LWMT ~7

132 41 1
                                    

BAB 7

Kiran mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. Sekilas ia melirik jam yang tergantung di dinding ruangan itu, waktu sudah menunjukkan pukul 21.15 WIB. Sepulang dari pantai, Kiran dan Zidan memutuskan untuk berjalan-jalan, sekadar menghabiskan waktu dan merayakan hari jadi mereka.

Gadis itu menaruh tasnya di atas meja, sebelum akhirnya mencoba memejamkan mata. Ia merasa sangat lelah, padahal ia tidak melakukan hal-hal yang berat dan menguras tenaga. Namun, tubuhnya sering cepat lelah.

Tidak lama kemudian, Kiran mendengar ponselnya berdering tanda pesan masuk. Dengan gerakan perlahan, Kiran mengambil ponselnya di dalam tas, membuka dan membaca pesan yang ternyata dikirim oleh sang kekasih.

Zidan Adinaya : 'Udah tidur, Yang?'

Senyum terbit di wajah cantik gadis itu setelah membaca pesan dari Zidan. Jantungnya tiba-tiba saja berdegup lebih cepat saat membayangkan Zidan memanggilnya sayang secara langsung.

KiraniaML : 'Belum, kenapa?'

Zidan Adinaya : 'Tidur gih, biar besok nggak kesiangan. Besok gue jemput sekalian ketemu camer wkwk'

Kiran terkekeh kecil membacanya. Seperti biasa, Zidan selalu bisa membuatnya tersenyum dengan hal-hal kecil.

KiraniaML : 'Lo juga belum tidur. Dih, emang bokap nyokap gue ngakuin lo menantu gitu? Perasaan nggak deh'

Zidan Adinaya : 'Yaudah, yuk tidur bareng. Ya Allah, pacarku jahat sekali tidak mengakui calon suaminya:'('

KiraniaML : 'Sekarang belum sah, nanti aja kalau udah sah tidur barengnya. Becanda, Zid. Kalau mau ketemu bokap nyokap harus pagi'

Zidan Adinaya : 'Jadi, ceritanya ngode nih, pengen cepet-cepet dihalalin? :D'

Kiran tidak bisa lagi menahan senyumnya yang semakin tidak terkontrol. Jika sekarang Zidan ada di hadapannya, sudah dipastikan ia akan salah tingkah.

KiraniaML : 'Nggak ngode. Lo kali yang udah ngebet pengen ngehalalin :D'

Zidan Adinaya : 'Tau aja kalau gue pengen cepet halalin lo wkwk. Udah ah, sekarang lo tidur. Istirahat biar nggak sakit. See you besok, Sayang <3'

KiraniaML : 'Iya. Lo juga istirahat. See you too <3'

Senyum Kiran belum juga menghilang. Meski Zidan sudah tidak membalas pesannya, tetapi rasa senangnya belum juga menghilang. Percayalah, Zidan adalah cinta pertamanya, karena kebanyakan lelaki hanya mendekati Kiran untuk mengambil hartanya.

Kiran mengambil tasnya dan memilih untuk ke kamarnya. Ia harus menuruti perkataan Zidan untuk segera tidur agar bisa bangun lebih pagi. Namun, langkahnya terhenti saat ia melewati kamar tamu yang terletak di bawah tangga.

"Iya, Sayang. Nanti Mama sama papa tengook kamu, ya."

Kiran yang mendengar itu menautkan kedua alisnya. Ia mengenal baik suara itu yang tidak lain suara Citra, mamanya. Karena penasaran, Kiran memilih untuk mengintip dan memastikan. Untungnya, pintu kamar itu sedikit terbuka dan memudahkan Kiran untuk menguping.

"Tapi nggak sekarang."

"Mama sama papa lagi sibuk. Nanti kalau kerjaan papa udah selesai, Mama sama papa langsung ke sana."

Kiran semakin dibuat penasaran. Banyak pertanyaan yang muncul di benak gadis itu, tetapi ia terlalu malas untuk bertanya langsung. Ia hanya bisa berharap pada Radit, pengawal sekaligus kakak baginya.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang