23. Cloudy Day

1K 177 11
                                    


Pada kenyataannya dunia ini bukan lembaran cerita romansa di buku. Semua yang secara sengaja sudah menjabarkan segala rencana kehidupan. Entah untuk besok, atau lima puluh tahun mendatang. Tapi,  semua kembali pada bagaimana tangan Tuhan yang berkehendak.

Jaehyun, dia hamba Tuhan yang hidup delapan belas tahun,  tapi untuk sujud pada Tuhan saja ia lalai.  Lalu kalau sekarang ia memaksa Tuhan untuk tidak mengambil Doyoung,  apa itu tidak  keterlaluan?


..


Malam semakin larut, tapi rasanya kehidupan rumah sakit tak pernah tidur, suara langkah kaki masih saja tak lelah hilir mudik.

"Jaehyun pulang ya? Biar diantar Johnny!" Jaehyun menoleh pada tangan kekar yang menepuk pundaknya. Senyum sendu ia dapati saat menoleh pada paras lelaki paruh baya tersebut.

"Jaehyun disini saja deh, mau nemenin Doyi. Om sama tante saja pulang dan istirahat, pasti capek kan" Ucap Jaehyun menolak.

"Tapi besok masih ujian kan? Emang mau dapet nilai jelek terus di jewer lagi sama Doyi?" Ujar Siwon,  diakhiri dengan kekehan kecil.

Jaehyun pun demikian, ia juga terkekeh. Aneh rasanya harus tertawa dan sedih di waktu yang sama.

"Saya pulang om" Jaehyun mencium punggung tangan Siwon, lalu usapan halus ia dapatkan di puncak kepalanya dari Siwon "Belajar yang bener ya,  katanya mau jadi kayak om kan?"

"Siap om" Jaehyun lalu melangkah gontai ke arah Johnny, membuat si empu sedikit terlonjak dari lamunanya.






..




Bandung gerimis, dingin... Dingin sekali, bahkan rasa kelunya sampai ke hati.  Dua laki-laki yang bahkan tak pernah saling tegur sapa ini nampak sekali punya perasaan sedih yang sama,  Jaehyun dan Johnny. Keduanya berada dalam satu mobil yang sama menyusuri jalanan sepi kota Bandung yang sedang dirundung kelu.


"Cafe Zini" Tunjuk Johnny pada Jaehyun saat mobil miliknya melewati Cafe tersebut.


Jaehyun menoleh,  lalu ingatan tentang ia yang di tinggal Doyoung saat hujan kala itu terputar di otaknya.


"Dia anfal waktu itu" Ucap  Johnny "Daya tahan tubuh dia emang se lemah itu sih" Lanjut Johnny, ia mengusap ujung matanya yang ber air "Makanya waktu itu gue was-was banget pas dia mau pulang sama lo naik motor"


Jaehyun mengangguk mendengarkan dengan saksama.  Kalau diingat-ingat, padahal waktu itu ia sempat mengumpati Johnny dan Doyoung.


"Dia waktu itu hampir pingsan dimobil ini. Doyi sakit itu, kelemahan gue" Johnny menoleh pada Jaehyun yang masih menunduk.


"Sekarang gue seneng, nggak cuma gue yang khawatir sama Doyi.  Ada lo, Yuta,  Jungwoo. Itu artinya yang sayang dan doain dia banyak"


Jaehyun tersenyum.  Iya,  banyak yang sayang dan mau Doyoung hidup. Dan Doyoung harus tahu itu.


"Jagain Doyoung ya, Je?" Ucap Johnny saat keduanya sudah sampai di depan rumah Jaehyun.



Jaehyun lagi-lagi mengangguk "Makasih Johnny,  maaf gue nggak bisa banyak omong,  gue masih terlalu susah mencerna semua yang terjadi hari ini"



Johnny tersenyum lumrah "Belajar yang bener,  biar jadi orang sukses terus bisa bahagiain Doyi" Jawab Johnny sambil memberikan beberapa buku dari dalam tasnya "Materi buat besok!" Jelasnya.



Jaehyun turun dari mobil,  lalu didepan pintu nampak tubuh tegap ayah,  disampingnya ada bunda dan juga teteh.



"Aang! " Panggil Ayah, "Sini cepat!" Teriaknya kemudian.



Panglima Tempur []✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang