PART 15
Malika duduk santai di kursi roda miliknya dengan Arka yang sedari tadi menggerutu di belakangnya sembari mendorong kursi roda miliknya.
Malika mengedipkan matanya ketika melihat mahasiwa tampan yang menatapnya dari kejauhan, membuat mahasiswa itu terkekeh melihat aksi Malika.
Sudah duduk di kursi roda, masih saja genit. Mungkin itu pikiran mahasiwa itu.
"Mata oy mata. Lo ya, Lik, gila banget. Masa udah punya pacar masih aja genit sama cowok lain," tegur Arka, ketika melihat Malika melambaikan tangan pada cowok lain.
"Entah kenapa lihat cowok ganteng kok bawaan jin dalam diri gue itu memberontak mau dikeluarkan," sahut Malika seraya menyentuh kedua sisi pipinya, membuat Arka menoyor kepala gadis itu dari belakang.
"Jadi cewek enggak tahu malu itu memang susah. Gue punya cewek yang malu-maluin, mending jomblo deh," cibir Arka disambut dengkusan Malika.
"Cewek juga enggak mau kali, Ar, punya pacar yang makanannya sehari-hari itu cabe. Mending terong." Malika menyahut asal ucapan sepupunya itu.
Arka terus mendorong kursi roda Malika di sepanjang koridor kampus yang terlihat ramai oleh mahasiswa.
"Woy, Bary, bayar utang lo. Gue tarik ginjal lo sebagai jaminan ya kalau lo enggak mau bayar!"
Suara teriakan dan ancaman seorang gadis terdengar membahana di koridor sampai-sampai Arka ikut menghentikan laju kursi roda Malika dan memutar tubuhnya untuk menatap gadis yang terus berteriak tanpa tahu malu itu.
"Lusa gue bayar, Sist. Takut banget lo enggak gue bayar. Gue cabut!"
Pemuda bernama Bary itu berlari kencang meninggalkan gadis yang dipanggil dengan sebutan Sist.
"Bary! Itu duit kredit lo udah nunggak dua kali angsuran, Babon!" jerit gadis itu kesal. "Nanti sore gue ke rumah lo. Gue tanya ke emak lo utang punya lo yang ambil BH sama gue satu lusin buat kado ultah pacar lo!" ancam gadis itu kesal. Namun, sayangnya Bary sudah lebih dulu pergi dan tak mendengar apa yang di katakan sahabatnya itu lagi.
"Ck, cewek jaman sekarang itu urat malunya udah setipis tali lingerie ya. Ngeri gue," komentar Arka membuat gadis itu menoleh dan menatap Arka garang.
"Apa lo?" sentak gadis itu keras. "Itu mulut belum pernah di lindas sama ulekan cabe, heh?" Gadis yang beteriak tadi kini berkacak pinggang di depan Arka dan menatap cowok itu sengit.
"Nyatanya lo memang enggak tahu malu. Teriak-teriak di koridor apa namanya kalau urat malu lo udah setipis lingerie?" balas Arka tak mau kalah.
Malas mendengar perdebatan Arka yang selalu nyirnyir pada orang lain, Malika lebih memilih untuk pergi sendiri. Siapa tahu 'kan ia bisa bertemu cowok ganteng yang bisa mendorong kursi roda milinya.
Doa Malika sepetinya terkabul dengan kehadiran cowok ganteng yang pernah ia tabrak saat berlari menjauh dari Arka.
Malika mendongak menatap pria dengan wajah tampan yang mirip dengan Nicolas Saputra, aktor tampan yang sering membintangi layar kaca.
"Kenapa, Kak?" tanya Malika sopan. Begini-begini Malika juga punya sopan santun sama yang lebih tua seperti ini contohnya.
"Waktu itu kita belum kenalan waktu lo nabrak gue." Pemuda itu terkekeh menatap Malika. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Malika. "Gue Jayden dan lo bisa panggil gue Jay. Kalau lo?" tanyanya setelah memperkenalkan diri.
Malika tersenyum. Tanpa sungkan ia membalas jabatan tangan dari pemuda bernama Jayden ini.
"Gue Malika, adiknya Bryan Domani."
"Bryan Domani artis itu?" Sebelah alis Jay terangkat naik menatap Malika tak percaya.
Malika mendengkus dan terkekeh melihat pemuda di hadapannya percaya dengan apa yang ia ucapkan.
"Lo percaya?"
Tersadar jika ia tengah dikerjai gadis di depannya, Jay terkekeh seraya menggeleng kepalanya singkat.
"Lo lucu," komentarnya membuat Malika besar kepala.
"Gue."
Obrolan singkat itu terjadi di koridor sehingga beberapa mahasiswa dan mahasiswi menatap Malika yang terlihat beruntung karena bisa berbincang dengan Jay. Jay merupakan anak seorang pengacara terkenal. Jay juga dikenal sebagai pemuda famous yang memang memiliki sifat ramah pada siapa pun. Tak heran ia memiliki banyak penggemar dan banyak pula gadis-gadis yang merasa jika Jay menyukai mereka.
Asyik berbincang membuat Malika lupa dengan keberadaan Arka sampai akhirnya ia melihat sesuatu yang menyakitkan mata terlihat di ujung koridor.
Itu Bian tengah berjalan beriringan bersama Tiara, dosen cantik dan lemah lembut.
Melihat itu, Malika mengerucut bibirnya sebal. Tiba-tiba secercah ide masuk ke dalam otaknya. Beruntung, Jay tidak berdiri di hadapannya sehingga tidak ada yang menutup pandangannya.
"Aduh! Kaki gue sakit! Aduh aduh aduh!" teriak Malika menghebohkan suasana koridor. Bahkan, Bian pun ikut menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Malika.
Bian memutar tubuhnya menatap Malika yang tengah memegang kakinya yang masih di perban. Segera, pria itu mendekati Malika dan menghampiri gadisnya yang tengah meringis kesakitan.
"Kaki lo kenapa, Malika?" tanya Jay ikut berlutut di samping kursi roda Malika.
"Kaki gue sakit banget, Kak. Enggak tahu tiba-tiba keram gitu.".
Malika menampilkan ekspresi kesakitan yang membuat Bian ikut cemas.
"Mau ke rumah sakit?" tawar Bian disambut gelengan Malika. Malika tidak mau ke rumah sakit karena saat ini ia tengah berpura-pura.
"Enggak, Bang. Aku enggak mau ke rumah sakit. Aku mau sama abang aja. Boleh, ya?" pinta Malika melas. Tak sanggup menolak keinginan pacarnya itu, Bian akhirnya mengangguk dan mendorong kursi roda Malika membawanya ke ruangan khusus dosen.
"Gue duluan ya, Kak Jay. Bye!" Malika melambaikan tangannya yang dibalas senyum kecil oleh Jay.
"Mahasiswi kita kenapa, Pak?" tanya Tiara lembut. Matanya menatap Malika dengan ramah, tak lupa senyum lembut ikut tersungging di bibir wanita itu.
"Oh, si Malik kakinya sakit. Ini mungkin efek dari kecelakan itu."
Bian menyahut sembari mendorong kursi roda Malika. Ketika memasuki ruang dosen sudah sedikit ramai dengan beberapa dosen menduduki kersi di meja mereka masing-masing.
Tiara mengangguk saja mendengarnya. Baginya yang tengah naksir Bian, Malika bukanlah saingannya.
"Malika kenapa?"
Seorang dosen yang mengajar di kelas Malika menatap mahasiswinya penasaran. Meski baru beberapa bulan menjadi mahasiwi, dosen bernama Irawati itu sudah cukup mengenal seorang Malika. Gadis yang selalu membuat orang-orang pusing dengan tingkahnya.
"Biasa, Bu. Habis nyungsep di jalan. Ibu 'sih salah kenapa enggak uptodate sosial media," sahut Malika santai.
"Lho, apa hubungannya kecelakaan kamu dengan sosial media?" Ira menatap Malika bingung.
"Karena kecelakaan saya udah masuk ke sosmed, Bu. Beuh, video saya sudah menyebar kemana-mana." Malika dengan bangga mengakui jika ia sudah terkenal di media sosialnya, membuat Ira mendengkus.
"Bukan juga karena prestasi yang menyebabkan kamu jadi terkenal. Tapi, apa kata kamu tadi?" Ira mengernyit sebentar. "Karena kecelakaan? Hii, muka kamu pasti nyeremin. Kayak manusia habis kesedot vampire."
Seketika itu Malika mengerucut bibirnya mendengar ucapan dosennya itu.
JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA YA
KAMU SEDANG MEMBACA
OMG! MALIKA
General FictionMalika Tresia Jarec, cewek cantik yang baru menduduki bangku kuliah semester awal. Cewek biang onar yang selalu bikin ulah dimana pun kakinya berpijar. Cewek cantiknya yang sialnya adalah pacar dari Bian Baskara, seorang pengusaha sekaligus dosen ga...