I deserved a better goodbyes. - Senja Jingga Aditama.
Aku selalu bersabar akan orang yang hanya datang silih berganti dengan luka yang mereka torehkan disetiap sudut hati. Mungkin jika dijabarkan hatiku bagaikan remukan kaca sudah tak berbentuk lagi.
Lelah. Satu kata yang mengambarkan keadaanku sekarang. Inginku marah, namun kepada siapa harus ku suarakan. Aku berharap semoga kelak akan ada orang yang selalu ada di sisiku menemani disetiap langkah kaki. Menguatkan dikala rapuh. Ikut berjuang dikala kaki ini sudah tak sanggup lagi berjalan.
Bersembunyi diantara kepura-puraan akan senyum yang selalu kutampilkan. Sekarang aku tumbuh menjadi gadis yang tangguh. Mereka aku sangat membenci mereka. Orang-orang yang selalu merenggut kebahagiaanku.
Tapi tanpa mereka juga aku tak bisa tumbuh jadi gadis yang tangguh. Orang bilang semakin sering badai menerpa semakin tangguh pula. Orangtuaku sangat membenci air mata maka dari itu aku jarang menangis.
Ya beginilah hidupku. Hanya ada warna hitam dan putih. Namun aku sangat menikmatinya menunggu sampai titik terang tentang kehidupanku mulai muncul.
Autor pov
"Senja lo kenapa dah?" Tanya Alea bingung melihat tingkah sahabatnya.
Senja hanya bisa menampilkan senyum yang artinya tidak apa-apa. Begitulah pribadi senja sangat jarang mau berbagi beban hidup dengan yang lain. Alasan klasik yang dia buat adalah tidak mau membebani orang lain dengan masalahnya.
Senja pun pergi menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku yang baru dia pinjam tadi. Berjalan dengan melamun sampai ada seorang yang menepuk pundaknya.
"Woyy!!" Teriak Dylan di depan telinga Senja.
Sang empu pun tersentak kaget akan perbuatan kakak kelasnya yang jahil itu.
"Lo dipanggil Langit tuh" Ucap Dylan sambil memainkan jambul khatilistiwa nya.
"Siapa?" Tanya Senja yang masih belum mengerti ucapan kakak kelasnya.
"Curut. Tuh tadi Langit manggil curut" Ucap Dylan dengan nada gemas.
"Oh" Ucap Senja sembari membulatkan bibirnya membentuk huruf O.
"Ya lo lah Senja. Aduh nihh anak pingin gue lempar dari atas gedung deh" Ucap Dylan.
"Ihh psikopat" Ucap Senja bergidik ngeri.
"Cepetan ditungguin Langit" Ucap Dylan dengan sedikit nada membentak.
"Ya kak Langit nya dimana" Ucap Senja balik membentak.
"Belakang gedung" Ucap Dylan menambah nada suaranya.
Dengan kesal Senja meninggalkan Dylan dan memberi hadiah pijakan pada kaki sang kakak kelas. Agar dia tau bahwa seorang Senja tak bisa diremehkan.
Mengabaikan kejadian tadi Senja mulai kebingungan sendiri. Pasalnya kakak kelasnya tadi bilang kak Langit ada dibelakang gedung. Namun gedung di sekolah ini kan gak hanya satu.
Kalau dia harus mencari di seluruh penjuru sekolah. Bisa-bisa sampai pulang pun dia tak bisa menemukan kakak kelasnya. Menghela nafas panjang Senja mulai mengelus-elus dadanya berharap kesabaran yang dia miliki masih banyak untuk menghadapi cobaan hidupnya ini.
Berjalan parlahan-lahan Senja berusaha mengingat-ingat tempat mana yang biasanya kakak kelasnya itu berada. Sekelebat ingatan mulai memenuhi otaknya. Setelah tau dimana keberadaan kakak kelasnya itu, Senja mulai berjalan sedikit terburu.
Tiba di tempat dengan nafas tersengal-sengal Senja mulai menyendarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Sampai tepukan dipundaknya membuat dia terjungkal kebelakang jika tidak ditahan oleh tangan kekar itu.
"Setannn... Mphhh!!" Teriak Senja.
"Ini aku" Ucap Langit dengan senyumannya yang khas.
"Kakak ngapain sihh. Ngaget-ngagetin aja" Ucap Senja yang masih berusaha menormalkan detak jantungnya.
"Ada sesuatu yang mau aku omongin" Ucap Langit to the point.
"Apa?" Ucap Senja.
"Kamu mau jadi pacar aku?" Ucap Langit sambari memandang kedua manik mata Senja.
"Hah?" Ucap Senja dengan nada cengo.
"Harus jawab iya atau yes" Ucap Langit dengan nada sedikit memaksa.
"Kakak ngapain sihh. Ngelawak yaa" Ucap Senja masih bingung dengan apa yang dikatakan kakak kelasnya.
"Aku serius" Ucap Langit.
"Kakak kesurupan ya. Apa kepalanya kejedot. Mending kita kerumah sakit sekarang jangan-jangan otaknya kakak ada yang bermasalah" Ucap Senja.
Langit pun membawa Senja ke dalam pelukannya. Yang dipelukpun hanya diam tak mampu berketik karna otaknya kini rasanya sudah blank.
"Kak lepasin" Ucap Senja dengan nada lirih.
"Nanti dulu" Ucap Langit sembari mengeratkan kembali pelukannya.
Setelah beberapa lama Langit melepaskan pelukannya pada orang yang kini hanya diam seperti patung itu.
"Aku tunggu jawabannya jam 12 malem nanti" Ucap Langit tak lupa mencubit pipi Senja sebelum berlalu pergi.
Jangan lupa vote, comment, dan follow oke👌👌.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Подростковая литератураOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra