LIMA

82 40 0
                                    


Rara memasuki gerbang dengan langkah lunglai, tidak dengan mobil alpart mewah yang biasanya mengelakson setiap pagi karna terlambat dan ber alasan jalanan macet, tidak menggunakan sepatu, tas maupun barang mewah lainnya yang biasa ia gunakan, dan menarik perhatian, tidak dengan anting maupun kalung yang berlebihan

Beberapa pasang mata memperhatikannya, Rara terlihat sederhana dan cantik bila berpenampilan seperti ini

Baru saja ia menginjakan kaki di kelas, keadaan sudah mulai ricuh, beberapa siswi terlihat sedang ngerumpi yaitu kebiasaan ngomongin temen dari belakang yang sudah turun temurun

"Iya kemaren gua juga liat dia pake bedak dempul banget gilak"

"Lu liat aja leher sama muka beda"

"Iyatuh, kalo pake gincu tebel banget kaya abis makan bayi"

Dan suara huru hara lainnya yang membuat Rara jengah, ia mengalihkan pandangannya, berjalan menuju tempat duduknya

di barisan paling belakang ada beberapa siswa yang sedang asik bermain game online

"Majuu anjingg"

"Jaga turet woyyy"

"Tank bantu woyy"

"Fokus turet bangsat"

Dan masih banyak lagi ocehan kasar yang bahkan mengikut sertakan segala jenis binatang yang ada di Ragunan

Rara menutup telinganya berteriak histeris "ya allah semoga yang lagi ngerumpi sama yang lagi maen ML tapi mulutnya ikutan ngombreh kena azab matinya mulutnya jeding monyong monyong trus bisulan Aamiin"

Segala tatapan terarah pada Rara

"Rara eh astagfirullah ngomongnya"
Komentar Amel

Cintya hanya mengangguk, lalu terkikik geli melihat ekspresi Rara yang  jengkel

"Bodo ah gue mau tidur ngantuk"
Tidur adalah cara terbaik yang bisa ia lakukan saat ini, Rara tidak memiliki uang sepersenpun walau hanya untuk membeli bakwan, ia menenggelamkan wajahnya, memejamkan mata, tangan kirinya memegang perut seolah memberi isyarat agar gemuruh dalam perutnya berhenti

Bell berbunyi, namun Rara tidak berniat untuk menaikan wajahnya sedikitpun, berusaha sedemikian rupa supaya tidak ada seorangpun yang tau masalah yang sedang ia hadapi saat ini.

Kadang menjadi dewasa itu bukan hal yang menyenangkan, dimana kita harus dipaksa memakai topeng, seolah kita telah pandai memainkan berbagai macam peran, menangis takut dibilang cengeng, bercerita takut di banding bandingi, sebetulnya kadang orang bercerita hanya ingin didengar, tanpa meminta untuk diberi solusi, dan supaya ia tidak merasa sendiri.

Namun memang pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas rasa sedih dan bahagia adalah diri sendiri, di akhir cerita semua orang bakal jadi pahlawan buat dirinya sendiri, jadi tidak perlu berekspetasi terlalu tinggi pada manusia

"Assalamualaikum" jawab seorang guru yang telah memasuki kelas, Rara menaikan wajahnya, hanya sekedar menjawab salam lalu menenggelamkannya lagi, seolah tidak memiliki semangat hari ini

                                      ***

"RARAAA BANGUN WOYYY" Rara tersentak kaget mendengar teriakan amel yang suaranya begitu lantang hingga mampu terdengar sejagad raya

"Eh apaansi, ganggu tidur gua aja lu" desis Rara kesal

Amel memberikan ponselnya, menyuruh Rara membaca sebuah sebuah tulisan yang Ami jadikan status whatsapp "Nih liat"

Ami adalah musuh bebuyutan Rara sejak ia masih bersekolah di skolah dasar, padahal Rara tidak pernah mengusiknya tapi ntah kenapa Ami selalu tidak suka dengan Rara
Ia selalu saja menyindir Rara lewat status, hingga membuat Rara jengkel ntah apa yang menjadi motivasinya melakukan hal itu

Dan Ami selalu ingin melebihi Rara, ntah dari segi penampilan, style, gaya rambut, bahkan barang barang mewah yang dimiliki Rara

Rara meraih ponsel yang diberikan amel, membaca status itu dengan seksama, lalu mengembalikannya lagi " jam istirahat kita ke kelas dia"

Cintya yang mendengar hal itu menggelengkan kepala tanda tidak setuju "nggausah lah, ngapain si lu ngeladenin anak kaya dia"

Rara menoleh "biarin aja, biar gue hajar tuh anak"

Amel menepuk kepalanya sendiri, merasa bersalah karna telah memberi tahu Rara soal status yang dituliskan Ami
"Bakal ada perang nih" ucap Amel

"Biarin aja, gue gapernah ngusik dia. Dari SD sampe sekarang selalu aja ngusik gua" tegas Rara geram, hari ini Mood nya benar benar sedang tidak baik

Rara menyuruh Cintya dam Amel mengikutinya tepat setelah bell istirahat berbunyi

"Minggir lo semua" teriak Rara sepanjang koridor, membuat seluruh murid yang tadinya sedang berbincang, atau sedang duduk segera berdiri, dan menyingkir membiarkan Rara beserta temannya lewat

Rara berhenti tepat di depan kelas Ami, melangkah masuk lalu menemukan Ami yang sedang menenggelamkan kepalanya di meja

Rara menggebrak meja Ami hingga membuat gadis itu tersentak kaget "Bangun lu"

"A__apaa apaan lo" ucap Ami terdengar seperti orang yang sedang ketakutan

Rara tersenyum miring, meraih ponsel yang ada di sakunya

"Udah jatoh miskin ya mba? Tadi saya liat berangkat sekolah gapake mobil alpart yang bisa ngelakson di depan gerbang" Rara membaca ulang status Ami

"Rambut ombre lu bikin sakit mata Mba, lu mau skolah apa mau ngelonte"  lanjutnya

Ami menoleh seolah meminta pertolongan, namun Nihil karna semua teman temannya sedang membeli makanan di kantin

Rara menarik kerah baju Ami "Maksud lo apa nyindir gua kaya gitu"

Ami memegang tangan Rara "B__bukan buat lo Ra"

Amel dan Cintya yang melihat itu lantas berlari kearah Rara, berusaha memisahkan mereka berdua

"Diem lo" bentak Rara pada Amel dan Cintya

Rara menarik Ami hingga ia berdiri menyetarakan tingginya dengan Rara, lalu mendekatkan wajahnya  "Denger ya bitch, gue gapernah ngusik hidup lo"

"Jadi lo jangan pernah ganggu hal apapun yang berhubungan sama hidup gue, atau gue bisa lakuin hal yang lebih dari ini" lanjutnya

Ami memberanikan diri, melepaskan genggaman Rara "ya emang faktanya begitu kan" ceplos Ami dengan wajah polos

"Bangsat" tanpa aba aba Rara menjambak rambut Ami

Ami yang tidak terima akan hal itu ikut menjambak Rambut Rara, mereka saling dorong hingga membuat beberapa meja dan kursi di ruangan itu menjadi berantakan, Rara mengerahkan segala kekuatannya untuk mendorong Ami menjauh, lalu mendendang betis Ami hingga gadis itu memekik kesakitan, Ami mundur hingga badannya menabrak tembok. Skakmat, diluar ada beberapa siswa yang malah asik menontoni aksi baku hantam antara Rara maupun Ami, ini memang bukan pertama kalinya mereka bertengkar, saling berteriak dan menyindir satu sama lain. Namun hari ini adalah level tertinggi dalam pertengkaran mereka, Wajah Ami terlihat pucat, ada sedikit tanda merah di wajah yang sepertinya bekas tamparan dari Rara

Rara berjalan mendekat, lalu menyeret Ami keluar kelas "denger ya semuanya" Teriak Rara, lalu semua menoleh ke arah mereka

Rara mengangkat wajah Ami "mulai sekarang, kalian harus panggil dia bitch" ucapnya lalu merobek lengan baju Ami

Gadis itu tersentak kaget, merasa dirinya sedang di permalukan di depan umum, Ami berlari menuju toilet dengan air mata yang mengembang

Rara tersenyum "makanya jangan pernah ngusik hidup gue"

Cintya dan Amel adu tatap, tidak berani melerai pertengkaran mereka berdua

Do'Ra (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang