesal Karin menatap saudaranya itu kesal.
Kiran menahan senyumnya agar tidak meledak. Melihat reaksi Karin dan Radit membuatnya yakin jika hubungan mereka ada perkembangan.
"Jadi, anak Papa yang satunya lagi udah siap nikah, hm?" goda Malvin agar tidak terlihat bodoh di depan istri, anak, dan pekerjanya.
Karin terbelalak mendengar pertanyaan itu. Ia kemudian berkata, "Papa apaan, sih?! Bikin bete aja."
"Kalau emang gebetan kamu udah serius, udah matang mau nikahin kamu, Papa setuju, kok. Papa restuin hubungan kalian."
"Papaaa."
"Kenapa?" tanya Malvin. "Papa jadi pengen, deh, ketemu sama calon kamu."
Kiran dan Citra saling menatap satu sama lain. Mereka kemudian menatap Radit yang menatap ke bawah, tidak berani menatap Karin atau pun yang lain. Gadis itu tahu, Radit merasa terpojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Kiran Untuk Revan (END)
Teen FictionRachella Kirania. ML., seorang gadis yang hidupnya selalu dipenuhi kesendirian, selalu merasa tidak dibutuhkan oleh kedua orang tuanya, sampai membuatnya frustrasi hidup di dunia. Kiran bukan tidak ingin bergaul, ia hanya tidak ingin jika dimanfaatk...