'Kisah cinta seseorang mempunyai batas waktu' kalimat populer dari film Jepang yang entah mengapa sedari keluar dari ruang rawat Doyoung terus saja mengalun di otaknya. Film Jepang yang pernah ia saksikan bersama si bunda,“Aku pulang” Jaehyun memasuki pekarangan rumah, lalu menubruk si bunda yang tengah sibuk menumpuk bahan jahitannya.
“Eh ang?” Kaget bunda sembari menarik Jaehyun untuk duduk di kursi.
“Hei kenapa? Bilang coba sama bunda” Ujar bunda, namun si bujang masih saja menunduk sambil memeluk bundanya, diam-diam ia menangis.
“Aang Nangis?” Tanya bunda sambil menangup wajah Jaehyun.
“Bu-bunda, Tuhan enggak suka sama aang ya?” Ucap Jaehyun, ia mendongak untuk menatap sendu bunda.
“Bun, Tuhan marah dan nggak suka sama aang yang selalu bikin ayah bunda sedih, tapi kenapa yang dihukum bukan aang aja sih bun?” Tanya Jaehyun.
“Kamu kenapa atuh ang? Bingung bunda kalau kamu bilangnya begitu”
Tidak ada jawaban dari Jaehyun, hanya pelukan bunda saja yang ia perlukan kini. Hari itu Bandung sendu sekali, padahal tidak sedang dalam musim hujan, tapi tanahnya mampu menguarkan nuansa menyedihkan.
Jaehyun hanya tidak berpengalaman tentang kematian...
Sungguh, apalagi ini perihal Doyoungnya......
“Kenapa kesini sih? Nggak jadi insyaf?” Tanya Yuta. Kaget dia menemui Jaehyun duduk tempat mereka biasa balapan motor. Jaehyun hanya menggeleng pelan sembari kembali menyesap rokoknya.
Lalu Mingyu datang mendekat “Wih bebas lo?” Tanya Yuta, dia kira Mingyu bakal di bui karena jadi tersangka pembunuhan beberapa hari yang lalu.
“Halah, lupa kalau bapak gue Jaedral? Anak honorer macam Wonwoo mah, udah terima ajalah nasibnya mati” Jawab Mingyu lalu menyender pada dinding, matanya menggerling menatap dua sohib didepanya.
“Minum lah daripada setres kan?” Mingyu menyodorkan botol anggur merek Orang Tua, yang malah mendapatkan gelengan dari Jaehyun dan Yuta.
Diam-diam Jaehyun Jaegah juga dengan si Mingyu, menyesal dia kemarin diam dan memilih membela manusia seperti Mingyu, yang bahkan rasa menyesal membunuh seseorang saja tidak ada. Menyesal dia membela Mingyu dan malah membiarkan Doyoungya masuk rumah sakit.
“Doyoung ya?” Tanya Mingyu.
Tak ada reaksi apapun, baik dari Jaehyun maupun Yuta.
Mingyu tertawa sesaat,“Kalau kata gue nih Jae. Selama Doy cuma jadi beban lo buat hidup bebas, lepas aja lah. Masih banyak yang mau sama lo kan? Masih banyak orang Bandung yang mau lo ajakin ngewe. Doyoung mah udah kecil pucet, kayak mau mat—
BUGH!!!
“Brengsek lo ya!” Jaehyun menarik kerah baju Mingyu lalu menonjoknya tepat di bibir.
BUGH!!!
“Ini buat lo yang udah bunuh orang!!"
BUGH!!
“Ini buat lo yang nggak tahu diri jadi orang!!”
BUGH!!!
“Dan ini buat lo yang berani ngomongin Doyoung”
CUIH...
Jaehyun meludah pada muka Mingyu yang kini jatuh terjerembab “Gue pergi” Jaehyun menepuk pundak Yuta “Jae, temuin Doyoung. Dia pasti kepikiran kenapa lo nggak kelihatan di rumah sakit” ujar Yuta.
...
Jaehyun menoleh pada cermin yang memperlihatkan wajahnya, tampan sebenarnya sih, hanya saja bekas berkelahinya semalam dengan anak-anak Arogan masih tergambar keunguan disudut matanya.
“Udah ah, ganteng” Ujarnya lalu keluar dari toilet Jaehyun menghela nafas berat sambil memandang pintu didepannya.
Hanya Jaehyun, yang katanya panglima tempur, tapi mau minta maaf sama pujaan hati tapi nyali ciut...
CKLEK...
Jaehyun tersenyum canggung mendapati Doyoungya dan papanya tengah mengobrol berdua.
“Papa keluar dulu deh ya?” Papa Doyoung berjalan menuju pintu keluar lalu menepuk pundak Jaehyun sembari tersenyum.
"J-Jaehyun?" Doyoung menoleh ragu pada Jaehyun yang berdiri mematung di depan pintu, ingatan bagaimana Jaehyun pergi begitu saja ketika mengetahui ia penyakitan masih jelas di ingatannya.
Jaehyun melangkah pelan mendekati brangkar Doyoung "I..ini" Jaehyun meletakan sebuket mawar putih di atas tangan Doyoung.
"E.., kalau kamu ngerasa nggak nyaman sama aku, kamu boleh per—
"Itu bunga dari Jaehyun, laki-laki yang kemarin buru-buru pulang gara-gara malu ketahuan nangis" jelasnya.
"Ha?" Doyoung mendongak menatap Jaehyun.
"Iya kemarin si Jaehyun... Jaehyun yang pengecut itu buru-buru pulang gara-gara malu, dia nangis gara-gara pujaan hatinya sakit dan dia nggak bisa bantu apapun, malah dia penyebabnya"
Doyoung menggeleng heboh "Enggak-enggak. Bukan gara-gara kamu"
Jaehyun tersenyum "Dia pergi bukan karena kecewa atau enggak nyaman sama keadaan kamu, dia lagi ngerasa menyesal sudah nyakitin kamu" Jaehyun terkekeh datar singkat lalu menunduk.
"Doyi...maaf ya. Aku udah nyakitin kamu" ujar Jaehyun.
Doyoung dengan segera menarik pergelangan tangan Jaehyun "Jae, dengar..." Ujar Doyoung sambil menangkup pipi Jaehyun "Lihat aku sebentar" lanjut Doyoung."Kamu enggak salah, jangan ngerasa bersalah ya? Aku aja yang selama ini enggak berani bilang gimana keadaan aku, bahkan sampai kamu salah paham sama Mark. Maaf ya?" Jelas Doyoung lalu tersenyum.
"Jae?"
"Iya?"
"Apa pertanyaan kamu soal kamu mau jadi pacar aku, ap...apa masih layak aku jawab?" Tanya Doyoung ragu-ragu. "A..aku tapi takut bakal ngerepotin kamu atau ngebebani kam—
Grep
"Kamu nggak perlu jawab" ujar Jaehyun sembari memeluk Doyoung.
"Ken—
"Kamu nggak perlu jawab, aku udah tahu jawabannya. Dan kamu nggak perlu takut. Aku dengan senang hati kami reportin atau apapun itu. Asal kamu sama aku" Doyoung tersenyum sembari membalas pelukan Jaehyun.
"Ayo...aku temani kamu untuk sembuh"
"Iya terimakasih"
'Semoga waktu bahagia ini masih panjang Jae'
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Tempur []✅
Fanfiction[Completed] MASIH BANYAK TYPO NAMA, KARENA DIBUAT DALAM 2 VERSI!!! BELUM DI REVISI. MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA 🙏 Ini hanya kisah Jaehyun Anugrah si penggemar berat Muhammad Ali dan club Barcelona, jajaran berandal nomor satu di SMA Nasional ya...