30 Love Language

2.2K 188 28
                                    


.

.

Tuhan tidak pernah tidur. Itu sebabnya kebahagiaan adalah hak setiap manusia yang pasti akan terjadi.
[Ayash]

.

Di setiap masa nampaknya selalu ada saat yang tak mudah untuk berbicara, tapi tidak gampang untuk diam. Kita tidak tahu pasti bagaimana persisnya kata-kata akan diberi harga, dan apakah sebuah isyarat akan sampai. Di luar pintu, pada saat seperti ini, hanya ada mendung, atau hujan, atau kebisuan, mungkin ketidakacuhan. Semuanya teka-teki.

Malam itu, semua sedu sedan tak bisa lagi tergemabarkan secara gamblang. Dua nyawa sendang bergelut dengan takdir Tuhan,

Nampak dengan jelas ibu Yuta sudah menangis, ia seperti sudah tahu bahwa Yuta memang harus berpulang pada ilahi, jemarinya tak henti menghitung doa lewat tasbih yang ia genggam.

"Saya mengikhlaskan" Ujar beliau pada kedua orang tua Doyoung, meski demikian orang tua Doyoung yang sedang dalam keadaan terhimpit hingga bisa bersorak senang.

Mereka tak mungkin bahagia diatas kematian manusia lain.

Ibu Yuta mengeluarkan sebuah kertas dibalik tas lusuhnya.

"Delapan tahun lalu bapak datang, membantu saya dan Yuta yang hampir saja jadi gelandangan dan mati dijalanan" ujar beliau sambil mengusap pundak papa Doyoung yang sudah menangis.

"Bapak dengan baik hati dan tanpa menanyakan apakah kami orang baik atau bukan. Bapak tidak hanya membantu kami meneduh dari panas hujan. Tapi juga membangunkan kami hunian dan bahkan modal untuk kami melajutkan hidup"
Ujar beliau.

Delapan tahun lalu, saat ada kerusuhan besar-besaran di Bandung, ibu tunggal dengan seorang anak kecil usia sepuluh tahun terhimpit diantara kerusuhan dan kesenjangan yang terjadi.

Untuk seroang ibu tunggal, ibu Yuta tak menampakan pias perlu dikasihani, meski sudah hari kedua ia dan putranya hanya duduk ditrotoar sambil menahan lapar.

Lalu, laki-laki berbaju dinas kenegaraan turun dari bus kota, ikut duduk disamping ibu Yuta. Tidak banyak kalimat kala itu. Siwon hanya sempat memberikan sedikit uang dan makanan.

Lalu lagi, tak sampai satu bulan Siwon datang dan mengajak mereka tinggal di rumah Siwon yang tak terpakai dengan ia dan Yuta kecil membuat warung kecil didepan rumah.

"Saya tidak tahu harus berterimakasih dengan cara bagaimana" ibu Yuta menitikkan air mata, tak menyangka bertemu manusia baik.

"Doakan saja putra saya hidup panjang disamping saya. Hari ini dia ulangtahun" Siwon tersenyum lembut, sambil mengusap puncak kepala Yuta yang sedang menggergaji kayu.

Siapa sangka, delapan tahun berlalu dan mereka dipertemukan kembali, meski dengan waktu dan kondisi yang tak bisa dibilang baik, penuh sesal dan sesak malah.

Kertas tersebut diberikan pada Siwon, saat ia membacanya ibu Yuta kembali bersuara,
"Ayahnya Yuta meninggal karena sakit jantung. Saya juga nggak tahu dan nggak menyangka kalau Yuta mendaftar sebagai pendonor organ tubuh. Dan sepertinya memang dengan Doyoung adalah jalannya Yuta. Saya ikhlas"

Penjelasan runtut tersebut membuat suasana semakin mengharu biru, ketiga orang dewasa disana saling berbagi air mata.

Sedangkan di balik punggung mereka ada manusia yang bahkan tak bisa lagi berpikir dengan jernih, Jungwoo.

Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang