Hey, Wounds!

181 29 12
                                    

Author's POV

   Tidak terasa, hampir setengah bulan berlalu. Kehidupan yang entah bagaimana semakin berantakan terus-menerus menyapa Leo, memaksa dirinya untuk mau tidak mau menghadapi masalah yang lebih besar setelah ini.

   Siang ini, di mall tempatnya bekerja, ia sedang istirahat, duduk di lantai area toilet mall yang luas. Ia tidak sendiri, ada beberapa rekan kerjanya yang lain, yang juga tengah beristirahat sama sepertinya.

   "Duh anjir, besok minggu lagi, pasti rame nih, siap-siap kaki aja nih gua," ujar salah satu rekannya yang mengeluh soal hari esok.

   "Kangen kasur," jawab yang lainnya lagi.

   Leo hanya diam, sesekali ikut tertawa bila apa yang teman-temannya katakan terdengar sedikit lucu. Namun ia sendiri tak mencoba merespon, setidaknya menjawab, atau menumpahkan keluhannya juga soal lelah yang dirasa. Tidak, dia tidak melakukannya.

   Hingga kemudian satu per satu dari mereka beranjak berdiri dan melanjutkan pekerjaan, sementara Leo masih ingin duduk sebentar, setidaknya ia memiliki waktu untuk memukul-mukul belakang punggungnya yang dirasa sakit.

   Pasti efek semalam, akibat pertandingan tinju yang lagi-lagi membuatnya hampir mati. Untungnya ia menang semalam, bisa membayar biaya rumah sakit, membeli bahan makanan dan susu formula, membayar kuliah Key, dan untuk makan sehari-hari, setidaknya cukup.

   Untuk hari esok, sudah cerita yang berbeda.

   Baru sejenak Leo memukul-mukul punggungnya, tangannya sudah harus kembali menyentuh hal lain yang bersumber dari suara di dalam saku celananya. Yap, handphone.

Keyrina
   Hari ini gue nginep di rumah temen, nggak usah jemput

   Begitu tulis Key. Sebuah pernyataan yang selanjutnya membuat Leo menghela napas panjang.

***

   Sementara itu di sisi lain, Keyrina tengah asik bercengkerama dengan beberapa teman kampusnya di sebuah cafe yang lumayan ternama. Ada Arga di sebelahnya, dan yang lainnya teman-teman mereka dari berbagai fakultas.

   "Malem nanti ikut kita aja, Key, barbequan di rumah Raffa," ajak Gilang, salah satu teman Arga.

   "Hmm, gimana ya?"

   "Yaelah segala mikir, udah gabung aja. Ada Arga ini," timpal Sherly, teman yang lainnya lagi.

   Sejenak setelah berdiam sebelumnya, Key akhirnya mengangguk, mengiyakan tawaran mereka untuk ikut asik-asikan bersama. Hal kecil yang selanjutnya membuat Key mengeluarkan ponsel dan mengetik pesan singkat.

To: Leo
   Hari ini gue nginep di rumah temen, nggak usah jemput

   Tak ada basa-basi, langsung pada titik inti bahwa Leo benar-benar tidak usah datang untuk Key malam ini.

   Jika biasanya Leo akan pulang dengan menjemput Key sebelumnya di restoran, beberapa waktu belakangan ini Leo sudah tidak lagi melakukan hal itu. Hari-hari kemarin Key bilang pulang sendiri, diantar teman, naik angkutan umum, naik ojek online, dan lain-lain, alasan palsu yang membuat Leo berakhir tidak datang untuk Key.

Ya alasan palsu, karena sebenarnya Key pulang diantar Arga.

   Lagipula, sejak seminggu yang lalu, Key sudah resmi keluar dari restoran tempat dimana ia mencari uang dengan mencuci piring. Lama-lama dirasa ia mulai lelah, tidak mudah ternyata mencari uang diselingi dengan kegiatan kuliah. Belum lagi bila Key ketinggalan membuat tugas, atau tidak memiliki waktu untuk hangout bersama teman-temannya yang lain. Intinya Key tidak suka, dan akhirnya memilih untuk berhenti.

Homesick HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang