TUJUH

76 41 1
                                    

Aldo mengambil sebungkus rokok di saku celananya, lalu menyalahkan ujung lintingan itu mengisapnya secara perlahan, melepaskan hembusan berisi asap ke udara, dengan segala pikiran yang mengganggu kepalanya

"Raut muka lo kenapa si do, di tekuk mulu dari tadi "

Aldo menoleh, menggelengkan kepalanya, sambil menghisap rokonya

"Lu khawatir sama Ami?"

"Atau sama Rara"

Aldo memincingkan matanya, hampir saja tersedak asap dari lintingan yang ia hisap

"Gila lo"

"Ya trus kenapa? Jawab dong" desak irgi

"Gatau kenapa gua gasuka banget ngeliat si rara sama temen temennya itu"

"Biarin aja si do, selagi dia ngga ngeganggu kita"

"Anggap mahluk halus aja" babay mencoba mendinginkan suasana yang sedikit memanas saat aldo menyebut nama Rara, pasalnya ia dan Rara memang tidak pernah akur

"Gasuka gua liat tingkahnya yang belagu, suka nindas orang"

"Mungkin dia kaya gitu ada sebabnya do, kan lo gatau kali aja dia lagi rapuh dan berusaha untuk tetap terlihat kuat di depan orang lain"

"Tapi ga selalu harus nindas orang kan"  ucap Aldo dengan tatapan berapi api

Irgi menggelengkan kepalanya, bingung harus berkata apa, takut nanti perkataannya malah membuat suasana semakin tidak membaik

Aldo melempar puntungan rokok yang malah terasa pahit di mulutnya, lalu menginjaknya "gua cabut"

Babay dan irgi saling berpandangan lalu mendengus " jangan terlalu benci sama orang, nanti malah berbalik punya perasaan " ucap babay

Aldo menatap sinis " mau ribut? "

Babay terkekeh " bercanda do "

Aldo menaikan sebelah alisnya lalu beranjak pergi
                             

Aldo mempercepat langkahnya menyusuri koridor

Diikuti dengan babay dan irgi di belakang

Berita pertengkaran Rara dan Ami sudah tersebar hampir ke seluruh penjuru kelas, tak terkecuali kelasnya Aldo.

Hampir semua siswa membicarakan Rara dan Ami

"Gila parah banget sih si Rara ampe ngerobek baju Ami"

"Malu banget kali ya si Ami"

"Dianya juga sih cari gara gara"

Sementara teman temannya sedang asik mengobrol, Aldo masuk ke kelas, berjalan menuju meja yang biasa di tempati oleh anak laki laki pada umumnya yaitu di kursi paling belakang, lalu memilih memejamkan matanya, daripada harus ikut terhanyut dalam pembicaraan yang menurutnya sangat tidak penting

"Eh lo tau ga, gua denger denger kalo ayah sama ibunya rara tuh cerai ya"

"Iya katanya ayahnya selingkuh"

"Ih parah banget sih, pantes aja anaknya brutal kaya gitu orang tuanya aja gabener"

"Iya betul tuh, jauh jauh deh takut kebawa sama sifat jeleknya"

Aldo menaikan kepalanya
" Bisa diem ga, gue mau tidur" ucapnya dingin

Hening....

"Kan enak kalo kalian diem, gausa ngerumpi,  lo gatau kapan malaikat maut nyabut nyawa lo, siapa tau aja pas lo lagi ngrumpi tentang keburukan orang lain tiba tiba lo keselek trus meninggal" lanjut aldo kembali menenggelamkan kepalanya

"Astagfirullah Aldo kalo ngomong"

Aldo menaikan pundak tidak perduli

                                      ***

Bel pulang berbunyi

Rara memilih untuk langsung pulang, menolak ajakan temannya untuk berkumpul di cafe sekedar untuk meminum secangkir kopi, di temani oleh wifi, lumayan untuk streaming gratis.

"Kiri bang" teriak Rara saat angkutan umum itu melewati gang rumahnya

Rara turun lalu segera berjalan menuju rumah, hari ini sangat melelahkan baginya, ditambah hukuman dari guru BK karna pertengkaran Rara dengan Ami

"Ara pulangg" ucapnya sambil membuka pintu, namun tidak ada jawaban

"Maah" panggilnya sekali lagi

"Mamaaahh"

"Ish kemana sih"

Rara melempar tasnya, ketika melihat secarik kertas yang diletakan di meja makan, beserta sejumlah uang

Rara mengambil kertas itu

Untuk anak mama tersayang, maafin mama kalo sebelumnya mama ga bilang sama kamu, kita gabisa hidup kaya gini, mama mau cari kerja di luar kota, ini ada sejumlah uang, di irit ya buat uang jajan kamu. Jaga pergaulan, cari orang yang bisa bimbing kamu, yang bisa jaga kamu , dan mulai belajar masak, mama bakal pulang satu tahun sekali, tapi nanti mama bakal kirim uang setiap bulannya ke rekening kamu, hp mama udah mama jual buat ongkos, kamu jaga diri baik baik ya, mama sayang kamu

Rara menjatuhkan tubuhnya, dengkulnya terasa lemas, tangisnya meledak setelah membaca pesan itu.

"Mama bilang kita bisa lewatin ini sama sama" ucap Rara di sela tangisnya

"Mama yang kuatin aku, tapi sekarang mama pergi" Rintihnya sekali lagi

Rara berlari keluar, berharap bahwa mamahnya masih belum jauh dari rumah

Bertanya pada orang di sekitar sambil menunjukan sebuah foto mamahnya, namun nihil. Tidak ada yang melihat

"Aku udah berusaha untuk kuat karna ada mama disisi aku, aku udah mulai belajar nerima keadaan karna mama, aku gapapa tinggal dirumah sempit itu, dan makan hanya dengan sebotol kecap serta kerupuk, gapapa asal sama mama, semua gapernah terasa berat kalo ada mama. Tapi sekarang mama pergii, mama jahat mama bohong"

Seketika, dunia Rara terasa berhenti detik itu juga



Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang