"Mungkin ini terakhir kali gua bisa nemenin lo sebelum pertandingan itu dilaksanakan"ucap anak lelaki itu memandang langit yang kini terlihat mendung.
Dari atas rooftop sekolah memang sepi membuat Ferdi mengajak Yerin untuk disini. Pasalnya saja semalam sempat turun hujan dan pastinya jalan menuju rumah pohon terlalu becek dan tergenangi air.
"Kenapa?"Yerin menakutkan kedua alisnya memandang Ferdi yang tengah menatap langit mendung di atas sana.
Ferdi mengalihkan pandangan nya dari awan hitam itu dan menuju Yerin"tiga hari lagi tim gua tanding, kita dikejar waktu..sepulang sekolah gua harus latihan sampai magrib. Jadi gada waktu buat nemenin lo..maaf"
Yerin menatap Ferdi lalu terkekeh mendengar ucapan lelaki tersebut. Aneh untuk apa ia meminta maaf seolah tak ada hari lain saja.
"Ngapan lo minta maaf sih anjir habis tanding kan bisa"
"Gua Takut kecewain elo"
"Halah sok-sok an lo,"
Keadaan kembali hening mereka sama-sama menatap awan yang menghitam diatas sana, entah perasaan Yerin saja ataukah memang begitu namun awan disana semakin lama semakin menghitam mungkin tak lama lagi hujan akan turun.
Dan benar saja Tak lama gerimis mulai turun yang semakin lama semakin menderas. Entah mengapa rasanya Yerin tak ingin berpindah dari tempat itu, namun tarikan tangan Ferdi membuatnya ikut untuk turun mencari tempat teduh di sepanjang koridor sekolah.
Suasana sekolah memang sudah sepi, tak ada satupun siswa-siswi yang berlalu lalang. Memang seperti itulah sekolah, ketika pagi mulai muncul banyak yang datang meramaikan suasana gedung sekolah. Namun, ketika matahari mulai menenggelamkan diri di ujung barat, mereka kembali, pergi meninggalkan gedung sekolah dalam kondisi sunyi. Memang layaknya seperti itu mereka menggunkan gedung sekolahan hanya untuk tempat singgah, lalu ketika mereka sudah berhasil mereka akan segera pindah, meninggalkan tempat sekolah dengan penuh cerita.
"Kenapa lo narik gua sih"suara Yerin yang terdengar tak terlalu keras di telinga Ferdi karena beradu dengan suara derasnya air hujan.
Ferdi menarik tangan Yerin menuju salah satu kursi panjang di depan salah satu ruang kelas"gua gamau besok lo ga masuk gegara main hujan"
Yerin menghela nafas sembari memandang derasnya hujan. Sebenarnya gadis itu begitu menyukai hujan, entah sejak kapan ia mulai menyukai suasana ketika hujan. Bau petrichor menjadi bau favorit nya ketika hujan turun.
"Fer lo tau ga?gua suka hujan"
Seketika Ferdi menengok kearah Yerin ketika ia mendengar Yerin bersuara"kenapa?"
Yerin tetap memandang hujan tanpa berniat menatap lawan bicaranya kali ini"entah kenapa ketika hujan turun gua selalu dapat menemukan bayangan lo di ingatan"
Kini ditatapnga Ferdi yang tengah menatapnya pula "lo tau?sewaktu gua kecil, saat hujan turun gua selalu keinget sama lo. Dan ketika gua inget gua selalu pergi ke teras rumah sembari bermain air yang mengalir lewat genteng rumah, gua berharap lo temuin gua di Bogor. Kadang mama suka marahin gua karena nglakuin hal itu"
Ferdi mengganguk mendengar ujaran Yerin"gimana cara nemuin lo di Bogor,orang habitat gua di sini "suara tawa Ferdi kembali terdengar.
"Kan itu yang gua lakuin pas gua kecil, sekarang gua seneng bisa ketemu lagi sama lo"
Ferdi menghentikan tawanya, ia kembali menatap aliran air hujan yang terus menerus mengalir tanpa henti. Keadaan menjadi hening hingga akhirnya ia kembali mencoba mencairkan suasana.
"Lo tau ga?gua tuh pengen banget elo kaya hujan"ujar Ferdi

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love ( REVISI )
Novela Juvenil"Bagaimana caraku mengungkapkan rasaku,jika aku pun tak mengerti dengan apa yang kurasa-" This Love