TIGA

137 43 2
                                    

Rara melempar tasnya asal, lelah dengan segala aktivitas menyebalkan yang harus ia lakukan hari ini. Bagaimana kesalnya Rara yang disuru lari keliling lapangan 2 putaran karna berani menantang osis yang galaknya bukan kepalang, dipaksa menghitung jumlah mangga yang ada di taman belakang, hingga menggambar denah sekolah lengkap dengan ukurannya

"Gila tuh osis" keluh Rara kesal

Namun diantara semua kejadian yang terjadi hari ini, ada satu kejadian yang paling mengganggu kepalanya.

"ga kaya lo yang bisanya cari atensi ga berkelas dan bikin orang sakit mata  "

Rara mengingat kembali perkataan Aldo yang berhasil mengusik pikirannya "iih nyebelin banget sih, lagian siapa juga yang suka nyari Atensi"

Rara menutup wajahnya frustasi, perkataan Aldo berhasil membuat hati Rara berapi api "dasar cowo gila, ngomong seenak jidat " dengus Rara kesal sambil memukul Bantal layaknya samsak

Rara duduk dipinggir kasur, alih alih untuk menghibur diri memikirkan apa yang akan ia lakukan malam ini

"apa yang kamu lakukan dengan wanita itu pah!!!!" Suara bising itu mengganggu konsentrasi Rara, yang sepertinya berasal dari Ruang keluarga di lantai 1

"Tidak usah berteriak pada saya!!"

"Aku melihatnya sendiri" suara Lisa terdengar sedu, ada setetes air mata yang mengalir di pipi Lisa membuat Rara mengkerutkan keningnya bingung

Dengan langkah ragu, Rara berjalan mendekat "maah, paah, ada apa" tanya Rara terdengar gugup

Lisa menatap Rara, lalu menoleh pada Tio "kamu jelaskan pah"

Tio mendengus, mengacak rambutnya "mamah memergoki papa__" Tio bungkam tidak bisa melanjutkan kalimatnya

"Memergoki apa pah" Nada Rara terdengar sedikit meninggi, memaksa Tio untuk membuka mulutnya, dilihatnya Lisa yang sedang duduk sambil menutup wajah, terisak dalam tangis membuat Rara semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi

Tio menarik nafas dalam dalam sebelum melanjutkan kalimatnya " Papah sedang__"

"Selingkuh dengan sekertarisnya" potong Lisa di sela tangisnya

Rara menutup bibirnya dengan telapak tangan. Jantungnya seolah berhenti berdetak, Rara menatap Tio yang hanya tertunduk menyembunyikan wajah dalam dalam seolah merasa malu

"Bener pa?" Rara bertanya dengan nada suara yang bergetar, Namun Tio masih menunduk tidak menjawab apa apa, Rara membeku. Lututnya terasa lemas dan jantungnya berdebar cepat, dengan langkah gemetar Rara mendekati ibunya yang masih menenggelamkan wajahnya dengan telapak tangan

Rara mengelus pundak Lisa berusaha untuk menguatkan "ayo ke kamar mah"

Lisa membuka tangannya, dan mengangguk dengan wajah pucat pasi

Dikamar Lisa kembali terisak dalam tangis, dengan pundak naik turun "papa bilang dia ada meeting" ucap lisa di sela sela tangisnya

"Telfon mama berhari hari ngga diangkat, mama suruh pulang papa selalu bilang kalo dia sibuk" lanjutnya sesekali menarik nafas

"Pas mama cek ke kantor, papa lagi__" Lisa menutup wajah, tidak sanggup melanjutkan kalimat yang bila di ceritakan semakin menyayat hati mengingat kejadian yang baru saja ia lihat

Rara termenung, bingung.  pasalnya, Tio adalah orang yang sangat bertanggung jawab, tidak pernah kasar pada Rara maupun Lisa, selalu memberikan segala kebutuhan hingga mereka benar benar merasa cukup. Ayah yang selalu di dambakan oleh anak seusianya, sosok laki laki yang paling Rara sayangi

Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang