Part 8

35 5 0
                                    

Reyvan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tujuannya ialah alamat Wedding Organizer yang akan ia booking untuk mengurus pernikahannya dengan Yasha. Wedding Organizer ternama pilihan Yasha. Iya, Reyvan memang sengaja meminta Yasha untuk memilih sendiri WO yang akan mengurus segala pernikahan mereka. Dan atas rekomendasi dari Rania, Yasha memilih salah satu WO yang juga dulu sempat mengurus pernikahan calon kakak iparnya itu.

Reyvan memutar kemudinya ketika mendapati pemberitahuan dari maps ponselnya bahwa jalanan yang akan ia lintasi dalam kondisi macet. Ia terpaksa melintasi jalan sekitar taman yang tadi pagi tak sengaja ia lewati.

Reyvan memelankan laju kemudinya ketika manik matanya menangkap kendaraan beroda empat yang nampak ia kenali terparkir di pinggir jalan.

Belum berhenti sampai di situ, Reyvan dikejutkan dengan pemandangan sesosok lelaki berpakaian rapi tengah meninju seorang lelaki di depannya.

Reyvan memarkirkan mobilnya sembarang. Dengan tergesa Reyvan mematikan mesin mobil dan keluar menghampiri dua lelaki tersebut.

"Apa apaan sih lo Za?" seru Reyvan.

"Dia yang udah nyakitin adek gue Rey, lo tau itu?" teriak Reza seraya menunjuk ke arah Ayyas yang masih terduduk. Reza memberontak ketika Reyvan menarik paksa tubuhnya agar menjauh dari Ayyas.

"Gue ingetin sama lo, sekali lagi lo macem-macem sama Yasha, gue engga akan segan-segan buat abisin lo," Reza menarik kasar kerah pakaian Ayyas, matanya menatap Ayyas penuh amarah.

"Reza, cukup!" Reyvan menarik paksa tangan Reza, menyeret pria itu keluar taman.

Ayyas tak bersuara sama sekali. Ia lebih memilih diam. Toh Reza sudah pasti tidak akan mengerti perasaannya terhadap Yasha. Yang ia tau, sedari dulu Reza memang menentang hubungannya dengan Yasha.

Ayyas menatap ke arah Reyvan yang tengah mendorong Reza masuk ke mobil. Seketika pandangan mereka beradu, sebelum akhirnya Reyvan masuk ke kursi kemudi dan mulai melajukan mobilnya menjauh.

"Lo ngapain sih Rey pake nyamperin gue segala hah?" Protes Reza dengan nafasnya yang masih tersengal.

"Bukan begitu caranya menyelesaikan masalah Za, Kalo lo ngelakuin hal kaya tadi, bisa aja itu cowok makin nekad," jawab Reyvan berusaha menenangkan.

"Mending sekarang gue anter lo pulang, lo tenangin diri, mobil lo biar gue yang urus." lanjut Reyvan seraya tetap fokus mengendalikan setir mobil.

Reza memilih diam, ia memejamkan mata mencoba mengusir emosi yang membakar dirinya. Hatinya mencelos ketika mengingat Yasha menangis. Mata gadis itu menyiratkan ketakutan dan kekecewaan yang mendalam. Ada apa sebenarnya dengan Yasha?.

***

Siang nyaris usai. Matahari sudah condong ke barat. Ayyas melirik arloji di pergelangan tangannya. Hampir delapan jam ia berada di tempat yang menyimpan banyak kenangan tentang ia dan gadisnya.

Ayyas duduk seraya memainkan batu di dekat kakinya. Sesekali ia menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Membiarkan indera penciumannya menikmati satu anugerah Allah yang paling berharga.

Pipinya terlihat kebiruan akibat tonjokan Reza tadi siang, luka di sudut bibirnya pun masih kentara. Namun sakit di wajahnya itu tak sebanding dengan sakit di hatinya.

Cinta yang tak dilandasi dengan aturan Allah memang seringkali membuat manusia dibutakan oleh cinta itu sendiri. Tidak bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Dan seringkali pula menjadi jalan manusia bertindak di luar logikanya.

Lelaki yang masih berseragam kantor itu pun melangkah meninggalkan taman. Memutuskan untuk pulang. Hari ini Ayyas memang keluar rumah dengan alasan tetap pergi ke kantor guna menghindari kecurigaan anggota keluarganya.

Berpijak di Atas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang