Part 19 - Siuman.

23 5 0
                                    

Cuman lihat fotomu saja aku sudah bahagia, apalagi bisa memilikimu. - Alea Pramata.

"Ngitt gue mohon maafin gue, gue gak mau keluar dari sekolah" Ucap Fika dengan air mata palsunya.

"Harusnya lo itu minta maaf sama Senja bukan sama gue" Ucap Langit dengan muka datar nya.

Langit berbalik "Satu lagi. Jangan pernah deketin Senja lagi" Ucap Langit berbalik melangkahkan kakinya menjauh dari Fika yang masih duduk termenung meratapi nasibnya yang malang.

Setelah urusannya selesai Langit bergegas pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Senja berharap semoga Aksara tidak ada disana.

Di perjalanan Langit mampir sebentar ke toko bunga untuk membeli seikat mawar putih untuk sang pujaan hati yang sedang berbaring lemah di rumah sakit.

Dengan memandangi bunga mawar bisa membuatnya tersenyum tipis berharap semoga sang empu suka pada apa yang dibawanya. Setelah memasukkan bunga ke tas, Langit langsung mengendarai motornya membelah jalanan kota bogor yang dingin.

Sampai di parkiran Langit bergegas menuju ruangan Senja yang ada di lantai empat. Tiba di depan pintu Langit sempat mengintip dari balik kaca pintu.

"Kamu ngapain?" Tanya seseorang yang menepuk pundak Langit membuatnya terjungkat kaget.

"Kamu kenapa gak masuk aja. Palah ngintip-ngintip kaya maling" Ucap nenek Dita.

"Untung jantung aku gak copot nek" Ucap Langit sambil mengusap-usap dadanya.

"Udah ayo masuk" Ucap nenek Dita membuka knop pintu dan masuk disertai Langit yang langsung memfokuskan tatapannya pada seseorang yang berbaring di bankar.

"Hay apa kabar? Aku bawa bunga mawar putih. Maaf ya aku gak tau bunga kesukaan kamu" Ucap Langit meletakkan bunga yang dibawanya di nakas.

"Senja belum juga sadar nek" Tanya Langit pada nenek Dita.

"Belum ada perkembangan. Dokter bilang ada saraf di kepala yang membuatnya belum sadar sampai sekarang" Ucap nenek Dita sembari mengusap kain perban yang menutupi luka di kepalanya.

"Maaf ya nek gara-gara aku Senja jadi kaya gini" Ucap Langit menyesal.

"Kamu gak salah. Kalau memang sudah takdirnya mau gimana lagi" Ucap nenek Dita santai semberi membereskan ruangan yang berantakan.

Pandangan Langit tidak bisa teralihkan dari wajah seorang yang sedang berbaring di depannya. Menyentuh pipi putih Senja dan membelai penuh sayang berharap mata indahnya segera terbuka. Dia rindu manik mata coklat terang tersebut.

Selang beberapa menit knop pintu pun terbuka menampilkan siapa yang datang. Aksara ya benar dia datang dengan sekantung apel di tangannya. Memandang heran orang yang ada di hadapannya kenapa dia ada disini. Bukankah dia sudah bilang jangan datang lagi kesini.

Berjalan mendekat dengan tatapan tajam Aksara mulai mengeluarkan aura permusuhan yang amat pekat. Memicingkan matanya untuk membuat seorang yang ada di hadapannya agar tau bahwa dia tidak suka akan kehadirannya.

"Ngapain lo kesini?" Ucap Aksara dengan nada tidak sukanya.

"Mata lo buta. Gak liat gue lagi jengukin Senja" Ucap Langit berusaha setenang mungkin.

"Kan gue udah bilang jangan pernah kesini lagi. Kehadiran lo tak di harapkan" Ucap Aksara sinis.

"Gue gak butuh pendapat lo. Nenek aja santai-santai aja kok lo yang sewot" Ucap Langit dengan senyum mengejek.

"Jangan berantem. Nanti kalau Jingga liat kalian marahan dia jadi tambah males bangun" Ucap nenek Dita berusaha melerai perdekantan dua orang tampan di depannya.

Why Him?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang