PART 9
Pukul dua siang, Bian melangkah masuk ke dalam kantor Jarec Group dengan ditemani Sisi, sekretarisnya.
Tujuannya kali ini untuk bertemu dengan Reno Jarec dengan agenda pembahasan tentang proyek pembangunan hotel yang ada di Magelang.
"Selamat siang, Pak. Bapak sudah di tunggu Pak Reno di lantai 14. Silakan."
Wiwin Edyawati, sekretaris bertubuh gemuk itu sudah menunggu Bian di lantai dasar.
Bian mengangguk kemudian masuk di ikuti Sisi yang masih memegang notebook dan beberapa berkas di tangannya.
Tak lama setelah Bian menghilang, Sella yang bekerja di tempat Reno menatap kepergian Bian dengan mata terbelalak.
Gadis cantik yang tengah mengenakan rok di atas lutut dan blazer merah menyala itu segera memasuki lift untuk umum menuju lantai dimana sahabatnya Arin berada.
Shella harus memberitahu Arin tentang keberadaan Bian yang ada di perusahaan ini dan diperlakukan seperti tamu terhormat.
"Lo serius itu Bian? Lo enggak salah lihat 'kan?" tanya Arin terbelalak tak percaya.
"Iya. Gue serius banget. Nanti kita cari informasi deh kenapa Bian ada di sini," sahut Shella bersemangat. "Kalau lo bisa dapetin dia, anak lo enggak akan kesusahan lagi dan lo bakal dapat kehidupan yang lebih baik," bisik Shella dengan senyum manisnya.
Arin memang mengaku masih gadis pada orang lain. Padahal ia sudah memiliki satu orang putri yang usianya sudah memasuki angka ke lima. Anak dari hasil hubungan gelapnya dengan pejabat daerah saat ia berusia 19 tahun.
Diam-diam di kampusnya Arin memang memiliki profesi lain selain sebagai mahasiswi. Apalagi jika bukan menjadi ayam kampus di universitas tempatnya menuntut ilmu.
"Tapi, kira-kira dia bakal mau enggak ya sama gue lagi? Secara gitu, gue dulu yang ninggalin dia," kata Arin menatap Shella tak yakin.
"Mau. Pasti mau," sahut Shella mantap. "Cinta pertama dan pacar pertama enggak mudah dilupakan," tambahnya menggenggam tangan sahabatnya. Shella menyayangi Arin sudah seperti adik sendiri dan tentu saja ia akan mendukung apapun keinginan Arin.
Arin tersenyum lebar sembari mengangguk yakin. Arin bertekad untuk mendapatkan Bian kembali agar hidupnya jadi lebih enak.
Sementara itu, sosok Malika memasuki ruangan tempat Arin dan Shella saat ini berada hingga membuat keduanya membulat mata tak percaya melihat gadis yang datang bersama Bian tadi malam ada di ruangan mereka.
"Ngapain dia di sini?" bisik Shella menatap Malika sinis. Sementara Arin hanya mengangkat bahunya tak tahu.
Ruangan lebar terdapat lima belas meja kerja yang terisi orang-orang yang tengah serius atau pura-pura serius menatap layar monitor ketika melihat sosok Malika masuk.
Beberapa orang yang memiliki urusan dengan Alify memang juga mengenal sosok Malika yang mereka tahu sebagai asisten dari tukang kredit itu. Jika Alify tidak bisa hadir maka yang akan muncul adalah Malika.
"Permisi! Yuhu, Malik here! Remember dengan jadwal bayar utangnya?" seru Malika dengan semangat membara.
"Aduh, cari siapa ya dek? Adek sepertinya salah ruangan," ujar Tia selaku salah satu staf yang memiliki utang. Gayanya seperti tidak mengenal Malika, padahal sudah beberapa kali bertemu.
"Haduh, Mbak Tia, minggu ini jatuh tempo ya. Totalnya 50 ribu," kata Malika. "Ambil CD gambar Dora and the geng warna yellow empat minggu yang lalu," ujar Malika menyebutkan dengan rinci apa yang ada di buku.

KAMU SEDANG MEMBACA
OMG! MALIKA
General FictionMalika Tresia Jarec, cewek cantik yang baru menduduki bangku kuliah semester awal. Cewek biang onar yang selalu bikin ulah dimana pun kakinya berpijar. Cewek cantiknya yang sialnya adalah pacar dari Bian Baskara, seorang pengusaha sekaligus dosen ga...