Epilog

28 2 0
                                    

"Ferdi pelan-pelan, aku takut jatuh" ujar Yerin kecil.

Anak laki-laki itu terlalu keras mengayun ayunan itu. Membuat gadis kecil di atasnya takut jika ia terjatuh saat itu juga.

"Tenang Rin. Aman kok kalau sama aku"

Anak Laki-laki itu terus mengayun. Semakin lama ayunan itu semakin kencang. Gadis itu berpegangan erat pada tali. Takut jika ia benar-benar terjatuh saat itu juga.

"Gimana? Enak kan?"

"Iya. Tapi aku takut jatuh Ferdi. Ini terlalu kencang"

Anak laki-laki itu tak memperdulikan apa yang anak perempuan itu katakan.
Ia terus mengayun, semakin lama semakin kencang. Hingga akhirnya.

Brukk...

"Aw.. Mama....!!!" rengeknya.

Anak itu benar-benar terjatuh. Ia menangis. Lututnya lecet hingga mengeluarkan darah.
Ferdi berlari. Menyusul anak yang kini tengah terkusur di atas tanah.

"Kamu gapapa?"tanyanya. Dilihatnya lutut yang berdarah itu.

"Sakit.." rengeknya.

Ferdi menunduk. Meniup-niup pelan luka di lutut Yerin.
"Udah mendingan?" tanya lelaki kecil itu.

Yerin mengganguk. Bahkan ia telah berhenti menangis" tapi masih sakit"

Ferdi tampak terdiam sejenak. Lalu anak itu berlari. Meninggalkan Yerin sendiri di bawah pohon itu dengan lutut yang terluka.

"Ferdi.. Kamu mau kemana?"

Percuma. Tak ada sahutan dari anak laki-laki kecil itu. Anak itu masuk kedalam rumahnya. Sepertinya ia melarikan diri, karena telah membuat Yerin celaka.

Tak berselang anak itu kembali. Membawa kotak berwarna putih di tangannya.

" mana. Aku obatin" ujarnya. Lalu di keluarkan kapas serta obat merah dari kotak tersebut.

Yerin membuka tangan yang menutupi lututnya. Lalu Ferdi meneteskan cairan antiseptik ke selembar kapas. Dengan hati-hati anak itu membersihkan luka itu.

Beberapa kali gadis itu merintih.

"Tahan. Ga bakal sakit kok"ujarnya.

Anak laki-laki itu kembali memasukkan obat-obat tadi kedalam kotak.
"Maafin aku ya!"

Yerin tersenyum. "Iya. Gapapa kok. Lain kali jangan gitu. Aku takut"

Ferdi mengganguk. Anak itu lantas mengeluarkan dua bungkus roti yang sengaja ia masukkan kedalam bajunya.

Ia memberikan sebungkus roti itu pada Yerin. Lantas gadis itu menerimanya.
"Kenapa di masukin ke baju?"

"Nanti mama liat. Aku takut di marahin ambil roti di dapur" balasnya dengan mulut masih penuh dengan roti.

Yerin mengganguk. Menikmati roti dari anak laki- laki itu. Sesaat kemudian Ferdi kembali mengeluarkan sesuatu dari bajunya.

"Itu apa?" tanya gadis kecil itu

Anak laki- laki itu menyodorkan benda tersebut.

"Buat kamu" ujarnya.

Yerin menerima benda itu. Mengamatinya dalam-dalam.

"Itu buku. Buku harian" timpal si pemberi.

"Buat aku?"

Sontak anak laki-laki kecil itu mengganguk."itu buku kosong. Nanti kamu tulis pengalaman sehari-hari kamu di situ"

Gadis itu mengernyit"buat apa? Aku gasuka nulis" ujarnya lantas mengembalikan buku tebal itu.

Ferdi mendengus."kamu ambil. Aku beli waktu jalan-jalan sama mama. Buku itu penting. Nanti kalau kamu udah besar kamu bisa buka lagi. Membaca tulisan kamu"

Gadis itu meng'o kecil "oh..gitu. Harus banget ya aku terima?"

Lelaki itu mengganguk mantap."banget.. Banget pokoknya. Aku beli pake uang tabungan ku. Kamu harus ngisi terus kamu simpan sampai kamu dewasa nanti."

Yerin tersenyum samar"iya-iya aku isi. Tapi nanti kita bagi gimana?"

"Maksudnya?"

Yerin terkekeh pelan"nanti aku isi setengah halaman. Terus kamu juga isi setengahnya"

Ferdi tersenyum lantas mengganguk. "Oke.! Tapi janji ya kamu simpen"ujarnya sembari mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji" balas gadis itu yang langsung menautkan kelingkingnya di kelingking anak itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This Love ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang