PART 4

49 4 0
                                    

Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka cintailah seseorang hanya karena Allah. (H.R Muslim)

"aku janji bakalan nikahin kamu. Kamu mau kan nunggu aku, sebentar lagi Sha. Toh kita masih muda bukan.?"
Ayyas menatap lamat gadisnya. Ada pancaran kekecewaan dari mata gadis di sampingnya itu. Lagi dan lagi Yasha tidak mendapat kepastian dari Ayyas.

Ayyas terlihat gusar, bayangan segala janji-janji yang ia lontarkan pada Yasha memenuhi isi kepalanya. Ia bersandar pada kepala ranjang. Pesan beruntun yang ia kirim pada gadisnya tak kunjung mendapat jawaban. Hanya suara operator yang ia terima ketika mencoba menghubungi gadis yang ia cintai itu.

Teringat perkataan Arfan tentang rencana mengenalkannya pada perempuan lain, semakin membuat dirinya frustasi. Ia tak menginginkan gadis lain, yang ia inginkan saat ini hanyalah gadisnya, Yasha.

Ia kembali mengusap layar ponselnya, menghubungi seseorang di seberang sana.

"Halo...gue butuh bantuan lo, gue tunggu di cafe ceria setengah jam lagi, bisa?" ujarnya begitu mendapati jawaban dari teleponnya.

"Oke" Ayyas menutup teleponnya, meraih jaket dan kunci motor sportnya.

Ayyas menembus jalanan kota, menuju cafe yang ia katakan pada seseorang yang ia telepon tadi. Hujan sudah berhenti dari 10 menit lalu, meninggalkan air yang menggenang di jalan yang berlubang. Ia tak peduli dengan dingin yang masih terasa menusuk tulang, walau ia sudah memakai jaket yang lumayan tebal.

---

Disebuah cafe seorang gadis bersurai coklat duduk santai sambil memainkan ponselnya. Sesekali ia menyeruput mocacinno panas di depannya. Cuaca malam ini membuat dirinya merasa perlu untuk menghangatkan badan.

"Hai, lo Nurma?"
Sapa seorang lelaki yang tiba-tiba menghampirinya, tubuhnya masih terbalut jaket tebal berwarna coklat tua, wajahnya terlihat sedikit pias menandakan banyaknya pikiran yang memenuhi kepalanya.

Lelaki itu mengulurkan tangan.
"Ayyas." ucapnya memecah kebingungan gadis di depannya.

Gadis itu hanya membulatkan bibirnya setelah sejenak terjebak dalam kebingungan. Ia sedikit lupa dengan wajah teman SMAnya itu, maklum sudah bertahun-tahun tak bertemu. Ia membalas uluran tangan Ayyas lalu mempersilakannya duduk.

"Jadi lo mau minta tolong apa?" Tanya Nurma tanpa basa basi.

"Gue baru dateng, lo tawarin minum dulu kek" Protes Ayyas.

Nurma terkekeh.
"Iya deh, lo pesen minum dulu gih, sekalian nanti bayarin punya gue juga." Sahutnya santai.

"Lo gak pernah berubah." ucap Ayyas.
Nurma tertawa, cuek, kemudian sibuk kembali dengan ponsel di tangannya.

Setelah minuman yg dipesannya datang, Ayyas mencoba membuka percakapan.
"Sebelumnya gue mau tanya sama lo."

"Mmm, ya?" sahut Nurma tanpa menoleh pada Ayyas.

"Lo beneran mantannya Reyvan? Reyvan Aditya."

Nurma tersentak. Ia meletakkan ponselnya.
"Ada apa sama Rey?" Tanyanya heran.

"Dia mau nikah sama cewek gue."

Nurma melongo sejenak sebelum tawanya pecah.
"Terus apa hubungannya sama gue?" Tanya Nurma di tengah tawa renyahnya.

"Gue mau lo bantu gue gagalin pernikahan mereka." Ucapan tajam Ayyas berhasil menghentikan tawa Nurma.

Nurma tercengang sejenak.
"Hellooo...Ayyas...gue udah lama gak kontekan sama Rey, dia cuma masa lalu gue, cuma cinta monyet gue, terus sekarang lo tiba-tiba nemuin gue malem-malem gini cuma buat nyuruh gue gagalin pernikahan Rey? Gila lo." Jawab Nurma tak kalah tajam.

Berpijak di Atas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang