Jaehyun tak pernah tahu dan menolak mengeri tentang ketentuan takdir Tuhan. Ia pikir yang jahat adalah golongan manusia yang akan selalu hidup penuh kesusahan dan penuh rasa sakit. Begitu juga sebaliknya untuk orang-orang yang baik.
Namun ternyata tidak...
Bagaimana dengan Doyoung? Dimana letak tidak baiknya anak itu? Kenapa pula rasa sebegitu menyakitkannya malah ada dan selalu dirasa oleh Doyoung?
^
Ia terduduk di balik dinding, tak tahan untuk sekedar menoleh ke depan ruang operasi. Disana ada ibu Yuta dan juga Jungwoo yang tengah dirundung pilu, dengan ibu Yuta yang tak henti memanjatkan doa dengan tasbih kecil ditangannya.
"Jaehyun..." Jaehyun mendongak dan mendapati orang yang diam-diam ia perhatikan sudah berdiri disana, menatapnya dengan senyum namun matanya sayu. 'Tante nggak perlu pura-pura senyum buat kami' Ujarnya dalam hati saat mendapat senyum menawan dari ibu Yuta.
Perempuan cantik tersebut berjongkok dengan memegang lutut Jaehyun "Jangan nangis" beliau mengusap air maya diwajah Jaehyun.
"Nanti diketawain Yuta" ibu Yuta tertawa setelahnya, meski air mata malah jatuh dari mata beliau "Kalau nangis aja, Tuhan nggak mungkin bertindak Jaehyun. Jaehyun harus meminta ampun dan berdoa sungguh-sungguh supaya Tuhan mau mengabulkan doa Jaehyun"
"Memang Tuhan mau ngabulin doa Jaehyun?"
"Mau. Selama ini kebaikan yang kamu dapat ya datangnya dari Tuhan. Dari ucapan-ucapan kamu kan? Coba! itu hanya keinginan kamu yang kecil dan bahkan kamu berdoa tanpa berniat bersungguh-sungguh. Tapi Tuhan sudah mau mengabulkan. Kalau sekarang kamu mau berdua sungguh-sungguh, pasti Tuhan dengan senang hati mengabulkan" beliau mengusap kepala Jaehyun.
"Terimakasih sudah mau jadi kawan Yuta. Terimakasih sudah selalu nemenin Yuta. Terimakasih sudah mau kenal anak ibu, ya? Hiks..." biar bagaimanapun perempuan yang sejak dulu hidup sendiri tanpa suami itu lebih butuh dukungan daripada Jaehyun, perempuan tersebut menangis tersedu-sedu.
"Kalau Yuta punya salah, tolong di maafin ya?hiks..."
^
Hari ketiga, belum ada perkembangan signifikan baik dari Yuta yang menurut dokter akibat benturan dikepala tersebut membuat gumpalan darah di kepala Yuta, dan operasi pertama kemarin ternyata belum menunjukan hasil baik.
Lalu Doyoung, kekasihnya itu masih tidur. Ia hari ini datang berkunjung, meski harus berganti pakaian dahaulu sebelum datang menjenguk kekasihnya.
"Pagi Doyi" ia masuk ke ruangan Doyoung dengan mata sudah berkaca-kaca. Di depannya Doyoung tertidur, dengan berbagai alat medis menempel pada dada Doyoung. Juga dengan selang yang dimasukan kedalam mulut Doyoung.
Kulit putihnya kini semakin pucat, dengan pipi kurus. Ia rindu suara melengking dan cerewet Doyoung, ia rindu senyum Doyoung, ia rindu Doyoung. Hanya itu tak lebih.
"Doyi..." Jaehyun duduk sambil meraih tangan dingin dan kurus milik Doyoung, ia menangkup tangan tersebut untuk ia hangatkan dengan diletakan dipipinya.
"Kalau aku nggak jadi tentara, kamu marah?" Tanya Jaehyun, namun hanya suara alat Patient Monitor yang menjawabnya.
Ia mengangguk meski hatinya sudah rontok tak berbentuk.
"Oh enggak marah ya? Yess" Ia memekik senang dengan air mata yang lagi-lagi jatuh ke pipinya "Aku nggak nangis, cuma lagi kelilipan aja hehe"
"Oh ya, aku nggak mau masuk tentara. Terus tahu nggak papa kamu sama ayahku bilang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Tempur []✅
Fanfiction[Completed] MASIH BANYAK TYPO NAMA, KARENA DIBUAT DALAM 2 VERSI!!! BELUM DI REVISI. MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA 🙏 Ini hanya kisah Jaehyun Anugrah si penggemar berat Muhammad Ali dan club Barcelona, jajaran berandal nomor satu di SMA Nasional ya...