PART 23

32 2 0
                                    

Cinta yang tulus tak pernah menuntut syarat. Selain karena Allah, ia tak pernah punya alasan lain untuk mencinta.

***

Di temani bintang gemintang dan rembulan di langit hitam, Yasha duduk memeluk lutut di balkon kamar. Kostumnya belum berubah, padahal sudah tiga jam yang lalu ia meninggalkan kantor Reyvan. Netranya tak lepas pandangi vinyl, merayapi kejadian buruk yang menimpanya hari ini. Jauh-jauh datang ke kantor Reyvan hanya untuk menerima amarah lelaki itu. Ulah kebodohannya berbuntut panjang, bahkan telah menerobos ruang hati suaminya sendiri. Isi kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan 'haruskah janjinya pada Ayu ia ingkari?' Ia tidak mungkin meminta pengertian Reyvan dalam kondisi seperti ini. Luka lelaki itu akan kian menganga jika ia bersikukuh membantu kesembuhan Ayyas. Berbagai praduga buruk akan menjelma menjadi nyata jika ia keras kepala menepati janjinya. Haruskah ada salah satu hati yang dikorbankan untuk memangkas konteks rumit ini?

Dalam lamunan panjang, terdengar suara derap kaki yang mendekat, berkolaborasi dengan tamparan saklar yang dinyalakan. Reyvan datang. Yasha hapal betul ciri khas langkahnya. Langkah yang akan ia sambut setiap kali datang. Tapi pengecualian untuk hari ini, Yasha memilih diam.
Langkah itu semakin mendekat, mensejajarkan posisinya dengan Yasha.
"Kenapa di luar?" Tanya Reyvan, lembut.

Yasha tidak menjawab, sesaat ia menatap suaminya, sangsi. Pandangannya kosong. Tidak lama, ia kembali pandangi vinyl, tidak ingin berharap Reyvan memaafkannya. Ia merasa memang sepantasnya disalahkan. Suaminya memang berhak mengungkit, memang berhak membanding-bandingkan. Kesalahannya terlampau fatal. Terlihat kecil memang, hanya melabuhkan cinta pada hati yang salah. Dan hal itu sudah ia atasi sebelum akad terucap dari bibir suaminya. Susah payah ia kuliahi diri, bahwa cintanya belum berlabuh, hanya tersesat di tempat gelap. Ia hanya butuh seberkas lentera untuk keluar dari tempat itu. Tapi bukankah hal kecil di mata kita, bisa jadi merupakan hal besar di mata Allah? Mengapa bisa tersesat, padahal Allah telah memberi petunjuk yang jelas.

Melihat Yasha yang nampak kacau, Reyvan tertampar. Ia merasa menjadi lelaki paling brengsek sedunia. Hanya karena ketidaksadaran istrinya menyebut nama lelaki lain, ia emosi luar biasa, memarahi istrinya habis-habisan, tanpa meminta penjelasan.
"Sha?" Dipeluknya wanitanya itu.

"Aku minta maaf, sayang."

Pelukan mengetat. Penuh sesal dan permohonan maaf. Tak berhenti sampai disitu, Reyvan cium kening Yasha, lalu kecupnya berpindah ke pilipis sebagai tebusan karena telah lancang menjatuhkan air mata wanita itu.

"Udah makan?" Tanyanya.

Melihat perlakuan Reyvan, tangis Yasha meledak. Kelembutan suaminya kembali. Perhatiannya pulang. Baru sebentar merasakan kemarahan Reyvan, ia seperti kehilangan pijakan hidup. Rasa bersalah mengepung dari berbagai sisi. Salah karena telah mengecewakan suami nyaris sempurna seperti Reyvan.

"Sayang, jangan nangis," ditangkupnya pipi Yasha, air mata yang mengalir di sana dihapusnya, walau berulang kali jatuh lagi, dan lagi.

"Please...jangan nangis, ya?"

Mencoba redakan tangis, Yasha memberanikan diri menatap suaminya. Tatapan itu kembali hangat. Senyumnya kembali menenangkan. Dalam geming, ia merasakan sentuhan lembut Reyvan menyapa bibirnya, lantas lelaki itu membantunya berdiri.

"Kamu mandi ya, abis itu kita makan, aku tadi beli pizza kesukaan kamu,"

***

Seraya menunggu Yasha mandi, Reyvan mengubah posisi meja yang terletak di sudut balkon, menyiapkan makan malam romantis. Setelah mengusir Yasha dan membiarkannya pulang dengan air mata yang memburai, lelaki itu dihantui rasa bersalah. Bisa-bisanya ia membuat istrinya terluka, hanya karena hal yang ia sendiri pun tak tahu alasannya. Beberapa menit ditikam penyesalan, Reyvan mematikan laptop. Berlari menyusul Yasha ke parkiran, tapi ternyata istrinya sudah lebih dulu pulang. Di tengah frustasi yang mencekam, makan malam romantis terlintas di pikiran. Dengan segera ia melajukan mobil, mencari bahan seperlunya. Di pikirannya hanya satu, cepat-cepat pulang menemui Yasha, meminta maaf.

Berpijak di Atas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang