LWMT ~5

140 47 3
                                    

BAB 5

Kiran sampai di rumah tepat pukul 05.00 WIB. Ia tidak melanjutkan tidurnya dan memilih untuk bersiap. Saat semua sudah siap, Kiran dikejutkan oleh seseorang yang berdiri di depan jendela. Namun, seketika ia memutar bola matanya saat mengetahui siapa orang tersebut.

"Mama ngapain di sini?" tanya Kiran to the point.

Citra berbalik dan tersenyum saat Kiran sudah berdiri di belakangnya. "Pagi, Ki," sapa Citra.

"Pagi," balas Kiran dingin.

"Sarapan bareng, yuk? Papa udah nunggu di bawah," ajak Citra.

Kiran menghela napasnya dan berkata, "Mama duluan aja ke bawah, Ki mau siap-siap dulu."

"Ya udah, Mama sama papa tunggu di bawah." Citra mengusap pundak Kiran pelan dan tersenyum manis. Sedangkan Kiran hanya memasang wajah tanpa ekspresi sampai akhirnya Citra pergi.

***

"Gimana, Mas, kamu udah ngomong ke daddy sama mommy?" tanya Citra sambil menyiapkan sarapan untuk sang suami.

"Belum, aku belum sempat menghubungi mereka, kamu sabar dulu, ya, Honey," jawab Malvin lembut.

"Aku takut mereka marah karena kita terlalu lama menyembunyikan ini, Mas."

Citra duduk di kursi kosong samping Malvin. Ia menatap suaminya itu penuh harap. "Aku mohon sama Mas. Mas harus bisa bujuk mommy buat cepet-cepet kasih tau Kiran, kalau urusan Ka ...."

"Kasih tau Kiran soal apa?"

Malvin dan Citra menoleh bersamaan. Mata mereka terbelalak tetapi sebisa mungkin bersikap biasa saja. Kiran tampak santai dan terus berjalan melewati kedua orang tuanya untuk duduk di kursi kosong depan Citra.

"Papa sama Mama nyembunyiin sesuatu dari Ki?" tanya Kiran lagi.

Citra terlihat bungkam dan terus menatap Kiran, sedangkan Malvin berusaha tetap tenang dengan menghela napas panjang.

"Tidak. Papa dan Mama tidak menyembunyikan apa pun dari kamu, Sayang," jawab Malvin lembut.

Kiran hanya mengangguk agar percakapan cepat selesai. Ia memilih untuk cepat menyelesaikan sarapannya dan langsung pergi.

Malvin dan Citra sesekali saling menatap satu sama lain dan menatap Kiran bergantian. Mereka bingung harus berkata apa pada anak gadisnya itu. Sampai akhirnya, Malvin yang mengalah.

"Ki," panggil Malvin lembut.

"Hmm." Kiran sama sekali tidak menatap sang papa yang memanggilnya. Ia tetap fokus pada sarapannya.

"Kamu berangkat ke Jerman kapan?" tanya Malvin lembut.

"Nggak tau." Lagi-lagi Kiran tidak menatap wajah kedua orang tuanya.

Malvin dan Citra menghela napas perlahan. Mereka tahu Kiran selalu bersikap dingin pada mereka, dan itu salah mereka yang jarang meluangkan waktu untuk Kiran.

"Kalau kamu mau berangkat, kasih tau Papa sama Mama, ya? Biar kita bisa antar kamu," ucap Malvin.

Kiran mendongak menatap Malvin dan Citra bergantian, senyum tipis terbit di bibir penuh Kiran. "Papa sama Mama punya waktu buat nganter Ki?" tanyanya.

Malvin dan Citra bungkam. Mereka saling menatap satu sama lain dan mulut mereka sama-sama tidak berucap. Entah kenapa, tetapi mereka ragu untuk mengatakan 'ya'.

Kiran menyeringai dan terus menatap kedua orang tuanya intens. Ia tahu jika kedua orang tuanya tidak akan pernah punya waktu untuknya. Entah sampai kapan, tetapi Kiran ingin semuanya cepat berakhir.

Dari Kiran Untuk Revan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang