~ CDHK ~ 11

1.9K 101 21
                                    





Warning!!air mata jangan sampek jatohh.. Cukup berkaca kaca ajaa..  Ok lahh



Happy Reading All..









Perlahan Prilly berjalan bersama Alfin yang mengikuti nya dari belakang. Tatapannya terus mengarah ke Ali yang sudah di tutupi kain putih dengan saparuh badannya. Dwi terus menangis dengan memeluk tubuh Ali.. Prilly berdiri di samping brangkar Ali di terus menatap Suami nya itu dengan tatapan kosong. Alfin yang sudah tau apa yang terjadi dengan Papa nya dirinya sedari tadi mengeluarkan air matanya dalam diam.

"Wi kamu kenapa?. " Tanya Prilly yang mulai buka suara dengan lirih.

Dwi hanya diam memeluk Ali.. Bahunya bergetar bibirnya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan Mama nya. Dirinya hanya diam dan terus menangis.

"Papa kamu kok di peluk gitu? Terus kenapa badan Papa kamu di tutupi begini? Dia kedinginan? Kamu kenapa wi jawab Mama.. Jangan erat-erat peluk Papa nya. " Ujar Prilly terus bertanya.

"Hiksss.. Hikss... Pa.. Pa Ma. " Jawab Dwi serak diiringi isak tangisnya.

"Iyaa.. Mama tau.. Papa kamu lagi tidur.. Jadi kamu jangan peluk Papa kamu dong... Sesak nanti dia. " Ujar Prilly begitu pilu menatap Sang suami.

"Ma... Udah yaa.. Kita bawa Papa pulang. " Ucap Alfin dengan tangisnya.

"Kamu gimna sihhh.. Papa kamu masih sakit.. Liat kan dia lagi tidur.. Kalau kalian mau pulang yaudah pulang aja.. Biar Mama disini. " Balas Prilly air matanya mulai mengalir di pipi nya.

"Hiksss hiksss... Kak Papa kak.. " Dwi bangkit dari duduk nya dan berhambur memeluk Alfin.

Prilly langsung duduk di sebelah Ali dan membuka penutup kain nya lalu menggenggam tangan Ali yang dingin.

"Tangan kamu kok dingin banget sihh.. Kamu dingin ya.. Yadh aku hangati ya.. Nihh udah aku genggam tangan kamu.. Nyenyak banget sihh tidurnya... Maaf ya aku semalam gak nemani kamu disini.. Aku janji sekarang aku akan tetap disini.. Aku gak akan beranjak sedikitpun sampai kamu bangun.. Jadi kamu jangan lama-lama ya bangun nya. " Mengecup tangan Ali dan menggosokkan tangannya pada Ali.

"Kak.. Hikss hikss. " Dwi semakin terisak melihat keadaan Prilly. Sepertinya Mama nya itu tidak bisa terima atas kepergian Papa nya. Dwi sangat sedih dan prihatin atas sikap Prilly yang seolah olah tidak tau apa yang terjadi.

"Maaf permisi.. Apakah jenazah Pak Ali bisa di bawa pulang sekarang.? " Tanya petugas pengurus jenazah.

"Sebentar ya Pak.. Biarkan dulu Mama saya.. Bapak bisa tunggu sebentar lagi ya. " Ujar Alfin.

"Baik mas.. Saya permisi. " Ujarnya.

Setelah kepergian petugas pengurus jenazah Alfin beralih menatap Prilly yang terus berbicara pada Papa nya. Padahal bisa dilihat Mama nya itu sudah menangis dia begitu rapuh tidak bisa menerima kenyataan yang ada. Alfin melepas pelukan Dwi yang sedang menangis dan berjalan menghampiri Prilly.

"Ma... Kita pulang ya. " Ujar Alfin lembut memegang pundak Prilly.

"Mama gak mau Alfin.. Mama mau disini.. Tunggu Papa kamu bangun terus udah sembuh baru Mama mau pulang... Mama pulang jika bersama Papa mu. " Tolak Prilly masih terus menggenggam tangan Ali dan menciumnya.

"Ma.. Papa gak akan bangun.. Udah ya... Papa udah tenang. " Ucap Alfin selembut mungkin perlahan air matanya jatuh.

"Apa yang kamu katakan.. Papa pasti bangun.. Dia hanya kelelahan dia lagi istirahat.. Ya kan Wi Papa hanya istirahatkan. " Balasnya.

Dwi yang mendengar ucapan Prilly semakin terisak membekap mulutnya. Dirinya tak kuasa menahan tangis.. Dirinya sangat tak tega melihat keadaan Mama nya yang sangat kehilangan dan tidak rela atas kepergian Papanya.

"Ayo wi kita bawa Mama keluar.. Biar petugasnya yang bawa Papa ke rumah. " Ujar Alfin.

"Dwi gak sanggup kak liat Mama kayak gini.. Hikss hikss.. " Balas Dwi menggelengkan kepalanya membekap mulutnya dengan tangisnya.

"Wi kita harus bisa membuat Mama kuat.. Kita harus kuat untuk Mama.. Kamu jangan gini.. " Ujar Alfin lirih.

Dwi mengangguk dan berjalan menghampiri Alfin dan tangannya mulai memegang tangan Mama nya bersama Alfin. Mereka memegang tangan Prilly dan membawa Prilly beranjak dari sisi nya secara pelan.

"Ayo Ma.. Kita bawa Papa pulang. " Ucap Alfin membantu Prilly.

"Ma.. Ayo kita sama-sama bawa Papa ya.. Ayo. " Ucap Dwi juga membantu Prilly.

"Mama gak mau... Kalian kenapa sihhh.. " Tolak Prilly saat dirinya sudah beranjak akibat Ulah Alfin dan Dwi.

"Mama masih mau disini sama Papa. " Lanjutnya yang ingin duduk lagi.. Tapi Alfin menahan Prilly.

"Udah ya Ma.. Kita ikhlaskan Papa pergi.. Papa udah tiada Ma.. Papa udah ninggali kita semua. " Ujar Alfin dan sontak saja Prilly menatap Alfin dengan tajam.

"Kamu ngomong apa hahh.. Kamu berharap Papa kamu pergi iyaa... Kamu benci sama Papa kamu iyaa.. Tega kamu fin. " Ujar Prilly menangis.

"Ma.. Alfin gak benci sama Papa.. Tapi memang kenyataanya Papa udah pergi. " Balas Alfin lirih. 'Alfin sayang banget sama Papa Ma. ' Lanjutnya di dalam hati.

"Lepass Mama mau sama Papa.. Lepasi Mama fin.. " Ujar Prilly meronta saat tangannya di pegang oleh Alfin.

"Enggak Ma.. Biarkan Papa di bawa kerumah.. Kita urus pemakamannya... Wi bantu kakak nenangi Mama. " Ujar Alfin menatap Dwi yang sibuk menangis.

"Lepas Alfin.. Apa yang kalian lakukan heiii... Jangan tutup wajahnya... Jangan lepas alat itu.. Kalian apakan suamiku.. Lepas Fin.. Liat mereka jahat sama Papa kalian.. " Ujar Prilly meronta di pelukan Dwi dan Alfin.

Alfin dan Dwi menangis melihat keadaan Mama nya. Lihatlah betapa rapuh nya Mama mereka, betapa hancurnya dia.. Sahabat hidupnya telah pergi.. Teman hidup nya yang selama ini menemani nya kini telah pergi selamanya.

"Cukup Ma.. Ikhlasi Papa Ma.. Hikss hiksss. " Ucap Dwi memeluk Prilly yang berusaha ingin melepaskan diri.

"Papa udah pergi dengan tenang... Papa gak akan merasakan sakit lagi Ma... Papa udah bener² udah pergi.. Tugasnya udah selesai di dunia ini.. Mama jangan gini.. Dwi gak sanggup liat Mama seperti ini.. Papa akan sedih disna Ma... Cukup Ma cukup. " Lanjut Dwi semakin memeluk erat Prilly.

Prilly yang di peluk oleh kedua anaknya hanya menatap kosong ke arah Ali. Fikirannya melayang saat kebersamaan dirinya bersama Ali. Sudah 18 tahun lamanya mereka hidup bersama.. Apakah sampai disini saja perjalanan hidup mereka.. Prilly kembali menangis meraung dan memberontak saat memori kenangan nya bersama Ali berputar dan bersamaan dengan dirinya melihat tubuh Ali perlahan di angkat dan digotong oleh petugas-petugas jenazah.

"Jangan bawa dia.. Heii hentikan... Wi.. Hentikan mereka.. Jangan biarkan mereka bawa Papa.. Fin kamu jangan diam aja... Hentikan mereka... Mama mohon.. " Memberontak dari pelukan Dwi dan Alfin. Alfin dan Dwi sampai kewalahan menahan Prilly.. Mama nya semakin mangis meraung dan memberontak ketika Papa nya berhasil di bawa keluar dari ruangannya.

"Mama mohon.... Hentikan mereka... Jangan pergi.. Aku mohon...  Ali " Ucap Prilly pelan dengan bersamaan tubuhnya lunglai kebawah dan kesadarannya pun hilang.

"...... "


























Bersambung...

Cinta Dalam HidupKu (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang