PART 24

32 2 0
                                    

Gelengan wanita itu menginterupsi tatapan permohonan suaminya. Perempuan dengan rambut sebahu berbalut jas putih di depannya hanya menatap datar, mengirim sinyal harapan. Setelah menjalani serangkaian tes laboratorium, dokter mendiagnosa typus pada tubuh Yasha. Opname beberapa hari ke depan harus Yasha jalani.

Setelah pertemuannya dengan Ayu kemarin sore, ia enggan melanjutkan niatnya ke rumah sakit. Setelah semalaman dilanda sakit perut dan demam yang semakin tinggi, pagi ini ia menyerah kembali. Mengunjungi sebuah rumah sakit untuk memastikan kondisi. Reyvan tak bisa berbuat banyak. Ayna yang biasanya akan membantu menangani lebih cepat, terkendala kesibukan merampungkan gelar spesialisnya, dokter muda itu cuti untuk beberapa minggu ke depan.

Lelaki itu menatap iba wanitanya. Cemas menjejak jantungnya. Wanita di sampingnya itu melemas dari semalam, bahkan beberapa kali hampir terjatuh andai saja Reyvan tak sigap menahan tubuhnya.
"Aku temenin, ya?"

Gelengan lagi. Dokter di depannya merasa perlu untuk membantu membujuk pasiennya.
"Tidak akan sampai seminggu. Kalau kondisimu lekas membaik, tiga sampai empat hari ke depan kamu boleh pulang," fatwanya.

Dan di sini. Di ruangan serba putih kelas VVIP kembali Yasha tempati. Setelah tujuh bulan terlalui, jarum infus itu kembali menyapa lengannya yang putih. Ia mengerjap setelah efek obat mulai berkurang. Tak ada seorang pun di sini, sepi. Hanya deru mesin pendingin ruangan yang terdengar. Tak berminat menginspeksi isi ruangan, ia membiarkan bola matanya menatap ke atas. Menghitung lampu-lampu yang menyala. Beberapa menit menyimak langit-langit kamar, pintu ruangan terdengar dibuka seseorang.

"Udah bangun?"

Reyvan menghampiri dengan sekantong buah tertenteng di tangannya. Saat Yasha tertidur tadi, ia meninggalkannya sebentar untuk membeli beberapa buah-buahan dan makanan.

"Aku kupasin buah, dimakan ya," Ucapnya seraya mengeluarkan sebutir jeruk dari kantong plastik.

"Mas...pulaaang..."

Rengekan yang Reyvan rindu kembali terdengar. Sisi manja Yasha hadir lagi. Reyvan tersenyum tipis. Membantu Yasha duduk bersandar pada bantal.

"Makan dulu, nanti kita pulang," sahutnya seraya menyuapkan selapis daging jeruk ke mulut Yasha. Rayuan yang lebih tepat ditujukan pada anak-anak. Tapi Reyvan menyukai itu. Beberapa hari ini ia rindu mencandai istrinya layaknya bocah kecil yang bisa ia rayu dengan gemas.

Wanita itu menurut. Tidak ada pembicaraan lagi. Tidak ada rengekan lagi. Ia menerima suap demi suap jeruk yang Reyvan suguhkan.

"Mau lagi?" Tanya Reyvan setelah buah ditangannya tersisa satu lapis.

"Mau yang lain,"

"Mau apa?"

"Peluk,"

Reyvan tertawa pelan. "Satu lagi, nanti aku peluk," titahnya, lalu menyuapkan lapisan terakhir buah jeruk.

Beberapa detik kemudian, permintaan Yasha Reyvan tunaikan. Ia dekap wanitanya penuh sayang. Membiarkan ruang rasa di isi kembali oleh Yasha yang manja. Yasha menumpukan kepalanya di dada Reyvan. Element penting yang amat ia sukai karena selalu memberi rasa nyaman.

"Maaf, udah ngerepotin mas Rey terus," bisiknya pelan.

Reyvan merenggangkan pelukan. "Bukan istri namanya kalau engga ngerepotin,"

Yasha meninju pelan lengan Reyvan. Lelaki itu membalas dengan kekehan. Di usapnya pipi Yasha pelan-pelan.

"Cepet sembuh. Aku sayang kamu,"

Satu lagi yang Reyvan pelajari dalam pernikahan. Menjadi suami atau istri bukan hanya perihal menemani, lalu memahami. Tapi lebih kepada tanggung jawab akan penerimaan diri seorang pasangan. Kekurangan yang ada dalam pasangan jika diterima dengan ikhlas akan menjadi sebuah kelebihan yang tak ternilai harganya. Akan membentuk setangkup rindu jika kekurangan yang seringkali diperlihatkan sesaat hilang. Dan kadangkala kekurangan pasangan yang kita keluhkesahkan sebenarnya telah banyak memberi semangat pada hidup kita. Semisal sisi manja seorang wanita, akan menjadikan seorang lelaki merasa dihargai dan merasa dibutuhkan. Dan Reyvan merasakan itu.
Juga sebaliknya, dalam kelebihan seorang pasangan, jangan sampai terlalu dibanggakan hingga lupa pada Sang Pemberi kelebihan. Ia menganugerahi kelebihan pada diri pasangan hanya untuk menguji sejauh mana kebersyukuran kita. Karena sesungguhnya dibalik kelebihan tersimpan sebuah kekurangan, dan dibalik kekurangan ada kelebihan yang Allah titipkan.

Berpijak di Atas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang