DELAPAN

24K 1.4K 36
                                    

PART 8

"Malik!"

"Malik!"

Tepat pada pukul 11 pagi, kediaman yang ditempati Bian terdengar ramai oleh suara teriakan satu orang.

Pelakunya siapa lagi jika bukan Prissy yang selalu membuat kehebohan di mana pun ia berada.

Dengan dua ransel di pundaknya dan di ikuti dua bocah di belakangnya, Prissy dengan lincah memasuki rumah yang pernah ia tempati dari ia kecil sampai sebelum ia akhirnya memutuskan untuk menikah.

Sesampainya di ruang makan, ketiganya berhenti dan menatap heran seseorang yang tengah duduk di kursi makan.

"Dek, kita enggak salah rumah 'kan?" tanya Prissy pada kedua anak-anaknya.

"Enggak, Ma. Ini memang rumah opa buyut." Sofie menyahut malu-malu seraya menyembunyikan tubuhnya di belakang Prissy.

"Lha, terus itu siapa? Enggak mungkin 'kan itu hantu opa buyut waktu muda?" Prissy mengernyit heran. "Karena seingat mama, opa buyut enggak seganteng ini. Ini mah udah kayak oppa-oppa koryah," tambahnya berusaha menganalisa cowok tampan di depannya.

Sementara sosok yang tak lain adalah Rindo menundukkan kepalanya ketika melihat tiga sosok asing yang masuk dengan leluasa ke rumah ini. Jelas Rindo paham jika tiga orang ini pasti ada hubungannya dengan Bian.

"Ma?"

Bian yang baru saja memasuki ruang makan tersenyum lebar ketika melihat wanita yang sudah ia panggil mama sejak usia 17 tahun. Wanita yang harusnya ia panggil dengan sebutan 'kakak' tapi justru ia panggi 'mama' itu menoleh.

"Bian, ini siapa?"

Bian tersenyum, menarik lengan Prissy mendekati Rindo yang kini mendongak menatap mereka.

"Ma, kenalin, ini sahabat aku. Mulai hari ini dia tinggal sama aku, Ma," kata Bian pada mamanya.

"Rindo, Tante." Rindo berdiri mengulurkan tangannya yang disambut Prissy dengan senyum lebar.

"Sahabat kamu ganteng, Bi. Mama jadi kangen masa muda lagi," ucapnya membuat Dika mendengkus.

"Mama mau di intilin papa kayak anak ayam, Ma?" tegur Dika membuat Prissy tersadar.

"Astaga. Untung aja kamu ingetin mama dari ke-khilafan yang HQQ." Prissy terkekeh santai.

Teringat sesuatu, Prissy kemudian menatap Bian serius.

"Bian, Malik mana?" tanyanya karena tak melihat sosok putrinya.

"Malik udah pulang dari pagi tadi, Ma. Katanya mau nemenin Ibunda Ratu nagih arisan," jawab Bian menatap mamanya.

"Astaga." Prissy mendesah seraya menepuk keningnya. "Kalau begitu mama titip Dika sama Sofie ya, Bi."

Bian mengernyit heran menatap mamanya yang  terlihat terburu-buru.
"Mama mau kemana?" tanyanya penasaran.

"Mama mau ada meeting dengen klien dari Brazil. Ini mama udah hampir telat banget."

Buru-buru Prissy meletakkan dua ransel milik Sofie dan Dika di atas meja makan. Lalu, setelah itu ia berbalik pergi.

Bian melongo melihat Prissy yang keluar dari rumah sambil menenteng tas tangan merk hermes di tangannya.

"Itu, mama enggak salah kostum apa, ya? Baju batik, celana olahraga?" gumam Bian melihat tingkah ajaib mamanya.

"Abang lihat juga sepatunya?  Sepatu kets itu yang di pakai mama," celetuk Sofie pelan.

Bian menggaruk kepalanya yang tak gatal.

OMG! MALIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang