Part 16 - Rumah Langit

22 5 0
                                        

Senja sengaja tercipta agar sang rindu punya teman bicara. - Senja Jingga Aditama.

Dalam perjalanan menuju rumah Langit mereka hanya diam menikmati udara pagi yang sejuk di kota hujan tersebut.

"Kak masih lama apa" Tanya Senja.

"Enggak kok tinggal belokan terakhir kita udah sampe" Ucap Langit.

Senja hanya bisa meneliti pemandangan kanan dan kiri. Dia memang buruk dalam mengingat jalan jika baru pertama kali melewatinya.

"Loh kok berhenti kak" Tanya Senja.

"Kita udah sampe, oh aku tau kamu masih pengen peluk aku ya" Ucap Langit narsis.

"Gak ya" Ucap Senja langsung turun dari motor Langit.

Melenggang pergi tanpa menoleh kepada sang pemilik rumah. Membuka gerbang tanpa rasa canggung seperti sudah sering bertamu.

Ting.. Tong..

Senja masih setia menekan bel rumah tersebut sampai muncul seorang wanita yang masih terlihat cantik dengan muka khas orang jawa.

"Maaf cari siapa ya dek" Ucap orang tersebut.

"Aku mau bertamu tante" Ucap Senja polos.

"Kenapa anda disini?" Ucap Langit memutuskan perkataan yang belum keluar dari mulut Widya.

"Gak sopan tau kak" Ucap Senja.

"Kalo sama dia mah gak perlu" Ucap Langit ketus.

"Maaf tante kak Langit emang kayak gitu. Kenalin aku Senja adik kelasnya kak Langit" Ucap Senja mengulurkan tangannya.

"Ohh saya Widya mama nya Langit" Ucap Widya membalas Senja dengan senyum hangat.

"Sejak kapan anda mama saya" Ucap Langit menohok hati seorang Widya.

"Kak jangan kayak gitu bagaimana pun dia ibu kakak" Ucap Senja.

"Udah gak papa, ayo masuk dulu" Ucap Widya.

"Kamu duduk dulu ya saya ambilkan minuman" Ucap Widya.

"Gak usah repot-repot tante" Ucap Senja.

"Gak ngerepotin kok" Ucap Widya berlalu menuju dapur.

"Aku ke atas dulu ganti baju" Pamit Langit meninggalkan Senja.

Menyandarkan seluruh pandangan meneliti isi rumah yang membuatnya tercengang akan besarnya ukuran dan dekorasi ala rumah-rumah eropa. Apalagi lantainya yang terbuat dari marmer pasti sangat mahal kan sayang jika diinjek.

"Kamu udah lama kenal sama Langit" Ucap wanita di belakangnya.

"Baru beberapa bulan ini tante" Ucap Senja.

"Ini jus nya maaf ya kalo gak enak" Ucap Widya lembut.

"Gak papa tan" Ucap Senja.

"Ini foto kak Langit ya, lucu banget" Ucap Senja sembari menatap foto anak kecil berumur dua tahun dengan gulali di tanggannya.

"Iya tapi saya tidak pernah melihat perkembangan dan pertumbuhan anak saya dari kecil" Ucap Widya dengan tatapan sendu.

"Emang kenapa? Kok gitu" Tanya Senja penasaran.

"Ehh maaf tante gak sopan" Ucap Senja kikuk.

"Dulu saya adalah seseorang penggila pekerja yang egois, terlebih itu berurusan dengan perusahaan saya. Sampai saya melahirkan Langit dan menelantarkannya karna saya pikir kebahagiaan Langit adalah yang yang saya beri namun ternyata saya salah. Saya sendiri yang telah membuat jurang pemisah antara saya dan anak saya tersebut. Dia sekarang tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan tak perduli dengan kehidupan sekitar terlebih lagi saudara nya juga membencinya dan memilih pergi meninggalkan Langit sendiri. Disaat dia sedang dalam keadaan terpusuk justru yang saya lakukan adalah pergi memilih mengurus perusahaan saya agar lebih maju. Saya memang egois dan tak pantas menjadi seorang ibu" Ucap Widya dengan mata menggenang.

"Tante gak salah kok hanya kalian kurang komunikasi aja, Saya yakin kalau kak Langit juga menyayangi mamanya dan sangat merindukan tante" Ucap Senja menguatkan.

Senja pun memilih menyusul Langit yang sedari tadi tidak keluar dari kamarnya. Meninggalkan Widya yang sedang memasak untuk makan siang bersama.

Tokk.. Tokk..

"Kak didalem gak?" Ucap Senja dari balik pintu.

"Masuk aja gak aku kunci" Ucap Langit.

"Kakak lagi ngapain" Tanya Senja yang melihat Langit sedang duduk di balkon.

"Duduk" Ucap Langit singkat.

"Dia ngomong apa aja?" Ucap Langit. Mengerti akan jalan cerita Langit dia pun duduk menghadap ke arah Langit.

"Kak jangan kayak gitu seburuk-buruknya dia tetaplah ibu kamu. Dia yang melahirkan kakak. Mungkin cara menyampaikan rasa sayangnya yang salah tapi percaya sama aku kalau mama kakak itu sayang banget sama kakak. Harusnya kakak maafin dan memulai semua dari awal. Tuhan aja maha pemaaf masa kita hambanya yang penuh dosa jadi pendendam sih" Ucap Senja sambil menatap manik mata Langit.

"Mendingan kita turun makan siang bareng-bareng" Ucap Senja menarik paisa tangan Langit agar segera bangkit.

'Buset badan kecil tenaganya ngakahin kuli' batin Langit. Mungkin tarikkan Senja yang memang kuat atau Langit nya saja yang lebay.

"Ehh Senja ayo makan" Ucap Widya yang melihat anaknya bersama seorang gadis turun kebawah.

"Maa maafin Langit ya kalau aku sering buat mama sedih. Gak mikirin perasaan mama yang berusaha buat nyenengin aku" Ucap Langit memeluk mamanya dari belakang.

"Kamu gak salah mama yang egois selalu mengedepankan yang bukannya kamu" Ucap Widya.

"Ekhemm" Dehem Senja mencairkan suasana yang sedang melow.

"Ehh tante lupa ayo makan maaf ya palah peluk-pelukan di depan kamu" Ucap Widya.

"Gak papa tan" Ucap Senja yang sebenarnya dia ikut terharu menyaksikan adegan memilukan andai dia tau dimana keberadaan kedua orang tuanya.

"Makanannya enak tante" Ucap Senja.

"Jangan panggil tante, panggil mama aja kan sebentar lagi kamu juga jadi anak mama juga" Ucap Widya sembari melirik anaknya yang sibuk memasukan nasi kedalam mulutnya.

"Hah aku jadi adik angkatnya kak Langit" Ucap Senja polos, sepolos kertas.

"Udah gak usah di dengerin mama memang orangnya suka ngelindur" Ucap Langit menghentikan percakapan dua orang wanita yang sangat disayanginya.

Selesai makan Langit pun mengantar Senja pulang kerumahnya karna tadi neneknya menghubunginya untuk segera pulang.

"Makasih ya udah mau main kerumahku" Ucap Langit sembari membantu Senja melepas helmnya.

"Aku malah seneng kok kak bisa main kerumah kakak" Ucap Senja tersenyum tulus.

"Yaudah kamu masuk ya" Ucap Langit.

"Iya kak" Ucap Senja berjalan menjauh menuju pagar. Berbalik dan melambaikan tangannya tanda perpisahan sementara.

'Sialan! Baru juga ketemu masa udah kangen' ucap Langit mengerutuki hatinya yang sudah jatuh sepenuhnya kedalam pesona seorang Senja.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang