SEPULUH

82 38 1
                                    

Aldo menarik Rara menuju kantin belakang, terlihat beberapa siswa sedang berkumpul

Ada yang sedang bernyanyi sambil bermain gitar
Merokok, dan pasukan hp miring yang sedang asik bermain game
Ada juga beberapa siswa normal yang datang kesini hanya benar benar untuk makan lalu dengan fikiran terbuka akan langsung masuk ke kelas

Sudah menjadi tradisi anak SMA bolos di jam pelajaran dengan alasan izin buang air kecil padahal tujuannya adalah ke kantin belakang.

Alasan mengapa kantin belakang menjadi tempat terfavorit untuk kalangan siswa yang lebih hobby madol (bolos) daripada belajar adalah
Karna kantin belakang letaknya sangat jauh dari kantor guru yang berarti sangat jarang guru maupun osis bahkan siswa teladan datang kesini, alasan kedua karna disini siswa bebas melakukan apa saja, mau bernyanyi dengan nada sekeras mungkin tidak akan mengganggu penghuni sekolah yang lain, ada satu pohon mangga yang cukup rindang di sebelah kiri kantin, dibawah pohon terdapat tempat duduk yang berukuran sedang hingga membuatnya menjadi tempat favorit bagi aldo, karna sangat sejuk meski matahari sedang terik

Pernah sesekali saat pohon mangganya sedang berbuah, aldo memetik mangga yang masih muda, biasanya digunakan untuk ngerujak namun aldo malah memakannya menggunakan sambal kacang layaknya tempe goreng.

Irgi dan babai heran dengan tingkah aldo yang kelewat aneh, mereka mengerutkan kening seperti seseorang yang ingin menanyakan rasa dari mangga tersebut.

Seperti mengetahui maksud dari ekspresi babai dan irgi, aldo tersenyum "kita kan gaakan pernah tau rasanya kalo ngga mencoba, ternyata mangga pake sambel kacang itu gaenak, tapi kalo di buang juga sayang soalnya udah cape cape manjat, kasian pohonnya nanti nangis kalo buahnya ga di makan. Jadi ya nikmatin aja" ucapnya

Aldo berjalan mendekat, menghampiri Ardi yang sedang duduk sambil menikmati es teh manis

"Sini lo bangsat" Aldo melepas gengaman tangannya, menarik kerah baju ardi

Ardi yang sedang asik meminum es teh manis tersentak "apa apaan lo"

Aldo menatap ardi dengan tatapan berapi api "Lo kan yang nyebarin berita sampah tentang Rara?"

Ardi tersenyum miring "kenapa? Lo mau belain pelacur ini" teriaknya

Aldo menggeleng pelan "bangsat" tanpa aba aba memukul wajah Ardi hingga terhuyung kebelakang

Ardi menepis kasar darah yang mengalir di sudut bibirnya, lalu bangkit membalas pukulan Aldo

Aldo menendang Ardi, lalu Ardi melakukan hal yang sama, dua duanya sama sama dikenal sebagai jagoan di sekolah, kedudukan Ardi maupun Aldo sama sama di takuti namun kini keduanya saling adu pukul

Babay dan irgi berusaha melerai pertarungan mereka, begitupun dengan Rara

babay dan irgi memegang kedua tangan Ardi, menariknya agar menjauh namun ardi terus memberontak hingga tak sengaja memukul Rara

Kepala Rara terasa pening, setetes darah mengalir keluar dari hidungnya sedetik kemudian Rara tak sadarkan diri

Aldo berjalan mendekat "brengsek lo" bisik aldo

Ardi melangkah maju "kita temen sob! Lo mukul gua cuma gara gara cewe pelacur ini?" Teriak Ardi sambil menatap Rara

Ardi memalingkan pandangannya, beralih menatap Aldo "Bahkan dia bukan siapa siapa lo" lanjutnya

Aldo memincingkan matanya geram, lalu membalikan badannya menatap sekeliling

"Denger semuanya" ucapnya

Aldo berjalan mendekati Rara "mulai sekarang Rara cewe gue, siapapun yang nyentuh atau ngusik dia, bakal ber-urusan sama gue" peringatan itu di dengar oleh seluruh siswa yang ada di kantin belakang

Aldo menggendong Rara, lalu membawanya ke UKS

Ardi menatap tajam "bangsat" umpatnya

Rika yang sedang berjaga di uks tersentak kaget saat ada seseorang yg mendobrak pintu "ta_taro disini aja ka"  ucapnya gugup

Aldo menatap Rika dalam, seolah ingin menjelaskan apa yg barusan terjadi "Sendirian Rik?" Tanya aldo basa basi

Rika menoleh mengambil selimut lalu hanya mengangguk

Aldo meletakan Rara dengan hati hati, mengambil selimut yang diberikan Rika untuk menyelimuti Rara

Rika membalikan badannya berniat untuk keluar namun aldo menarik tangannya "disini aja temenin gua" ucap aldo dengan nada yang lembut

Rika menggeleng "kan udah ada Rara"

Aldo tersenyum "gua cuma nolongin dia ko"

Rika menepis tangan aldo "kalo pun ada hubungan special juga gapapa, toh aku kan bukan siapa siapa"

"Berarti mau jadi siapa siapa ya" ledek aldo

"Ih apaansi" wajah jengkel Rika terlihat begitu menggemaskan bagi aldo

Aldo mencubit pelan pipi Rika "jangan judes gitu dong" ucapnya

Perlakuan aldo yang secara tiba tiba membuat pipi Rika memerah

Rara membuka matanya perlahan, sakit di kepalanya tak kunjung hilang, Ia menatap sekeliling tak sengaja melihat Aldo yang sedang mencubit pipi Rika dengan wajah penuh bahagia

Rara tersenyum tipis, rasanya melihat Aldo tersenyum adalah sebuah bahagia yang tak pernah Rara bayangkan sebelumnya

Namun ia segera menepis segala fikiran tentang Aldo, baginya Aldo adalah musuh terbesar dalam hidupnya namun entah mengapa, beberapa hari belakangan ini banyak kejadian buruk yang menimpa Rara, dan membuat aldo terlibat di dalamnya

Ditambah peristiwa yang baru saja dialami Rara, ia melihat sisi lain dari diri Aldo, orang yang sangat ingin Rara hindari, malah menimbulkan rasa tanya yang membekas di hati

"Gua mau balik ke kelas" ucap Rara lalu bangkit

Aldo menoleh "udah sadar lu"

Rara mengangguk, lalu menepuk pundak Aldo "makasih ya, gue duluan"

"Iya" ucap Aldo tak perdulii

"Ka_kalo gitu aku juga mau ke kelas" ucap Rika merasa tidak enak

Rara menggeleng lalu tersenyum "lo disini aja, temenin aldo"

"Tapii.."

"Iya lo disini aja" potong aldo

Rara melangkah pergi dengan segala rasa yang bersemayam di hati

Aldo mengeluarkan ponsel, mengirim sebuah pesan singkat pada Rara yang nomornya ia dapat dari grub angkatan

"Kalo ada gosip tentang kita pacaran gausa dimasukin ke hati, gua nolongin lo karna lo perempuan. bukan karna gua ada perasaan"

Dengan penuh rasa percaya diri dan tanpa rasa bersalah Aldo memasukan kembali ponselnya lalu mengajak Rika untuk makan bersama di kantin

Rara yang sedang berjalan mengkerutkan kening saat mendengar ponselnya berdering, dibaca pesan singkat yang dikirim aldo, Rara menaikan bahu berusaha untuk tidak pernah perduli, tanpa berniat membalas lalu mematikan ponselnya dan melanjutkan langkahnya

Rara tersenyum tipis "Gausa dimasukin ke hati katanya " gumam Rara dalam hati










Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang