PART 12
Bian berlari dari parkiran rumah sakit sampai di koridor mencari ruang rawat darurat dimana Malika tengah ditangani.
Tiga puluh menit yang lalu, ia baru saja menghubungi nomor Malika. Namun, bukan Malika yang mengangkat telepon tersebut tapi suara suster yang mengabarkan jika Malika mengalami kecelakaan.
"Suster, pasien kecelakan di jalan raya tadi, di ruangan mana?" tanya Bian menghentikan langkah suster.
"Oh, yang ini mas. Pasien masih ditangani. Mas bisa isi formulir lebih dulu dan mengurus administrasi," kata suster yang kebetulan baru keluar dari ruangan.
Bian mengangguk. Pria tampan yang masih mengenakan jas abu-abu di tubuhnya itu segera bergegas menuju resepsionis untuk mengurus biaya administrasi. Usai melakukan pembayaran, segera Bian menghubungi Prissy dan mengabari kondisi Malika saat ini.
Bian berdiri cemas di depan ruangan. Perasaannya saat ini sedang kacau karena mengetahui Malika kecelakaan saat pulang dari kantornya dan mereka pun habis bertengkar.
Bian merasa bersalah karena sudah membentak Malika. Hal yang seharusnya tidak pernah ia lakukan. Tapi, mau bagaimana lagi, Bian tak ingin jika pacarnya itu melakukan hal buruk apalagi dengan orang yang lebih tua darinya.
"Dok, bagaimana keadaan pacar saya?" Bian segera mendekati sang dokter ketika melihatnya keluar dari ruangan dan menanyakan kondisi Malika saat ini.
"Pasien mengalami luka baret di kaki dan terkilir di bagian kanan. Sementara itu di bagian tangannya juga terkilir karena tertindih tubuhnya saat motor terbalik," jelas dokter dengan rinci. "Pasien masih dalam pengaruh bius. Jadi, belum sadar untuk saat ini. Tunggu beberapa saat lagi pasien akan segera sadar."
Bian menghembuskan napasnya mendengar penuturan sang dokter. Hatinya perih mendengar jika Malika mengalami luka baret dan terkilir. Harusnya Malika tidak ada di posisi ini jika ia tidak menerima ajakan makan siang Shela dan Arin sebagai bentuk permintaan maaf dari mereka karena membuat Malika tak nyaman saat di pesta reuni. Mungkin Malika tidak akan berada di sini.
Bian menghela napas berat saat kakinya memasuki ruang rawat Malika yang sudah pindah ruangan.
Terlihat pacarnya itu tengah tak sadarkan diri sementara tangan dan kakinya di balut perban putih.
Bian duduk di kursi, kemudian mengambil posisi duduk di samping Malika. Tangan Bian terulur menggenggam tangan putih yang terbalut perban itu dengan lembut.
"Maaf, Sayang," ucapnya penuh sesal.
Tak berselang lama pintu ruangan terbuka dengan kasar dan munculah segerombolan orang-orang yang Bian kenali.
Ada Prissy, Digo, Dika, Sofie, Alify, Reno, dan juga Arga, anak bungsu Alify. Mereka melangkah masuk dan menanyakan kondisi Malika pada Bian.
"Mana orang yang nabrak itu? Biar Ibunda ratu yang mukul bokongnya karena sudah nabrak asisten ibunda." Alify berkacak pinggang seraya menatap tajam sekeliling kamar.
"Masih di ruangan UGD, Ibunda. Orang itu juga bawa mobil dalam keadaaan mabuk," sahut Bian pelan.
"Mabuk? Mabuk di siang bolong gini?" jerit Alify yang langsung di bekap Reno mulutnya.
"Ini rumah sakit, bukan hutan, Bunda."
Reno memelototi istrinya yang membalas ucapannya dengan cengengesan tak jelas. Alify dari dulu sampai sekarang tidak pernah berhenti membuat ulah.
"Khilaf, Yah." Alify tersenyum malu, lalu tatapannya beralih menatap Prissy yang tengah menangis menatap putrinya.
"Sabar ya Ssy. Lo tenang aja. Si Malik enggak apa-apa kok." Alify menepuk pundak sahabat sekaligus adik iparnya.
"Hiks …. Malik."
"Sabar, Sayang. Kata dokter 'kan Malik enggak kenapa-kenapa," bujuk Digo memeluk istrinya lembut.
"Hiks!" Prissy terisak dan melepas pelukan Digo darinya. "Malik memang enggak kenapa-kenapa dan aku tahu itu, Bang. Tapi--" Prissy kembali terisak sehingga membuat Digo dan yang lainnya menatap Prissy penasaran.
"Tapi apa?" tanya Alify mulai penasaran.
"Hiks. Jam tangan mahal aku yang belum lunas kreditnya hancur enggak berbentuk." Prissy menunjuk jam tangan warna hitam merk Alexandra yang tergeletak tak berdaya di atas nakas.
Alify kontan melotot tak percaya melihat jam jualannya tergeletak mengenaskan di atas meja.
"Prissy, jangan bilang--" Alify memicingkan matanya menatap Prissy curiga.
"Lunas ya, Pit? Itu jam baru gue pakai 24 kali dan yang ke 25 itu di rusak Malik." Prissy menatap Alify melas, tapi yang di tatap menggeleng tegas.
"Gue enggak mau tahu. Bisnis is bisnis. Rusak is rusak. Jadi, apapun itu angsuran tetap harus dibayar."
"Lho, enggak bisa begitu dong. Ini jam tangan di rusak sama Malik, bukan gue. Jadi, gue anggap lunas," balas Prissy tak mau kalah.
Perdebatan sengit antara Alify dan Prissy terhenti ketika pintu ruang rawat kembali terbuka dengan kasar.
"OMG, Malika! Motor kesayangan gue! Jacky is my heart lo rusak dengan begitu teganya. Oy, Malik!" teriak Arka heboh. Cowok itu menggoyang lengan Malika yang tidak tertutup perban dengan kuat sehingga membuat Bian segera menarik Arka untuk menjauh.
"Malik masih pingsan. Soal motor lo, biar gue yang bayar servinya," ujar Bian tenang. Tatapannya beralih menatap Malika yang masih tak sadarkan diri.
"Gue enggak terima, Bang. Itu motor gue udah enggak suci lagi kalau di servis. Gue enggak rela, enggak ridho kalau si Jacky pecah perawa--aww!" Celotehan Arka berhenti begitu saja ketika perut tanpa ototnya ditarik dengan kuat oleh sang Ibunda Ratu.
"Ibunda, ini sakit. Ibunda kalau nyubit itu pakai hati banget, ya? Sampai masuk ke relung hati," ujar.Arka seraya memeloti ibunya. Sumpah, emaknya satu ini kalau nyubit udah kayak kepiting saja. Sakit dan pedas yang ia rasa.
"Kamu enggak malu nyerocos aja kayak kambing mau kawin? Mana bahasanya agak ambigu lagi. Please deh, Ar, kamu itu harus mencontoh sifat baik ibunda ratu."
Semua yang mendengar ucapan Alify memilih membalikkan tubuh mereka dan pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Alify tadi.
Anggap saja Alify saat ini tengah berbicara dengan pantat kuali yang hitam.
"Ibunda ngomong apa, ya? Kok kayak kumur-kumur gitu. Enggak jelas," celetuk Arka yang segera mendapat cubitan kembali dari Alify.
"Arka!"
Sementara itu sosok pembuat onar yang sudah menyebabkan kekacauan tetap diam dan masih dalam mode pura-pura pingsan agar tidak ditagih soal jam oleh Alify dan Prissy, serta soal motor Arka yang rusak.
Nanti saja ia akan membuka kelopak matanya saat di rasa semua orang sudah pergi agar ia aman.
![](https://img.wattpad.com/cover/203418705-288-k291753.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OMG! MALIKA
General FictionMalika Tresia Jarec, cewek cantik yang baru menduduki bangku kuliah semester awal. Cewek biang onar yang selalu bikin ulah dimana pun kakinya berpijar. Cewek cantiknya yang sialnya adalah pacar dari Bian Baskara, seorang pengusaha sekaligus dosen ga...