Dia memang bukan pacar ku, tapi aku tidak rela jika dia dimiliki oranglain. - Langit Arya Samudra.
Bangun dengan keadaan bingung, Senja mulai mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin. Bukannya kemarin dia ada di Uks lalu kenapa sekarang dia bangun di kamar.
Malas memikirkan hal yang tidak-tidak Senja mulai beranjak dari atas kasurnya untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Selesai mengenakan pakaian kini Senja mengepang rambutnya menjadi satu bagian.
Setelah memastikan penampilannya sudah rapih Senja beranjak keluar dan menuruni tangga satu persatu.
Sampai di meja makan Senja di sambut oleh sang nenek yang membawakannya sepiring nasi goreng yang di goreng sepenuh hati.
"Nak Langit romantis ya" Ucap nenek Dita sedikit menggoda cucunya.
"Gak lah biasa aja perasaan" Ucap Senja cuek.
"Masa kamu gak merasa sih" Ucap nenek Dita berusaha memancing perhatian cucunya.
"Inget umur nek" Ucap Senja.
"Memangnya kamu mau apa punya kakek seumuran kamu" Goda nenek Dita pada cucunya.
"Amit-amit" Ucap Senja.
"Nak Langit itu romantis banget menurut nenek. Kemarin cucu nenek itu dianterin pulang terus di gendong nyampek kamar. Diselimutin habis itu di cium. Aduhh so sweet banget" Celoteh nenek Dita pada cucunya yang masih sibuk dengan nasi gorengnya.
Uhukk..
Uhukk.."Jingga kamu hati-hati kalo makan" Ujar nenek Dita sambil menepuk-nepuk punggung Senja.
"Nenek bilang apa tadi?" Ucap Senja.
"Emang nenek bilang apa. Perasaan cuma ngomong nak Langit romantis" Ucap nenek Dita santai.
"Bukan yang sebelumnya" Ucap Senja ngotot.
"Ohh.. Yang nak Langit ngendong kamu nyampek kamar" Ucap nenek sambil berjalan menuju dapur.
"Apa!!! Kok bisa!!! Omegat!!!" Teriak Senja cetar membahana.
"Aduh kamu ini kenapa sih teriak-teriak. Harusnya kamu itu bersyukur bisa digendong sama nak Langit. Ganteng gitu kalau aja nenek masih muda" Ucap nenek Dita yang membuat cucunya bergidik ngeri akan tingkah neneknya.
"What?!?! Jam tujuh!! Telat!!!" Teriak Senja setelah melihat jam di pergelangan tangannya.
"Aku berangkat nek" Ucap Senja langsung menyambar tas nya.
Senja pun berlari dengan kecepatan di atas rata-rata. Menghiraukan tatapan aneh dari orang-orang disekitarnya karna ini adalah penentuan hidup dan matinya. Berdoa semoga gerbang belum di tutup dan jangan sampai ia bertemu dengan pak ahmad bisa-bisa dihukum berdiri sampai istirahat.
Dengan nafas tersendat-sendat Senja menatap horor gerbang yang ada di depannya. 'Masa iya gue harus manjat gerbang' Gerutu Senja.
"Ya tuhan tolong hambamu yang cantik dan imut ini. Tolong bukain pintu gerbangnya supaya saya bisa menuntut ilmu" Doa Senja dengan mata tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra