prolog

242 20 9
                                    

Pembaca tahu bagaimana caranya menghargai penulis.

Ini adalah karya pertama yang berhasil saya tulis. Saya sudah berusaha semampu saya mengemas cerita ini menjadi lebih apik. Jika ada kesalahan baik cara penulisan mau alur cerita, mohon maaf untuk bisa di makhlumi. Karena tak ada makhluk di alam semesta yang sukses tanpa adanya usaha.

Beri dukungan, berupa vote ataupun comment. Jangan ragu untuk mengkritik. Saya akan menerima kritikan sebagai motivasi dalam menulis

Semoga paham dengan alur cerita
Happy reading

__________________________________

April 2013

"Yerin.. Cepet kalau kelamaan nanti mama khawatir" teriak Ferdi dari ambang pintu, ini telah memasuki menit ke 25 setelah sekolah di bubarkan, namun dua anak kecil itu masih berapa di dalam kelas, entah apa yang tengah mereka lakukan sekarang.

"Bentar Fer,  kalau kamu mau pulang duluan gapapa, biar aku pulang sendirian" pekik anak yang bernama Yerin tersebut, entah apa yang tengah ia lakukan, namun saat ini ia tengah memandangi setiap sudut ruang kelasnya itu. Seolah kini ruangan dengan cat tembok berwarna cream itu terlihat begitu menarik baginya hingga ia terus-menerus memandanginya.
Terlihat kini anak tersebut mulai menunjukan wajah muram tergambar jelas dari kedua bola matanya yang terlihat mulai berair.

Karena sedikit merasa penasaran dengan apa yang dilakukan oleh temannya tersebut, kini anak laki-laki yang telah diketahui bernama Ferdi itu mendekat dan menghampiri Yerin"Kamu kenapa sih rin, bentar lagi jam 12,nanti mama marah kalau kita telat pulang"

Namun apa yang kini Ferdi katakan sama sekali tak di gubris oleh Yerin, Yerin hanya terdiam sembari menatap setiap sisi ruang kelas.
"Kamu kenapa, cari apa sih.. Ayo pulang" Ferdi mendekati Yerin  yang kemudian menepuk pundak gadis kecil itu.
Dilihatnya kini gadis itu tengah tertunduk dengan air mata yang telah mengenang di kedua pipinya, Ferdi masih belum mengerti mengapa yerin menangis kali ini, apakah ada masalah dengan Yerin?namun masalah apakah itu?setahunya gadis itu jarang sekali menangis.

"Ferdi.. "Isak Yerin membalikkan badannya menghadap teman lelaki yang kini berdiri di depannya. 

"Kamu kenapa Yerin?"

"Fer, besok papa aku dipindah tugaskan ke Bogor, terus keluarga aku juga ikut pindah, Fer. Itu tandanya aku gabisa lagi ketemu sama kamu, main sama kamu, gabisa lagi sekolah disini" isak tangis Yerin pecah ketika ia mengatakan penyebab mengapa ia menangis kepada Ferdi.

"Hah beneran, kamu jangan bo'ong ya sama aku? "Ferdi memegang kedua bahu Yerin seolah masih tak percaya dengan apa yang yerin katakan. Rasanya Yerin tengah berbohong, namun jika ia berbohong mengapa terlihat begitu nyata.

"Iya Fer,aku ga bo'ong, kita gabisa ketemu, main bareng, berangkat sama pulang sekolah bareng, aku bakal kangen banget sama kamu Ferdian" isak tangis Yerin kembali terdengar, Ferdi meminta Yerin untuk duduk terlebih dahulu tepat di salah satu kursi dalam kelas itu guna menenangkan Yerin yang kini tengah terisak.

Ferdi tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia tak ingin Yerin pergi. Pasalnya saja mereka memang sudah berteman sejak lama. Seolah Ferdi masih belum dapat menerima pernyataan Yerin"Kok gitu sih, kamu berapa lama disana? Bujuk papa kamu buat cepet kembali ke sini"

Yerin menatapkan pandangannya kepada Ferdi"Enggak tau, kayaknya aku akan besar di sana"

"Rin, kamu janji ya suatu saat nanti bakalan kembali"ujar Ferdi.

"Gatau Fer,aku mungkin gabisa balik"Yerin kembali menangis

"Berjanjilah.. Kamu harus kembali Rin, kita akan tumbuh dewasa di bersama"ucap Ferdi tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari wajah Yerin yang kini telah dipenuhi dengan tetesan air mata yang menggenang di kedua pipinya. Kemudian Ferdi mengacungkan jari kelingkingnya sebagai tanda bahwa Yerin harus membuat perjanjian dengannya kali ini.
Yerin menarik salah satu ujung bibirnya, membuat simpul senyum disana yang kemudian langsung mengangkat jari kelingkingnya dan mengaitkannya tepat di jari kelingking Ferdi.

"Yaudah, benar lagi jam 12, ayok pulang"ajak Ferdi beranjak dari kursi yang di tempatnya tadi dan disusul oleh Yerin.

###

Yerin dan Ferdi merupakan dua anak kelas 3 SD yang memang selalu bersama, bisa dikatakan mereka telah menjalin hubungan pertemanan semenjak mereka bayi. Pasalnya saja Yunita-mama Yerin, serta Maya-mama Ferdi adalah sudah menjalin persahabatan sejak mereka masih berada di bangku SMA. Apalagi ditambah rumah mereka yang kini berdekatan memungkinkan Ferdi dan Yerin dapat berteman sedari kecil.

Saat mendengar Yerin akan pergi pindah,sedikit ada rasa tak rela di benak Ferdi, ia begitu terpukul mengenai hal itu. Pasalnya dengan hubungan pertemanan mereka yang cukup terbilang lama, tentu saja Ferdi akan merasakan rasa kehilangan.

###

Esok itu orang tua Yerin tengah sibuk mengemasi barang barang dan memasukannya ke dalam mobil.

Disaat mama dan papanya tengah sibuk mengemasi barang, Yerin hanya duduk merenung di dalam kamarnya. Ia tak memperdulikan panggilan mamanya yang terdengar berkali-kali untuk memintanya turun.

"Rin! "Panggil Yunita yang sudah berada di ambang pintu kamarnya. Dilihatnya Yerin yang kini tengah duduk menekuk kedua lututnya, memeluknya erat tepat diatas kasur kamarnya.

" kenapa ma? "

"Mama boleh masuk? "

"Iya boleh kok ma"

Yunita mulai melangkahkan kaki nya masuk dan duduk di samping gadis itu, ia mengelus-elus puncak kepala anak nya itu" kamu kenapa? Ga rela tinggalin Jogja?"Tanya Yunita.

"Iya ma,, Yerin gamau pergi, Yerin gamau tinggalin Ferdi, Yerin juga gamau tinggalin temen-temen sekolah Yerin, di Bogor Yerin pasti kesepian gapunya temen" kata Yerin dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang!! setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Kamu harus terus melangkah, perpisahan memang sakit. Namun, kalau kamu ga mau melangkah maju kamu gakan menemukan hal-hal baru, Yerin di sana pasti punya teman kok, semua hanya perlu proses, inget kan dulu waktu pertama masuk sekolah,Yerin belum punya temen,satu satunya temen Yerin hanya Ferdi kan?namun lambat laun Yerin mulai bisa menyesuaikan lingkungan Yerin dan akhirnya. Sekarang Herin punya temen kan, semua perlu proses. Kamu harus beradaptasi dengan lingkungan barumu disana, kita coba dulu ya"ujar Yunita tak henti-hentinya mengelus kepala anaknya.

" ma..tapi Mama sama papa harus janji ya sama Yerin, suatu saat nanti kita bakalan kembali ke sini" pinta Yerin

Yunita tersenyum mendengar permintaan anaknya itu" iya mama janji kok, sekarang turun ya, kita berangkat, tadi udah ada Ferdi nungguin kamu di depan"

Yerin kembali memunculkan seutas senyum di wajahnya. Ia kemudian pergi menuju halaman dan memang benar Ferdi telah menunggu disana beserta kedua orang tuanya.

"Yerin.....! "Seru Ferdi dan berlari menghampiri gadis itu yang baru saja keluar dari pintu rumahnya disusul Yunita tepat di belakangnya.

"Rin hati-hati ya, jaga kesehatan kamu"kata Ferdi sembari tersenyum menatap Yerin

"Iya Fer, kamu juga ya,"

"Rin berjanjilah kamu bakalan kembali!, inget aku menunggu mu, ayo main lagi, ayo kita.."Ferdi menjeda ucapannya, ia lalu mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Yerin"main kerumah pohon lagi"

Mendengar itu Yerin kembali tersenyum"Iya, suatu saat aku kembali Fer, kamu tenang aja, tapi. kalau aku kembalinya lama, kamu harus tetap tunggu aku ya, jangan pernah lupain aku"

Ferdi mengangkat jempolnya tanda ia setuju dengan perkataan Yerin.

"Rin, ayok masuk keburu siang" teriak Yunita

Yerin mengarahkan pandangannya kearah sumber suara, dengan berat hati Yerin harus segera bergegas"Fer aku berangkat ya"

Yerin kemudian berlari menghampiri Yunita yang kini telah membuka pintu mobil.

"Duluan ya May..!"teriak ymYunita sembari melambaikan tangannya tanda perpisahan.

"Iya hati-hati ya,"balas Maya- mama Ferdi.

"Yerin, cepet kembali...aku menunggu kamu"teriak Ferdi ketika Yerin telah berada di dalam mobil.
Merasa seseorang meneriaki namanya, kini Yerin melambaikan tangannya kepada orang tersebut seraya tersenyum.

Perlahan lahan mesin mesin itu mulai bekerja dan mobil itu kemudian melaju dengan pelan yang semakin lama semakin  cepat menuju keluar kompleks perumahan. Yerin dapat melihat dengan pasti sosok Ferdi tengah melambaikan tangan kearah dirinya seiring berlalunya mobil itu pergi.

This Love ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang