PART 4
"Omg Malika! Lo kenapa merusak peralatan make up gue?" teriak Naomi ketika ia masuk ke dalam kamarnya.
Bagaimana ia tidak menjerit saat melihat peralatan perangnya dalam mempercantik diri sudah berceceran di atas lantai kamarnya.
"Gue pinjem, Naomi. Gue mau nemenin Bang Bian ke acara reuni dan gue enggak ada alat make up," sahut Malika menyapukan lipstik warna nude ke bibirnya.
"Tapi enggak dengan lo turunin semua alat make up gue, Malik. Astaga, Malik!"
"Ya ampun, Naomi. Kamu itu cewek, enggak baik teriak-teriak, nanti di dengar tetangga. Kamu mau jadi bahan gosip?" tegur Naura ikut masuk ke kamar adiknya. "Kamu itu harusnya lembut dan anggun. Kalau bicara harus dengan suara pelan, jangan teriak-teriak."
Naomi menggigit bibirnya kesal. Menyesal sudah ia mengeluarkan suara emasnya tadi dan melupakan Putri karaton satu ini sedang ada di rumah.
"Malika itu, Kak. Peralatan make up aku diturun semuanya ke bawah. Aku 'kan kesel," adu Naomi pada kakaknya itu.
Naura tersenyum lembut mengusap kepala Naomi dengan sayang.
"Nanti kakak bantu kamu buat bereskan semuanya. Udah ya, jangan marah-marah. Kita punya sesuatu 'kan enggak boleh di pakai sendiri. Di pinjemin juga enggak apa-apa," ujarnya panjang lebar.Tak ingin membuat dirinya diceramahi lebih panjang lagi, Naomi memilih mengalah. Karena ketika Naura sudah mengeluarkan jurus ceramah teduhnya, pasti semua akan terdiam.
"Iya, Kak."
"Malik!" Suara teriakan Nayla terdengar ketika Malika selesai memakai sepatu boots coklat miliknya.
Malika memang sudah membawa baju, sepatu, dan tas miliknya ke rumah Aunty Naya. Tujuannya ke rumah itu tentu saja untuk meminjam alat make up Naomi yang lengkap.
Peralatan make up di rumahnya hanya ada liblam, lipstik, conditioner, bedak, dan parfum saja. Sedangkan untuk yang lain tentu saja Malika tidak menggunakannya. Hanya di saat tertentu saja ia menggunakan peralatan yang lain. Itu pun hasil nebeng sama Naomi.
"Ya ampun, Nayla, kamu enggak boleh teriak-teriak di dalam rumah. Suara perempuan itu harus lembut dan halus," tegur Naura menatap adiknya itu dengan lembut.
Nayla berdecap. Kalau tahu ada kakaknya di dalam kamar Naomi, ia tidak akan berteriak.
"Iya-iya, maaf deh. Gue khilaf," katanya yang langsung di sesalinya.
"Nayla, aku itu kakak kamu ya. Enggak boleh pakai 'lo-gue.' Enggak sopan namanya. Memangnya kamu mau malaikat mencatat keburukan kamu?" ujar Naura memulai ceramah. "Jangan dibiasakan untuk berbicara enggak sopan sama yang lebih tua. Itu enggak baik. Nanti akan menjadi kebiasaan kamu. Kamu memangnya mau dosa-dosa kamu semakin di catat malaikat?"
Nayla dan Naomi harus mendengar ceramah kakak kembar pertama mereka hingga beberapa waktu ke depan. Sementara si pembuat onar sudah lama pergi diam-diam meninggalkan kamar.
"Kakak Malik, mau kencan ya?" tegur Nalyla menatap Malika dengan mata polosnya yang berkedip lucu.
Nalyla adalah putri ke empat Abi dan Naya yang pikirannya lebih cerdas anak SD dari Lyla sendiri.
Lyla itu polos-polos gemesin. Dia tidak bodoh, hanya terlalu lama untuk memproses ucapan orang lain apalagi dengan kalimat berat, Lyla lama memprosesnya.
"Siapa bilang mau kencan? Kakak mau nemenin Bang Bian ke acara reuni," sahut Malika santai. Tatapannya beralih menatap Naurora yang tengah menulis sesuatu. "Itu Rora ngerjain apa?" tanyanya penasaran.
"Oh, itu Rora lagi ngerjain tugas matematika aku. Aku 'kan enggak pintar hitung-hitungan makanya minta bantuan Rora," jawab Lyla polos. Tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang tak gatal saat melihat Malika menatapnya dengan mata melotot.
"Itu 'kan soal anak kelas dua SMA. Memangnya Rora yang kelas tiga SMP bisa?" cerca Malika tak percaya.
"Bisa dong, Kak. Rora 'kan pinter. Soal kayak gini aja gampang bagi Rora," sahut Rora tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku di depannya.
"Serius, Ra? Kalau begitu kapan-kapan kalau Kak Malika ada tugas, Rora yang kerjain, ya?" pinta Malika berbinar senang.
Rora mengangguk pasrah karena ia memang berniat untuk membantu orang yang meminta pertolongan padanya.
"Asal kasih contoh Rora dulu biar gampang dikerjainnya.""Sip. Rora memang yang terbaik deh." Malika mengacungkan jempolnya pada Rora.
"Kak Malik, Bang Bian sudah nunggu dari tadi," tegur Tasya ketika melihat sosok Malika.
"Ah, Iya. Kakak hampir aja lupa. Kalau begitu kakak jalan dulu." Malika melambaikan tangannya kemudian keluar dari ruang tengah memasuki ruang tamu di mana Bian sudah menunggunya.
Sesampainya di ruang tamu, Malika bisa melihat empat orang tengah duduk sambil berbincang hangat. Siapa lagi jika bukan Bian, Abi, Naya, dan Nathaniel, putra bungsu Abi serta Naya.
Mereka berbasa-basi sejenak sebelum memutuskan untuk pergi karena tidak ingin terlambat datang ke pesta.
Setelah mobil Bian melenggang pergi, tak lama Alify datang dengan tergesa-gesa mencari sosok Malika di rumah Naya.
"Malik! Malik! Malik, dimana kamu?" teriak Alify panik.
"Apaan sih, Fy? Malik udah pergi barusan. Ngapain lo nyari dia?" tanya Naya menatap sahabatnya itu heran.
"Nay, Nay, lo lihat dia bawa tas kuning enggak? Sama bulu mata anti kacau yang di pakai sama Malik?" cerca Alify ketika melihat sosok Naya di depan pintu.
"Iya. Dia memang pakai tas kuning sama tadi kalau enggak salah dia pakai bulu mata yang beling-beling gitu." Naya menjawab dengan tenang sembari berusaha untuk mengingat apa lagi yang di pakai oleh Malika tadi.
Mendengar itu, Alify memegang kepala dengan kedua tangannya terlihat frustrasi.
"Omg Malika! Itu tas punya orang yang mau gue kirim besok. Terus-terus bulu mata yang di pakai itu punya gue belum pernah gue pakai karena sayang harganya mahal!"
"Tante, tante enggak--"
"Sabar, Naura. Kalau mau ceramah nanti saja ya. Tante mau pulang dulu. Mau minta ganti rugi sama papanya Malik," cegah Alify langsung ketika melihat Naura berniat untuk ceramah.
Alify membalikkan tubuhnya dan pergi begitu saja. Tujuannya meminta pertanggungjawaban Malika pada orang tuanya karena putri kesayangan mereka sudah mengambil tas jualannya di etalase dalam rumahnya.
"Omg Malika! Kapan kamu bisa berhenti berbuat ulah sih? Perasaaan gue dulu enggak segitunya banget waktu lagi gadis," oceh Alify sepanjang perjalanan dari rumah Naya menuju rumah Digo.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMG! MALIKA
Ficción GeneralMalika Tresia Jarec, cewek cantik yang baru menduduki bangku kuliah semester awal. Cewek biang onar yang selalu bikin ulah dimana pun kakinya berpijar. Cewek cantiknya yang sialnya adalah pacar dari Bian Baskara, seorang pengusaha sekaligus dosen ga...