SATU

208 51 0
                                    

Gadis itu menguap lebar saat merasakan mentari pagi mulai memasuki kamarnya melewati celah celah jendela

"Non Rara bangunn" samar samar terdengar suara mbok iyem yang sedang berusaha membangunkan Rara

Dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka, Rara berjalan membuka pintu "iya mbok Ara udah bangun"

"Yowes, non mandi, siap siap sekolah. sarapan udah mbok siapkan di meja makan" ucap mbok iyem dengan nada khas jawa yang medok

Rara mengangguk, kembali menutup pintu kamarnya dan bergegas mandi, tidak seperti anak anak biasanya, Rara harus luluran dulu, lalu keramas hingga rambut yang di ombre warna biru itu benar benar rapih dan halus

Rara turun dari kamarnya dengan menggunakan seragam putih abu abu yang masih terlihat baru lengkap dengan sneakers putih dan kaus kaki berwarna pink

"Mamah sama papah udah pergi"
Tanya Rara basa basi, sebenarnya tanpa di jawab pun Rara sudah tau bahwa mama dan papa nya adalah manusia sosialita yang memiliki banyak pekerjaan, jangankan untuk pulang, menelpon Rara saja jarang

"Mereka ga pulang ke rumah non"

Rara memutar bola matanya malas, lalu memakan sarapan yang telah dibuatkan bi iyem
Waktu menunjukan pukul 06. 45 Rara berangkat menggunakan mobil alpart hitam yang sudah terpakir di halaman rumahnya

"Ara berangkat mbok"

Mobil itu berjalan keluar gerbang, kota jakarta tentu sudah padat sejak subuh tadi, butuh waktu sekitar 50 menit bagi Rara untuk sampai ke sekolah dengan keadaan jalan yang begitu ramai

"Pak bukain gerbangnya" teriak Rara sambil membunyikan klakson mobilnya terus menerus

"Ayolah, bukain" teriaknya kali ini sedikit memohon

"Nggak bisa neng, udah jam berapa ini" tegas pak Beno satpam di SMA harapan bangsa

Rara mendengus "iyauda saya terobos nih" ancam Rara pada pak Beno yang sama sekali tidak gentar

Rara turun dari mobilnya berusaha merajuk agar pak Beno mau berbaik hati membuka pintu gerbang "ayolah pak, tadi tuh macet banget"

Pak Beno mendengus "yowes tapi neng Rara menghadap bu Ida dulu yo" ucaap pak beno sambil membukakan gerbang

"Oke siap bos" ucap Rara dengan sikap hormat seperti prajurit yang telah diberikan perintah

Rara memasuki mobil nya ke pekarangan parkir, lalu bergegas masuk, hari ini adalah hari pertama Rara menempati bangku kelas 10 dan ia sudah terlambat di hari pertama masa Orientasi yang 3 hari kedepan akan banyak drama, mulai dari kelakuan senior yang semena mena, harus mengenakan topi dari bola atau ikat rambut dari tali rapia yang membuatnya seperti orang yang tidak waras atau bahkan mengenakan tas dari karung bekas

Rara berjalan santai melewati koridor, tujuannya bukanlah ke lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan dan rela berpanas panasan selama 40 menit hanya untuk mendengarkan celoteh dari para guru dengan kata legendarisnya "kalian sudah SMA bukan anak SMP lagi"

Diantara padatnya lapangan Rara justru memilih duduk dikantin sendirian, memesan esteh manis, ditemani sepiring ketoprak. di sebrang meja ia melihat segerombolan biang rusuh yang sepertinya juga tidak mau mengikuti upacara pembukaan,  dan salah satu dari anak tersebut adalah Aldo bersama dua temannya : Babay dan Irgi yang telah memutuskan untuk selalu bersama karna mereka merasa cocok terutama dalam hal melanggar aturan

"Karna ku slow, sungguh slow, sangat slow tetap slow......"  Teriak Babay menyanyikan lagu wahyu - slow dengan nada yang sama seperti penyanyi aslinya

"Santai santai jodoh gaakan kemana" sahut kedua temannya

Rara memutar bola matanya malas, suara bising dari gerombolan tukang rusuh itu mengganggu pendengarannya, Rara berdiri lalu mendekat ke arah gerombolan tukang rusuh itu duduk "eh bisa diem ga, brisik, suara lo itu mengganggu pendengaran gue" 

Aldo menatap tidak perduli, lalu bernyanyi lagi

"Lo punya kuping kan?" Desis Rara menarik telinga Aldo seperti ibu yang sedang memarahi anaknya

Aldo menepis tangan Rara "gua tuh lagi nyanyi buat menghibur orang orang yang ada di kantin"

"Ini termasuk ibadah"  lanjut aldo

"Ibadah apaan yang bikin telinga sakit, suara lo gabagus, merusak pendengaran"

Aldo melirik teman temannya, tapi mereka justru berpura pura tidak perduli

"Yauda lo pergi aja kalo merasa terganggu" 

Seketika setelah mendengar jawaban itu Rara berbalik pergi mengambil tas yang sebelumnya ia letakan di meja tempat ia duduk "Teh sumi, mang Abe nanti esteh sama ketopraknya dia yang bayar ya" teriak Rara sambil menunjuk Aldo, Rara menyeringai puas lalu mengibaskan tangannya dan pergi dari kantin tanpa menunjukan wajah berdosa sedikitpun

"Apa apaan" Aldo yang kaget langsung berdiri berniat untuk mengejar Rara tapi Babay menahannya

"Udah gapapa bro, bayarin aja, kurang belayan tuh cewe kayanya"

Cowok itu diam, napasnya naik turun karna emosi, sejak kejadian itu ia akan selalu mengingat bahwa Rara masuk kedalam predikat cewek yang akan selalu ia hindari selama ia bersekolah di SMA harapan bangsa






Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang