PART 16

24 2 0
                                    

Jika ada seseorang yang terus mengingatkan kita tentang Allah, percayalah bahwa cinta mereka untuk kita adalah benar.

***

Jeritan alarm meraung-raung mengusik tidur nyenyak Reyvan. Memicingkan mata, ia menyambar ponsel di atas nakas dan mematikan deringan alarm. Reyvan duduk dan menoleh ke samping. Dilihatnya sang istri masih betah menyelami mimpi.

"Sayang..." bisikan lembut mengalun di telinga Yasha. "Bangun...subuh dulu," Reyvan mengusap pelan lengan istrinya, mencoba membangunkan.

"Mmm..." Yasha melenguh perlahan, ia bukan tipe orang yang susah dibangunkan. Matanya mengerjap, berusaha menghindari cahaya terang di kamarnya.

"Astaghfirullah," Baru saja membuka separuh kejapan, bola matanya dikejutkan oleh senyuman lelaki yang hanya berjarak kurang dari 10 centi. Tergeragap ia bangkit dan tanpa sadar memundurkan tubuhnya, bersambut hempasan kuat di kepala dari ujung ranjang.
"Aduuhh,"

Pekikan kecil itu menggelitik perut Reyvan, ia menahan tawa melihat tingkah istrinya. Mendekat pelan, ia membawa sang istri dalam rengkuhan, mengusap lembut kepala yang baru saja dihadiahi kecupan pagi dari ujung ranjang. Hahaaa... (Lo di duluin ranjang nih Rey; maapkan teriakan author gaje)

"Kaget ya udah punya suami?" Pertanyaan retoris paling jenaka.

Yasha mendengus, mendadak pikirannya di ambil alih amnesia pagi. Sebelum menyadari perubahan hidup yang terjadi, ia memuaskan indera penglihatan menatap manja dada bidang sang suami. Geseran pelan mengaktifkan putaran memori kejadian semalam. Rasa nyeri bersambut rona merah di pipi. Senyum samar tanggapi kesadaran penuh yang membawa denifisi, ia seorang istri.

"Udah engga apa-apa kan?" Tanya Reyvan.

Yasha menggeleng, kemudian melepaskan pelukan. Jeda beberapa detik, ia mengernyit mendapati manik matanya menangkap Reyvan berbaring dan membungkus kembali tubuhnya dengan selimut.

"Kamu mandi duluan ya sayang, nanti kalau udah selesai bangunin aku," ujar Reyvan seraya memejamkan mata.

Yasha tersenyum simpul, dilihatnya jarum jam yang bertengger santai di atas dinding. Pukul 4.15. Adzan subuh semakin mendekat. Menahan kantuk ia beringsut dari ranjang. Desisan pelan rasa nyeri tak menyurutkan langkahnya menuju kamar mandi. Kupu-kupu seakan terbang bebas mengelilingi kepala, ia tak pernah merasakan sebahagia ini. Bunga-bunga cinta bermekaran di taman hati. Tersenyum-senyum sendiri ia menyalakan keran shower, mengizinkan seluruh tubuh diguyur air yang berkelakar dengan dingin. Cintanya kian bersemi menyambut dirinya telah sempurna menjadi seorang istri.

***

Yasha menyingkap gorden kamarnya. Membuka jendela dan pintu balkon, membiarkan udara pagi menerpa lembut tubuhnya. Ia memejamkan mata, menghirup aroma yang tak pernah berubah.

Reyvan mendekati Yasha, memeluknya dari belakang. Dari jarak sedekat ini ia bisa memanjakan indera penciuman dengan aroma lily yang menguar dari tubuh istrinya.
"Selamat pagi gadisku," sapanya.

"Pagi juga," Yasha menjawab malu-malu.

"Engga dingin apa?" Tanya Reyvan seraya meletakkan kepalanya di pundak Yasha.

Yasha tersenyum tipis, menikmati hembusan hangat yang menyapu leher jenjangnya, "Aku suka udara pagi," jawabnya.

"Aku juga suka,"

"Udara pagi?"

"Bukan,"

"Apa?"

"Kamu."

Rona merah kembali mampir di pipi Yasha. Ia mencubit lengan Reyvan yang tengah melilit tubuhnya.

"Aww," pekikan pura-pura mengalun dari bibir Reyvan. Merenggangkan pelukan, ia menyambut Yasha yang berbalik menatapnya. Aliran hangat membanjiri sel-sel tubuh kala melihat kekehan manja dari Yasha.

Berpijak di Atas CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang