~ CDHK ~ 05

2.3K 123 33
                                    



"Gimana hasil ujian Alfin?. " Tanya Ali padahal dia sudah tau bahwa putra kebangganya itu mendapatkan nilai yang tinggi.

" Alhamdulillah dia selalu mendapatkan nilai yang membuat kita bangga. " Balas Prilly duduk di samping Ali.

"Kamu pasti jauh lebih bangga kan saat di sana melihat secara langsung. " Ujar Ali mata nya tertuju ke layar laptop.

"Tentu saja.. Semua mengatakan kalau putra dari keluarga Wijaya sangat luar biasa. "

Ali diam masih fokus mengetik sesuatu di laptopnya.

"Li aku ingin membicarakan hal penting sama kamu. " Ucap Prilly serius.

"Ya silahkan bicaralah. " Melihat ke arah Prilly.

"Alfin bilang padaku kalau dia ingin tetap kuliah di jerman. "

"Sudah ku katakan.. Aku tidak akan mengijinkannya kemana pun. " Balas Ali tegas.

"Kamu tidak bisa egois begini Li.. Dia memiliki keinginan dan cita-cita nya sendiri.. Menurutku biarkan saja dia memilihnya.. Turuti saja apa maunya.. Kita sebagai orang tua tidak bisa mengekang anak-anak atas kehendak diri kita. "

"Aku tidak egois.. Aku hanya ingin yang terbaik untuk Putraku.. Menempuh pendidikan tidak harus jauh keluar sana.. Di dalam negeri juga masih bisa.. Kenapa harus keluar.. Bukan hanya Alfin saja yang aku larang.. Dwi pun juga pasti tidak aku ijinkan. "

"Tidak bisa gitu Li.. Kamu harus mengerti keadaan anak-anak kita... Kalau kamu terus bersikap seperti ini yang ada mereka akan semakin menjauh dari mu.. "

"Jadi aku harus bagaimana?? Kenapa tidak ada yg bisa mengerti maksudku.? Aku hanya tidak ingin dia terkena pergaulan bebas nantinya saat di luar sana. " Ucap Ali pelan.

"Aku tau kekhawatiran kamu sayang... Tapi Alfin Putra kita tidak gampang terpengaruh... Aku tau Alfin tidak akan berbuat yang membuat kita malu. " Balas Prilly mengelus lengan Ali.

"Tetap saja aku tidak akan mengijinkan Alfin.. Tidak ada yg bisa mengubah keputusan aku.. Aku tidak perduli jika dia menghindar atau menjauh dari ku. " Menutup Laptopnya dan beranjak. "Dan aku ingin berbicara soal ini dengan Alfin malam ini. " Beralalu meninggal kan Prilly.

Ketika Ali membuka pintu kamar nya Alfin sudah berdiri dengan tegap dan menatap tajam Papa nya menandakan bahwa dia sudah mendengar semua yang di bicarakan oleh kedua orang tuanya.

"Papa egois. " Desis Alfin menatap Ali. Ali yang di tatap kembali menatap Alfin.

"Papa ngelakui ini buat kebaikan kamu. " Balasnya menatap lembut Putranya.

"Justru apa yang Papa lakui itu membuat aku tidak baik Pa.. Papa gak bisa seenaknya mengatur kehidupan Alfin.. Alfin sudah dewasa Bukan anak kecil lagi yang seenak Papa bisa atur²." Ucap Alfin suaranya mulai meninggi.

Prilly yang melihat perdebatan antara anak dan suami nya langsung berjalan menghampiri mereka.

"Alfin.. " Tegur Prilly.

Ali mengangkat lima jari nya menandakan bahwa dia mennyuruh Prilly diam dan tidak ikut campur. Prilly yang mendapat peringat dari Ali tidak bisa berbuat apa² hanya diam mentap mereka.

"Lalu apa yang kau inginkan? " Tanya Ali tenang.

"Aku akan tetap pergi ke jerman baik atas persetujuan Papa atau tidak.. Aku tetap pergi. " Ucapnya tegas.

Dwi yang mendengar perdebatan di dekat kamar Papa dan Mama nya pun keluar untuk melihat apa yang terjadi.. Kenapa suara sang kakak terdengar keras apa yang terjadi.

Cinta Dalam HidupKu (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang