Maaf. - Senja Jingga Aditama.
Setelah kejadian saat itu Senja bertekad untuk meminta penjelasan kenapa kakak kelasnya tersebut menjauh darinya. Dengan semangat pentang menyerah Senja mencari Langit mulai dari kantin, kelas, parkiran bahkan perpustakaan. Namun hasilnya nihil dari tadi dia tak menemukannya.
Senja berjalan gontai menuju reftoop dengan pikiran yang berkelana entah kemana. Sampai di reftoop Senja berdiri di pinggir reftoop dengan tangan di rentangkan menikmati semilir angin menerpa dirinya.
Tarikan tangan membuat dirinya tersentak kaget sampai tubuhnya hampir terpelanting jatuh ke belakang.
"Lo gila ya" Teriak Langit tepat di depan muka Senja.
"Kalo lo kenapa-napa gimana coba. Untung gue dateng tepat waktu" Ujar Langit.
Senja hanya diam membisu menikmati wajah tampan orang yang berdiri di depannya seperti sedang menkhawatirkan dirinya.
"Lo gak papa kan" Ucap Langit mengguncang-guncang badan Senja.
Senja hanya bisa menggelengkan kepalanya namun masih enggan untuk mengeluarkan suaranya.
"Senja" Ucap Langit menepuk pipi Senja berusaha menyadarkan orang di depannya.
"Ahhh.. Iya... Ada apa" Ucap Senja gelagapan.
"Lo gak papa kan" Tanya Langit.
"Gak papa kok kak. Cuma iseng-iseng aja" Ucap Senja.
"Iseng. Lo pikir ini cuma mainan, kalo lo kenapa-napa gimana coba" Ucap Langit sedikit manaikan nada bicaranya.
"Maaff" Cicit Senja.
"Udah lah. Percuma juga ngomong sama lo" Ucap Langit akan berlalu meninggalkan Senja. Sampai sebuah genggaman tangan menghentikan langkahnya.
"Kak nanti dulu" Ucap Senja.
"Kenapa" Ucap Langit menampilkan wajah datarnya.
"Aku mau ngomong" Ucap Senja.
"Bukannya dari tadi lo udah ngomong ya" Ucap Langit cuek.
"Bukan itu. Ini penting" Ucap Senja.
"Yaudah cepet gue gak bisa lama-lama" Ucap Langit.
"Kakak kenapa sih hindarin Aku? Setiap aku mau deketin kakak selalu ngehindar" Ucap Senja.
"Emang lo siapa gue harus selalu gue sapa" Ucap Langit.
"Inget ya jangan kepedean deh lo. Gue deketin lo tuh cuma karna kasian gak lebih" Ucap Langit pergi tanpa memikirkan perasaan Senja saat ini.
Genangan air di pelupuk mata Senja mulai luluh mebasahi pipinya. Isakan tangis mulai terdengar dari sana. Betapa teganya kakak kelasnya itu berbicara bahwa dia hanya kasian.
Senja duduk bersimpuh dengan menyeka air matanya yang terus turun tanpa bisa dia bendung. Seseorang masih setia berdiri di balik pintu reftoop sedang menyesali perbuatan nya yang sudah menyakiti perasaan orang yang disayangnya.
"Bodohh.. Bodohh" Ucap Langit sembari mengacak surai rambut hitamnya.
Langit pun meninggalkan reftoop dengan langkah gontai berusaha menghalau rasa bersalahnya yang bertambah besar setelah mendengar suara tangis Senja.
Setelah meredakan tangisnya. Senja beranjak dari reftoop untuk membasuh mukanya yang sembab. Ia tak mau terlarut dalam kesedihan akibat sikap seorang Langit Arya Samudra yang akhir akhir ini berubah padanya.
☘☘☘☘
Bel pulang sekolah sudah bergema ke seluruh penjuru sekolah. Semua suswa sudah berhamburan menuju gerbang sekolah, namun berbeda dengan Senja yang masih setia berada di bangku kelasnya.
"Senja muka lo pucet banget" Ucap Alea yang sadar aman perubahan wajah sahabatnya.
"Aku tak papa. Kamu duluan aja, pasti udah di tungguin" Ucap Senja meyakinkan.
"Yaudah lah aku duluan ya" Ucap Alea.
Sepeninggalan temannya Senja mulai beranjak dari tempat duduk berjalan keluar kelas dengan jalan sempoyongan karna kepalanya sedikit pening.
Sampai di depan gerbang Senja menyetop angkutan umum untuk menuju suatu tempat yang biasa di jadikan tempat menumpahkan semua keluh kesahnya.
Tiba di tempat tujuan Senja mulai berjalan menuju toko bunga untuk membeli sebuket mawar putih untuk orang tersayangnya.
Dengan sebuket bunga yang ada di tanggannya Senja berjalan memasuki area pemakaman tersusun rapih dengan rumput hijau yang tumbuh disekitarnya.
Sampai di depan makam yang di carinya Senja duduk dengan tangan mengelus nisan yang bernama Galaksi Aditama. Makam kakak satu-satunya yang pergi ketika dia kelas tiga Smp. Kejadian malam itu harus merenggut paksa kakaknya.
"Kak Senja kangen. Senja pingin ikut kakak. Gak ada orang yang sayang sama Senja kecuali nenek. Orang yang aku kira tulus sama aku ternyata cuma kasian" Adu Senja di depan makam kakak nya.
"Coba kakak masih ada sama aku. Kakak pasti akan buat aku terus tersenyum sama semua kelakuan kakak" Ucap Senja disertai isak tangis.
Setelah puas menangis Senja berdoa dengan hikmat agar kakaknya bisa di terima disisi sang pencipta. Hari sudah mulai petang Senja bergegas untuk pulang agar dia tidak tertinggal angkutan yang terakhir.
"Kak aku pulang dulu ya" Pamit Senja lalu berjalan keluar area pemakaman.
Setelah Senja sudah tidak terlihat lagi Langit pun keluar dari persembunyiannya untuk melihat makam siapa yang didatanginya.
Langit sudah mendengar semua percakapan Senja tadi. Namun dia masih bingung apakah orang yang tempo hari dia bicarakan adalah kakaknya atau bukan. Rasa penasaran semakin menggerogoti hati Langit.
Beranjak meninggalkan area pemakaman Langit mulai melajukan motornya ke atah rumah Senja untuk memastikan orang tersayangnya sampai rumah dengan selamat.
Dari sebrang jalan dia bisa melihat seorang gadis turun dari angkot dengan wajah lesu dan langkah gontai. Ingin rasanya Langit mendekap tubuh mungil Senja dan membuat wajah cantik nya dihiasi senyuman bahagia.
Tbc
Bingung. 😕😕
![](https://img.wattpad.com/cover/202326651-288-k53901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra