Sei berdiri tepat di sebelah kiri pos satpam SMA itu. Ia terlihat mengotak-atik benda pipih itu di kedua tangannya. Terlihat jempol tangan itu begitu lincah mengeser-geser layar ponsel, sesekali ia mengerakannya tepat seperti tengah mengetikan sesuatu.
Gadis itu menunggu, Yerin tengah mengambil kendaraannya kini. Yerin sempat meminta Sei untuk menunggunya tepat di samping gerbang. Tanpa alasan, ia meminta gadis itu, jarak parkiran sedikit jauh, tak ingin Sei ikut lelah karena berjalan bersamanya.
Plakk..!
Satu tamparan tepat mengenai pipi kiri Sei. Cukup keras hingga berhasil membuat wajah gadis itu tertoleh seketika. Ponsel yang awalnya berada di gengamannya kini telah tergeletak tak jauh dari jarak sepatunya.
"Rasain lo"
Sei mencoba memalingkan pandangannya. Dengan tangan kiri yang masih memgengangi pipinya yang kini masih terasa perih. gadis itu berupaya menatap siapa pelaku penamparan itu.
Sei menautkan kedua alisnya hingga nyaris sempurna memandang siapa orang itu. Asing, wajah anak itu terlihat asing di mata Sei.
Orang itu terlihat menyeringai ketika wajah Sei tepat memandangnya, "rasain, itu hukuman karena lo udah seenaknya ambil calon cowok gua".
"Maksud lo?"Sei tak mengerti dengan gadis itu. Mengapa ia menampar wajahnya. Apa Sei punya salah, padahal dia rasa ia kali pertama ia melihat gadis ini.
Cassandra, gadis itu adalah Cassandra. Ia adalah salah satu anak kelas sebelas MIPA tiga. Pantas saja Sei tak pernah melihatnya. Pasalnya saja letak ruang kelas mereka yang berjauhan.
"Gosah sok polos lo!, kemaren lo jalan berdua kan sama Angga. Asal lo tau ya, Angga itu calon pacar gua".
"Kok lo bisa ta_"
"Lo gaperlu tau gua tau darimana!. Intinya, lo jauhin dia!,atau gua jamin hidup lo gakan tenang!"ujar gadis itu yang seketika saja langsung pergi meninggalkan Sei.
Sei memandang kepergian gadis itu. Mengapa ia tiba-tiba melarang, setahunya Ferdi itu tak punya pacar. Ah.. gadis tadi mengatakan bahwa ia calon pacar.
Entahlah, Sei tak ingin mengambil pusing akan gadis itu, mungkin dia salah satu fans garis keras Ferdi. Atau malah gadis itu adalah gadis gila.
Sei berjongkok memungut kembali ponselnya. Sebelum Yerin menangkap basah dirinya baru saja menjadi korban penamparan perempuan gila.
***
Yerin menghembuskan nafasnya sedikit kasar, mengamati lelaki di sampingnya,ia mendengus sejak tadi anak laki-laki itu terus menerus menatap layar ponselnya,bermain game. Bahkan sesekali omongan Yerin tak digubris sedikitpun olehnya.
"Ngapain sih?."
"Mabar ini Rin." sahutnya tanpa berpaling dari ponsel yang kini miring di kedua tangannya.
Yerin kembali menghela nafas. Berpaling darinya, kini dipandangnya awan yang terlihat sedikit mendung di atas sana. Rooftop sekolah, yap, tempat itu yang kini ia dan anak laki-laki itu singgahi. Bell sekolah telah berdering sekitar dua puluh menit lalu. Kedua orang itu tak ingin lekas pulang, sekedar mampir di rooftop,entah untuk apa. Namun mereka melakukan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Love ( REVISI )
Teen Fiction"Bagaimana caraku mengungkapkan rasaku,jika aku pun tak mengerti dengan apa yang kurasa-" This Love