Yang aku rasakan sekarang adalah semacam dibunuh namun tak mati. - Langit Arya Samudra.
Mentari pagi sudah mulai muncul, menghangatkan hati yang beku dengan berbagai macam goresan luka memenuhi hati. Tanpa berpamitan kini Senja mulai melajukan sepedahnya menuju taman untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.
Setibanya di taman Senja menuju bangku yang menghadap langsung ke arah air mancur. Berdiam diri merenungi hidupnya yang hampa Senja mulai menyadari seharusnya dia tidak menyerah pada kehidupan yang kejam ini. Bukankah dia sudah berjanji untuk selalu menjadi pribadi yang tegar.
Setelah satu jam Senja berdiri untuk meninggalkan taman yang sudah mulai ramai oleh beberapa pejalan kaki. Dengan langkah yang pelan Senja mulai menuju tempat dimana dia memarkirkan sepedahnya.
Senja larut dalam pikirannya sehingga tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang memandanginya. Saat jarak sudah dekat Senja masih tak menyadari kehadiran orang tersebut sampai suara yang tak dia dengar hampir beberapa hari itu membuatnya tersentak kaget.
"Senja" Ucap Langit dengan tatapan sendu.
Senja hanya memandangi orang yang ada di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue minta maaf" Ucap Langit tulus.
"Buat apa?" Ujar Senja bingung.
"Buat semuanya" Ucap Langit.
"Kakak gak salah. Memang aku yang salah" Ucap Senja kembali melanjutkan langkah kakinya.
"Gue minta maaf soal perkataan gue kemarin. Gue sebenernya deketin lo karna"
"Kasian" Ucap Senja memotong pembicaraan Langit.
"Makasih kak" Ucap Senja.
"Kita harus lurusin semuanya. Gue capek terus-terusan kaya gini" Ucap Langit lirih dengan nada memohon.
"Emang selama ini ada apa. Bukannya selama ini hanya ada aku dan kamu bukan kita" Ucap Senja dingin.
"Gak gue mau ngomong ikut gue sekarang" Ucap Langit langsung menarik tangan Senja yang masih berusaha melepaskan cekalan tangannya.
Tanpa aba-aba Langit langsung membawa tubuh Senja kedalam pelukannya. Tangis Senja pecah. Langit pun mengeratkan pelukannya berusaha menyalurkan kehangatan agar gadisnya tenang.
Kata maaf berulang kali di ucapkan Langit. Dengan tangan mengelus punggung yang bergetar menahan tangis yang tak kunjung berhenti. Langit pun mengurai pelukan untuk menghapus sisa air mata.
"Udah ya" Ucap Langit lembut.
Senja hanya menundukan pandangannya ke bawah. Langit pun membawa Senja menuju bangku taman yang masih sepi pengunjung. Perlahan pandangan Senja mulai terangkat memandang wajah orang di depannya.
Tangan Langit mencoba menggenggam tangan Senja jika saja tidak ditepis sang pemiliknya. Melihat penolakan yang diberikan Langit mulai menghela nafas sabar. Harusnya dia sadar semua keadaan ini dia yang buat.
Dengan satu tarikan nafas Langit mulai menceritakan semuanya. "Maaf soal perkataan aku kesalahan kemarin. Soal perkataan aku tentang cuma deketin kamu karna kasian itu semua gak bener. Aku tulus deket sama kamu. Aku nyaman selalu disampingmu. Soal kenapa aku jauhin kamu itu kerna aku cemburu saat kamu bilang bahwa aku mirip orang yang paling kamu sayang. Aku ngerasa bahwa kamu mau deket cuma karna Aku mirip dengan orang itu. Aku gak tau kenapa hati aku ngerasa panas saat kamu ngomong kaya gitu. Intinya aku cemburu" Ucap Langit dengan penekanan pada akhir kalimat.
Senja yang mendengarkan cerita Langit pun mendongak dengan tatapan heran. Bisa-bisanya orang di depannya cemburu dengan orang yang sudah tidak ada.
"Kakak cemburu?" Ucap Senja mulai memandang manik mata hitam Langit.
"Iya aku gak suka saat kamu ngomong lelaki lain saat lagi sama aku" Ucap Langit mantap.
"Kakak tau itu siapa?" Tanya Senja.
Langit hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Senja. "Itu kak Galaksi. Kakak kandung aku yang udah meninggal tiga tahun lalu" Ucap Senja berusaha menekan rasa sakit dihatinya ketika mengingat kenangan yang buruk itu.
Langit masih diam berusaha mencerna perkataan yang Senja lontarkan. Semenit kemudian dia baru sadar bahwa yang dia lakukan sudah membuat orang dihadapannya bertambah sedih. Dengan gesit Langit membawa tubuh Senja ke dalam pelukannya.
"Maafin aku. Gara-gara keegoisan aku, kamu sedih" Ucap Langit.
Senja mengurai pelukannya dan mengusap air matanya. "Iya aku maafin. Maaf juga karna aku gak peka saat itu" Ucap Senja.
"Sekarang kita baikkan berarti kan" Ucap Langit dengan mengulirkan jari kelingkingnya dan diterima dengan kekehan oleh orang di depannya.
"Nahh gitu dong, senyum kan cantik. Kamu jelek tau kalo nangis" Ucap Langit bahagia kembali melihat lengkungan indah dari bibir Senja.
Tbc
Jangan lupa vote, comment and follow
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Him?
Teen FictionOrang bilang, waktu adalah penyembuh. Waktu bisa membuat lupa. Tapi kataku waktu adalah pembangkit luka dan kenangan. -Senja Jingga Pramata. Seperti tawa yang kini tak lagi bersama. Sekarang semua itu fana. -Langit Arya Samudra