Aku adalah seorang pemain yang akan bermain jika dipermainkan. - Senja Jingga Aditama.
Yang Senja lakukan sekarang adalah berdiri di balkon sambil menerawang jauh kearah langit yang sudah mulai gelap menandakan sang malam yang mulai bertahta.'Tuhan aku capek' gumam Senja.
Senja pun beranjak dari balkon dan menutup pintu rapat-rapat karna udara sudah mulai dingin.
Senja pun turun kebawah untuk menyapa sang nenek yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.
"Ehh Jingga ayo makan nenek masak makanan kesukaanmu" Ucap nenek Dita pada cucunya.
"Iya nek" Ucap Senja.
Senja hanya bisa memperhatikan gerak-gerik sang nenek yang masih terlihat muda walaupun usianya sudah setengah abad lebih.
"Ayo dimakan jangan diliatin aja" Ucap nenek Dita.
Mereka pun makan dengan khikmat dengan suara dentingan sendok dan garbu yang menghiasi suasana ruang makan tersebut.
Selasai makan Senja membantu sang nenek untuk membereskan piring kotor dan mencucinya agar bisa meringankan sedikit pekerjaan sang nenek.
Senja sangat bersyukur karna masih memiliki nenek yang selalu ada disaat semua orang tersayangnya pergi hanya sang nenek lah yang dia punya satu-satunya saat ini.
Selesai membereskan meja makan kini mereka berada di ruang keluarga sambil menonton acara televisi. Senja dengan manjanya berbaring di sofa dengan kepala di letakkan di paha nenek Dita.
"Nek Aku boleh tanya gak?" Ucap Senja.
"Tanya apa?" Ucap nenek Dita yang masih sibuk mengganti chanel di tv.
"Tapi nenek harus jujur ya" Ucap Senja yang mulai duduk bersila menghadap kearah neneknya.
"Iya" Ucap nenek Dita.
"Nek kenapa sih mama sama papa ninggalin aku sendirian" Ucap Senja yang membuat sang nenek tersentak kaget.
"Jingga mereka itu gak ninggalin kamu, mereka pergi buat kebaikan kamu juga" Ucap nenek memberi pengertian ke cucunya.
"Tapi aku sendirian" Ucap Senja yang mulai menundukan wajahnya menahan tangis.
"Kan ada nenek disini emang kamu gak suka kalo nenek yang nemenin kamu" Ucap sang nenek yang juga mulai sedih melihat cucunya menangis.
"Bang galak juga ninggalin Jingga sendiri, apa aku anak pembawa sial jadi semua orang pergi ninggalin aku" Ucap Senja dengan suara sesenggukan.
"Kamu jangan nangis kan udah janji sama bang galak gak boleh cengeng" Ucap nenek Dita.
"Tapi Jingga kangen mereka" Ucap Senja.
"Nenek juga kangen kok tapi kita harus kuat biar mereka juga bahagia ngeliat kita kuat" Ucap nenek Dita memberi nasihat.
"Tapi kapan mama sama papa pulang kata nenek mereka bakal pulang nemuin Jingga" Tanya Senja.
"Nanti kamu juga tau, udah sekarang kamu tidur ya besok kan kamu sekolah nanti kesiangan" Ucap nenek Dita yang sudah tidak kuat untuk berbohong kepada cucunya.
"Yaudah Jingga tidur deh" Ucap Senja.
Cupp..
"Malem nenek" Ucap Senja yang mulai berlalu menuju kamarnya yang di atas.
Sambil menatap punggung Jingga nenek Dita pun mulai menitikan air mata memikirkan kenyataan pahit yang menimpa cucunya.
☘☘☘☘
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Novela JuvenilOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra