8. Produk Gagal

1.9K 365 48
                                    

Sorry for typo(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry for typo(s)


Malamnya kota Bandung. Satu hal di Bandung yang disukai aang Jaehyun ini. Tapi selalu jadi masalah bagi ayah dan bundanya, teh Sejong juga tidak suka. Balapan dan rokok!


Kata Jaehyun sih ‘Ya masa anak berandalan, habis magrib sudah dirumah. Sia-sia dong statusnya sebagai anak berandalan?’ Bunda tidak marah,  Bunda hanya nampak sekali-kali enggan memandang Jaehyun saat ia ketahuan pulang subuh.


Ya.. Kadang juga diam-diam menangis sih.
Maaf bunda,  bujang mu masih serakah atas definisi merdeka...


Ayah? Ayah tidak pernah mengatakan hal-hal buruk juga. Beliau tidak pernah menyumpahi Jaehyun ‘Anak berengsek’ ‘Anak nggak tahu diri’ atau apalah.

Paling-paling ayah hanya menampar,atau paling tidak ayah pasti memukulnya dengan balok kayu yang sering dipakai untuk mengganjal pintu dapur.


Tidak masalah. Jaehyun tidak memberontak waktu dipukul,  tidak mengucapkan umpatan kasar juga. Ia cukup tahu diri kalau dia salah dan buat ayah bunda malu dan khawatir,  tapi... Sudah dibilang kan?  Jiwa mudanya masih serakah atas definisi merdeka. Dia cukup tahu diri dan sadar diri kalau kelakuan dia ini bikin muak, tapi jiwa mudanya yang bebas masih ingin menang atas akal sehatnya.


“Kapan mau berhenti sih ang?” Tanya teh Sejong sambil mengoleskan obat merah pada siku Jaehyun. Matanya nampak sendu melihat paras adiknya nampak lebam. Tadi sehabis marah gara-gara Doyoung dan Johnny, Jaehyun  ikut balapan di dekat jembatan layang Pasupati, bareng geng Arogan (Asik Romantis Ganteng) Ya tapi, karena terlampau terbayang Doyoung yang meninggalkanya dan Lona di depan cafe Zini bersama si Johnny tanpa penjelasan, Jaehyun malah jatuh ditikungan, sampai siku dan pelipisnya berdarah terseret aspal.


Untungnya masih diberi usia sama Tuhan.

“Kapan-kapan kalau ingat!” Jawab Jaehyun sambil membuang muka. Tidak suka ia kalau lihat wajah kecewa teh Sejong.

“Kapan ingatnya?” Tanya si teteh.

“Ya kapan-kapan atuh teh, kenapa sih? Emang ayah dulu muda nggak nakal apa? Jeje masih muda, masih mau seneng-seneng dulu!”

“Kalau mau seneng-seneng, bisa enggak janji sama teteh, ayah, bunda, dan Jisung kalau kamu nggak luka begini?” Gertak teh Sejong.  Matanya nampak berkaca-kaca mengungkapkan kalimat tersebut.

Jaehyun akhirnya menoleh pada si teteh yang nampak sekali wajah kecewa dengan air mata yang mengalir di wajah cantiknya “Teteh tuh sedih tahu ang. Lihat bunda sama ayah khawatir sama kamu. Teteh sedih, teteh gagal jadi kakak yang bisa nasehatin kamu”

Tangis teh Sejong pecah.  Isakan tangisnya memilukan bagi Jaehyun, terlebih ketika teteh menutup muka dengan kedua tangannya untuk meredam suara tangis.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang