SEMBILAN BELAS

32 5 0
                                    

Aldo membuka bungkus permen, lalu memasukan makanan manis itu kedalam mulutnya sambil sesekali tersenyum

"Do, gua denger si Rika sakit" ucap Babay yang baru saja datang, sambil melempar tas nya asal

mendengar nama itu disebut, Aldo seketika menoleh "yang bener lu?" ucapnya hampir saja tersedak permen yang sedang ia makan

"sakit apa?" Tanya Irgi penasaran

"katanya si tifus" Babay mengeluarkan sebuah kertas dari saku seragamnya yang berisi Alamat rumah sakit beserta nomor kamar tempat dimana Rika di rawat

Aldo reflek menarik kertas itu, mengusap kepalanya kasar merasa bersalah karena tiba tiba teringat bahwa semalam ia meninggalkan Rika di sebuah mall untuk menemui Rara

pemandangan pertama yang Rika temukan saat matanya terbuka adalah sebuah kamar rumah sakit, gadis itu mengerang sambil memegang kepalanya yang terasa pusing tubuhnya terasa lemas ditambah ada sebuah selang infus yang terpasang di tanganya

ia meraih ponsel yang ada di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya

ada puluhan notif chat dari teman temannya yang menyemangati Rika agar ia segera sembuh, termasuk dari Aldo

gadis itu tersenyum sumbang lalu mematikan lagi ponselnya, memejamkan mata seraya mengistirahatkan tubuhnya

setelah pulang sekolah, Aldo bergegas menuju parkiran berniat untuk segera menjenguk Rika, namun langkahnya terhenti saat melihat Rara sudah menaiki motornya

"ngapain lo"  tanyanya dingin sambil menatap gadis itu tidak suka

"gua udah denger kabar soal Rika, dan gua mau ikut jenguk dia" ucap Rara selembut mungkin

"jangan cari masalah deh"

Rara menggeleng "gua beneran punya niat baik buat jenguk, bukan buat cari masalah"

"ga usah" ketus Aldo

Rara menaikan bahu, segera turun dari motor "yauda gua jenguk sendiri aja"

Aldo mengacak rambut frustasi, menarik tangan Rara "yauda bareng aja" ucapnya

Rara menarik senyum lebar

Rika membuka mata saat mendengar suara ketukan pintu yang lumayan keras

sedetik berikutnya dua orang yang sangat tidak ia inginkan keberadaannya memasuki kamar, dengan membawa sebungkus buah apel

"Hay Rik" ucap Rara sambil menampilkan senyumnya seramah mungkin

Rika menaikan sebelah alisnya, menatap Aldo dengan tatapan tidak suka "ngapain kesini?" tanya nya ketus

melihat itu Rara meletakan apelnya, menarik kursi lalu duduk di samping Rika "kita mau jenguk lo, gausa judes gitu lah"  jawabnya

"Ra, lo bisa tinggalin gua berdua dulu ga?"

Rara mengangguk "oke" lalu bangkit dari tempat duduknya, berjalan keluar

gantian, Aldo mendudukan tubuhnya pada sebuah kursi, memegang kedua tangan Rika, menatap Rika dengan tatapan teduh, tatapan yang mampu membuat hati Rika luluh

"gua minta maaf udah ninggalin lo sendirian di mall tadi malam" ucapnya lembut

Rika menarik tangannya, mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap Aldo

"iya gapapa"

"Rik" panggil Aldo

"aku liat ko, kamu goncengan sama Rara trus peluk pelukan, kenapa ga bilang aja mau ketemu Rara. ngapain harus bohong coba?"

"ini ga seperti apa yg lo liat Rik, saat itu Rara lagi butuh gua"

"trus kamu fikir aku ga butuh kamu? harusnya dari awal aku gausah iya in ajakan kamu buat anter aku ke toko buku kalo ujung ujungnya bakal ditinggal sendirian"

"gua minta maaf Rik"

"gausah minta maaf, aku udah maafin semua kesalahan kamu, tapi aku minta kamu gausa deket deket aku lagi Do"

"jangan gitu dong Rik"

Rika membalikan pandangannya, menatap Aldo

"Trus gimana Do? Gaada satupun perempuan yang mau dijadiin orang ketiga"

Aldo meraih tangan Rika, lalu mengusap kepalanya lembut

"berapa kali gua harus bilang kalo status gua sama Rara itu palsu Rik"

"kalo gitu kenapa kamu ga putusin dia?" pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Rika

"secepatnya Rik, gua bakal ninggalin dia secepatnya"

Rara yang hendak memasuki kamar Rika, sontak terkejut saat mendengar ucapan Rika

"apa apaan?"

Aldo maupun Rika menoleh, menemukan Rara yang sedang berdiri memegang gagang pintu

Rara melangkah maju "lo bilang apa barusan?" bentaknya

Aldo bangkit "udah gua bilang jangan cari masalah" ucapnya berusaha untuk menenangkan Rara

Rara menatap Aldo sinis "niat gua disini baik, dia yang cari masalah"

"ngapain lo ngomong gitu hah?"

Rika bungkam, bingung harus berbuat apa, ditambah sakit kepala yang tiba tiba saja menyerang

"jawab!" bentak Rara dengan nada meninggi

Aldo reflek mendorong Rara menjauh, hingga pinggung Rara tertabrak tembok ruangan

"UDAH CUKUP!!" Bentak Aldo

"ini rumah sakit, bisa ga sih lo sehari aja ga bikin masalah? mending lo pergi dari sini Ra! gausa bikin hidup gua makin susah" lanjutnya

gadis itu menatap Aldo intens, tiba tiba saja setetes air mata keluar membasahi pipinya, Bahunya naik turun menahan amarah yang sedang berusaha ia tahan

Rara mengangguk, lalu melangkah pergi, meninggalkan Aldo dan Rika berdua dalam sebuah keheningan

                                ***

Rara berjalan dengan langkah cepat tanpa tau tujuan

"padahal gua udah berusaha jadi orang baik, udah mencoba untuk bersikap baik tapi tetep aja, ga berarti  apa apa" keluh Rara sambil sesekali mengusap air matanya

tiba tiba saja ia teringat pada Ayahnya, Apa  yang bisa di lakukan oleh seorang wanita manja yang telah kehilangan sosok panutan dalam hidupnya? sesorang yang seharusnya menjamin perasaan aman dan bisa dijadikan tempat untuk pulang, namun kini ia sendirian, bahkan ketika dia jatuh cinta, cinta itu tidak berpihak padanya

"percuma kan? orang yang udah dari awal dianggap jahat akan selalu seperti itu, bahkan ketika dia berusaha berbuat baik pun ga pernah diliat" ucapnya

"tapi kalo gua nyerah sekarang artinya gua kalah, gua gabisa nyerah sama keadaan, kalo emang hati Aldo bukan buat gua setidaknya gua bisa jadi teman baiknya kan?" lanjutnya berusaha meyakinkan diri sendiri, mengumpulkan segala energi positif untuk masuk kedalam fikirannya, menyemangati hatinya yang entah seperti apa keadaannya, namun setidaknya hanya itu yang mampu ia lakukan, bagaimanapun, Rara tidak boleh kalah

kisah ini baru akan dimulai, kisah seorang gadis yang berjuang untuk mendapatkan laki laki yang sudah jelas hatinya bukan untuk dia, sosok laki laki yang ia harap mampu membuatnya tidak lagi merasa sendirian, laki laki yang bisa ia andalkan untuk menemaninya dikala bosan, laki laki yang hanya menganggap dirinya adalah sumber masalah, namun Rara mencintainya

***

Yeayyy Akhirnya aku bisa nyelesain part ini guys huhuhu:((

seneng bangettt, dan makasih untuk dukungannya sampe detik ini, semangatin aku terus ya guyss buat menampilkan cerita yang makin gereget kedepannyaaa

peluk jauh🤗🤗

oiyaa, setelah part ini kalian bakal aku kasih liat visual dari tokoh dalam novel absurd ini

semoga kalian sukaa♥️

Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang