Bukannya tidak mau mendekat cuma sadar bahwa kita tidak terikat. - Langit Arya Samudra.
Hari-hari Senja sudah mulai berjalan lebih mulus dibandingkan bulan kemarin yang masih disibukkan oleh beberapa orang yang tidak suka akan keberadaannya di sekolah ini.
Bahkan dua orang yang biasanya selalu membuat hidupnya kacau sekarang sudah tidak lagi mengganggunya. Memang ada perasaan sekidit kehilangan di hati Senja namun dia berusaha menampik jauh-jauh semua perasaan yang hinggap dihatinya.
Sejak kejadian dimana dia bercerita tentang orang yang sangat berarti di hidupnya kini kakak kelasnya itu seperti menjauh darinya.
Menggelangkan kepala, Senja mulai memfokuskan tatapan dan pikirannya pada papan tulis yang ada dihadapannya."Lo kenapa sih. Dari tadi perasaan gak fokus" Ucap Alea yang melihat tingkah sahabatnya.
"Gak papa kok cuma ada sedikit pikiran aja" Ucap Senja sambil memakan bekalnya.
"Emang apa?" Tanya Alea.
"Ada lah. Nanti juga kamu tau" Ucap Senja.
Alea hanya memandangi Senja dengan tatapan yang sulit di artikan. Selesai memakan bekal kini mereka berdua berjalan menuju toilet untuk mencuci tangannya dan membasuh muka.
Dari ujung koridor bisa Senja lihat seorang yang mengganggu pikiran nya beberapa saat lalu. Berjalan dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku dan earphone yang menyumpal kedua telinganya. Senja pun mulai gugup karna ini pertama kalinya dia bertemu setelah kejadian di tebing satu bulan lalu.
"Kak--" Ucap Senja terpotong karna sang empu yang dipanggil menghiraukan sapaannya malah dia berjalan dengan santainya seolah tidak ada orang di hadapannya.
Aku salah apa? Itulah pertanyaan yang ada di benak Senja melihat sifat kakak kelasnya berusah seratus delapan puluh derajat dari biasanya. Sebenarnya dia ingin bertanya kenapa setelah kejadian di tebing waktu itu dia merasa dijauhi.
Tapi ya sudah lah harusnya dia juga bahagia karna hidupnya sekarang terbebas dari heaters yang selalu meneror dirinya.
"Senja kak Langit tumben cuek" Tanya Alea.
"Gak tau" Ucap Senja singkat.
☘☘☘☘
Sejak kejadian tadi pikiran Senja berkecambuk memikirkan hal yang tidak-tidak. Entah itu tentang hidupnya atau tentang perubahan sikap kakak kelasnya. Semua pimikiran itu berkumpul menjadi satu mengelilingi kepalanya.
Senja hanya melamun memandangi gumpalan awan yang dia liat dari jendela kelasnya. Sekelebat pemikiran andai ia bisa menjadi awan yang bisa pergi kemanapun mungkin dia akan bahagia.
"Woyy!! Ngelamun aja lo" Ucap Dodi dengan menggebrak meja.
"Bisa gak sih sehari aja gak gangguin aku" Ucap Senja kesal akan perbuatan teman sekelasnya tadi.
Tono anak paling nakal di kelasnya. Dia lah biang kerok semua tudingan buruk yang mencoret nama baik kelasnya di mata para guru-guru. Bahkan pernah ada suatu kejadian dia mengerjai guru sampai-sampai sang guru masuk rumah sakit karna asmanya kambuh saat itu.
"Sayangnya enggak tuh" Ucap Dodi santai.
"Minggir gak. Aku tendang kamu" Ancam Senja dengan mulai mengeluarkan aura tidak bersahabat.
"Enggak takut. Wekkk" Ucap Dodi sambil menjulurkan lidahnya.
Dodi pun berlari menuju bangku pojok dengan buku berwarna biru milik Senja yang dia rampas dari sang pemiliknya.
"Dodi balikin buku aku!!" Ucap Senja yang berusaha merebut buku biologinya.
"Makanya jangan pendek" Ejek Dodi.
Adegan kejar-kejaran bagai di film India pun terjadi di ruang kelas X ipa3. Dengan segenap tenaga Senja berusaha merebut kembali buku miliknya namun memang dia kalah postur membuatnya sulit sekali mengimbangi langkah kaki temannya tersebut.
"Dodi balikin!!" Jerit Senja.
"Kalian jangan liatin doang dong. Bantuin aku" Ucap Senja meminta bantuan pada teman sekelasnya. Namun hanya dibalas tatapan acuh dari teman sekelasnya. Dari mereka siapa sih yang berani pada Dodi bisa-bisa di bully habis-habisan nanti.
"Ayo ambil. Wekkk" Ucap Dodi sambil tangannya dia acungkan tinggi-tinggi agar tidak ada yang bisa menggapainya.
"Balikin buku aku" Ucap Senja dengan mata yang mulai berair.
"Kalo berani jangan sama cewek" Ucap Langit yang tiba-tiba datang dari arah tangga koridor.
Dodi yang melihat kedatangan kakak kelasnya tersebut langsung bernyali ciut. Bisa-bisa jika dia melawan tamat sudah riwayatnya di sekolah ini.
"Maaf kak. Senja ini bukunya. Maaf ya" Ucap Dodi berlari setelah mengembalikan buku Senja.
"Makasih kak" Ucap Senja tulus.
"Harusnya lo bisa ngelawan itu semua. Kalo udah gak ada apa-apa mending lo masuk kelas terus belajar" Ucap Langit.
"Iya kak. Sekali lagi makasih ya" Ucap Senja disertai senyum manisnya.
Langit pun hanya membalas ucapan Senja dengan anggukan. Namun bisa berefek pada detak jantungnya yang berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.
Dengan senyum mengembang Senja memasuki kelas untuk menuntaskan kegiatan belajarnya yang tinggal beberapa jam lagi.
Dua jam kemudian..
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi namun Senja tak juga beranjak dari bangku taman yang dia duduki 30 menit yang lalu. Berusaha menfokuskan tatapannya pada lapangan agar dia bisa menemui seseorang.
Tak berselang lama orang yang dia tunggu pun muncul dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya itu. Senja pun langsung menghampirinya untuk berterima kasih yang ke tiga kalinya.
"Kak!!" Teriak Senja.
"Minggir" Ucap Langit datar.
"Kak makasih buat yang tadi" Ucap Senja tak tinggal diam.
"Gue gak butuh. Dan jangan kege'eran gue bantuin lo cuma kerna kasian takut nanti nangis" Ucap Langit.
"Udah kan. Awaas" Ujarnya langsung berjalan melalui Senja yang masih setia berdiri.
Ada sedikit perasaan tidak suka akan ucapan yang Langit lontarkan padanya. Kenapa sekarang dia berubah, bukannya biasanya Langit akan sangat suka jika dia menghampirinya terlebih dahulu. Lalu kenapa dia seperti tidak suka akan kehadirannya.
'Dasar power rangers tadi baik sekarang dingin' gumam Senja.
Tbc
Jangan lupa vote, comment, and follow❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra