Part 17 - Bullying

17 4 0
                                    

Pada setiap rasa lelahmu aku ingin jadi satunya orang yang kau temui. - Aksara Pramudya.

Pagi ini Senja berangkat bersama Langit karna tadi pagi orang tersebut sudah nangkring di depan gerbang rumahnya.

Sebenarnya dia tidak mau untuk berangkat dengannya. Karna tidak mau menjadi buah bibir para siswa di sekolah nanti. Apalagi ancaman kakak kelasnya itu, sungguh membuat Senja tidak tenang sedari tadi.

"Tenang aja, aku bakal jagain kamu" Ucap Langit. Yang di balas dengan senyuman tipis.

"Kamu ke kelas ya, aku mau ke ruang Osis dulu ada urusan" Pamit Langit langsung berlari menuju ruang Osis.

Berjalan menuju ruang kelas sembari mendengarkan cibiran dari beberapa siswa yang mengatakannya murahan. Menghela nafas dia mempercepat langkah kakinya berusaha menghiraukan omongan orang.

"Lo kenapa sih kaya dikejar-kejar anjing" Ucap Alea yang melihat temannya gelisah.

"Gak papa" Ucap Senja yang membuat Alea merasa seperti sahabat yang tak berguna.

"Senja gue itu temen lo. Dengan lo kayak gini gue itu nge rasa jadi sahabat yang gak berguna. Kalo emang lo ga mau berbagi
masalah sama gue! Gak usah temen sama gue lagi!!" Ucap Alea marah dengan sikap Senja yang tak menghargai dirinya sebagai sahabat.

"Bukan kayak gitu. Gue cuma gak pengen bebanin lo dengan masalah gue" Ucap Senja lirih.

"Terserah!!" Ucap Alea di depan muka Senja. Alea berlari meninggalkan Senja yang merasa bersalah namun dia memang belum siapa untuk menceritakan prihal masalahnya.

Senja berjalan menuju kelas dengan perasaan campur aduk. Satu masalah belum selesai sudah muncul masalah yang lain. Entah kenapa sepertinya masalah sangat suka mampir dihidupnya.

Ketika masuk kelas, dia melihat Alea sudah berpindah tempat duduk dengan Risti anak kutu buku yang selalu duduk sendiri di bangku paling pojok.

Sedih. Itu lah yang di rasa kan Senja melihat sahabat karibnya tidak mau duduk dengannya lagi.

Tak lama Bu Hani masuk untuk memulai kegiatan belajar mengajar. Pikiran Senja tidak bisa fokus pada pelajaran banyak hal yang dia pikirkan. Senja hanya bisa menundukkan kepalanya menghadap ke lantai.

"Senja apa kamu sakit?" Tanya bu Hani yang melihat muridnya sedang melamun dengan wajah pucat.

"Enggak buk, maaf saya izin ke kamar mandi" Pamit Senja.

"Iya silakan" Ucap bu Hani kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya.

Membasuh muka untuk menetralisir rasa lelahnya akan hiruk pikuk dunia yang berhasil membuatnya hampir menyerah. Tapi satu hal yang selalu dia ingat janji nya pada kakak tercintanya untuk selalu menjadi pribadi yang pantang menyerah pada tantangan.

Cukup lama berdiri di depan cermin Senja mulai beranjak untuk pergi menuju kelas kembali. Sampai ada seorang yang memukulnya dari belakang membuat kepalanya pening dan gelap.

"Kita bawa kemana" Tanya orang yang memukul kepala Senja.

"Gudang kita buat pelajaran sama orang ini yang udah beraninya deketin orang yang gue incer dari lama" Ucap Fika dengan seringai mengerikan bak psikopat.

Orang yang membuat Senja pingsan adalah Fika dan dayang-dayangnya. Marah akan perbuatan Senja yang tak mendengarkan ancamannya kemarin.

Terbangun dengan kepala yang berdenyut nyeri Senja mulai membiasakan dengan cahaya yang silau. Pertanyaan mulai bermunculan di benaknya sampai dia ingat jika tadi ada yang memukul kepalanya dari belakang.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang