Doyoung, ia selalu penasaran tentang bagaimana ia akan dikenang nantinya setelah hari kematiannya. Seperti yang ia selalu kagumi, baik itu Plato, Ir Soekarno, atau siapapun tokoh lainya, yang selalu bisa dikenang dengan apapun jasa mereka, meski raganya bahkan sudah tak lagi di bumi,Lalu bagaimana dengan nama Doyoung Hasibuan?
Semenjak tahu bahwa ia harus hidup ditopang alat bantu, dan sosialisasi kehidupannya tak luas. Itu artinya saat dia meninggal tidak akan banyak hati yang sakit karenanya, tidak akan banyak doa yang mengalun untuknya.
Lalu hari dimana ia bertemu dengan Jaehyun, laki-laki bermata sipit tapi punya kesan menyeramkan. Ia mulai tertarik, seperti "Bagaimana ya kehidupannya Jaehyun?" Bukan tanpa alasan. Setiap laki-laki itu lewat di lorong sekolah, tak sedikit yang menyapanya. Doyoung penasaran rasanya punya banyak teman.
Dan tahu? Tuhan tidak hanya mengirimkan Jaehyun sebagai kawan, bahkan berbagai laki-laki baik yang mau menjadi kekasihnya meski ia, Doyoung. Mungkin Saja akan mati mendadak karena kinerja alat bantu jantungnya berhenti bekerja.
Semenjak dengan Jaehyun, Doyoung mau hidup lebih lama "Aku akan hidup 100 tahun lagi.. Ini adalah hidup aku, dan aku akan melakukan apa aja yang aku mau.." Katanya pada papa waktu itu, yang membuat papa tersenyum dan berjanji memberi restu untuknya dan Jaehyun.
Ia dan Jaehyun juga pernah mengabiskan hari tanpa hal bermakna di salah satu taman kota, mereka hanya duduk di salah satu bangku dengan beberapa makanan di tangannya. Ia bahkan dengan sengaja membiarkan Jaehyun di kejar anak-anak kecil usia enam sampai delapan tahun, dengan iming-iming mereka, si anak-anak yang bisa mengejar Jaehyun, akan ia berikan permen dan es krim. Ia membiarkan tubuh bongsor Jaehyun di teriaki dan di tarik-tarik anak kecil yang membuatnya terkikik gemas. Toh bersyukurnya Jaehyun tak pernah marah.
Doyoung POV
Mereka punya kehidupan yang sama kayak aku... Nggak ada yang tahu ada apa dibalik senyum atau cemberutnya mereka... Dan mungkin nggak ada yang peduli.. Tapi detik ini..apapun itu, aku cuma mau bikin mereka tersenyum atau mungkin juga bingung.. Paling nggak, setiap lewat taman ini mereka bakal inget ada seorang anak remaja yang kurang kerjaan yang bikin mereka senyum-senyum sendiri saat mengingatnya..dan pemuda itu adalah aku, Doyoung...
Dari kecil aku selalu main di taman ini dengan Johnny, Tapi nggak pernah sedetik pun aku berhenti semenit aja buat nikmatin keindahannya..
Sekarang, di saat aku sadar, aku bisa kehilangan semuanya setiap saat.. aku baru ngerasa semuanya begitu indah...
Jaehyun bener.. karena sesuatu yang udah nggak ada..biasanya akan terasa lebih berharga..
Doyoung POV end
..
Atas anjuran dan kesepakatan si papa, Doyoung harus merelakan masa akhir sekolahnya, ia harus keluar dari sekolah untuk menetap di rumah sakit, ia harus terbiasa hidup di ruangan putih itu, lagi.
Namun, ia tak akan mengeluh. Semua orang sudah merelakan segala haknya untuk Doyoung, jadi yang harus Doyoung lakukan sekarang hanya bertahan, kan?
Siang itu, ia yang duduk di kursi roda memutuskan untuk berkeliling taman rumah sakit bersama Jaehyun yang setia mendorong kursi rodanya, Jemari Doyoung tak bosan mengusap punggung hangat tangan Jaehyun.
"Sudah sampai" Ucap Jaehyun saat keduanya sudah sampai di taman rumah sakit "Dingin enggak?" Tanyanya lagi pada Doyoung.
Doyoung menggeleng "Enggak kok, terimakasih Jaehyun" Ucap Doyoung "Sini duduk di sebelahku" Doyoung menunjuk bangku di sebelah kursi rodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panglima Tempur []✅
Fanfiction[Completed] MASIH BANYAK TYPO NAMA, KARENA DIBUAT DALAM 2 VERSI!!! BELUM DI REVISI. MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA 🙏 Ini hanya kisah Jaehyun Anugrah si penggemar berat Muhammad Ali dan club Barcelona, jajaran berandal nomor satu di SMA Nasional ya...